Pertemuan di antara aku dan ayahku memang berakhir buruk. Namun, tidak seburuk yang sempat kupikirkan.
Makan malam berakhir tanpa adanya pembicaraan berarti lagi, dan aku memutuskan untuk segera kembali ke kamarku.
Setibanya aku di kamarku, malam sudah semakin larut.
Waktu berlalu begitu cepat selama aku berada di sana.
Aku segera menutup rapat pintu kamarku, dan beranjak naik ke atas kasurku.
Aku merebahkan tubuhku, dan punggungku tenggelam dalam dinginnya gumpalan kapuk.
Dingin sekali.
Melihat ruangan sepi ini, rasanya aku tidak ingin melakukan apapun lagi.
Ini adalah ruangan sederhana yang hampir tidak memiliki dekorasi apapun.
Sekilas terlihat minimalis, dan terkesan seperti ruangan luas dengan tampilan apa adanya.
Satu-satunya hiasan di sini hanyalah panah pertamaku yang terpajang di tengah-tengah dinding.
Aku memajangnya di sana sebagai bentuk kenangan dari ibuku. Dia membuatkanku panah itu saat akan memberikanku hadiah ulang tahun.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com