Untuk saat ini Kisha hanya bisa mengangguk mengiyakan, lalu mereka menyantap makan siang mereka dengan nikmat. Bahkan Kisha sampai tidak sadar jika ada sisa saus disudut bibirnya, Michael yang melihat noda itu langsung saja mengambil tisu dan mengelapnya dengan lembut.
Menerima perlakuan tiba-tiba dari Michael, Kisha merasa terkejut sampai ia tidak bisa bergerak untuk beberapa saat. Membiarkan Michael bermain-main dengan sudut bibirnya, sampai akhirnya ia tersadar dan langsung mengambil alih dirinya untuk sedikit menjauhi tangan Michael.
"kenapa?" tanya Michael bingung melihat respon Kisha yang tiba-tiba.
Kisha menggeleng dengan cepat, lalu wajahnya bersemu sesaat sebelum Kisha mengembalikannya ke wajah angkuh nan dingin. Michael mengernyit bingung, namun ia tidak memikirkan lebih jauh. Akhirnya mereka kembali melanjutkan makan siang yang tertunda itu.
.
.
.
.
.
Setelah menghabiskan makan siang, kini Michael dan Kisha sedang fokus pada rencana pembangunan mereka. Kedua belah pihak merasa saling di untungkan dengan adanya proyek baru ini, setelah mencapai satu kesepakatan yang sama dan adil merekapun meresmikan kerja sama mereka.
"senang bekerja sama dengan anda, tuan Charles." ucap Kisha dengan formal.
"ya, saya juga begitu." jawab Michael.
Mereka pun berjabat tangan, sebagai tanda kesepakatan. Lalu setelahnya masing-masing merapikan berkas-berkas mereka, dan menyimpannya kembali dalam map yang mereka bawa sebelumnya.
"baiklah, aku akan kembali ke kantor. Terima kasih untuk makan siangnya." ucap Kisha sambil berdiri.
Michael menggenggam tangan Kisha segera, untuk mencegah Kisha yang akan melangkah.
"bisakah kita bicara dulu?" tanya Michael mencari kesempatan.
"kita sudah banyak bicara bukan? Lalu apa lagi yang harus dibicarakan?" balas Kisha mencoba tenang karna tau apa Michael inginkan.
"masih banyak hal yang ingin aku katakan, duduklah dulu!" pinta Michael pada Kisha.
Merasa sedikit kasihan, Kisha akhirnya mengalah dan duduk di kursi yang sebelumnya ia tempati.
"ada apa?" tanya Kisha langsung.
"kau yang ada apa? Tiba-tiba berubah tanpa alasan, jelaskan padaku. Apa yang kau terjadi sebenarnya?" balas Michael heran.
"aku tidak apa-apa, aku sangat baik seperti biasa." jawab Kisha acuh tak acuh.
"aku tau kau bohong! Baiklah jika kau tidak ingin mengatakannya, tapi setidaknya beri aku alasan kenapa kamu kembali jadi dirimu sendiri setelah 5 tahun kau berubah menjadi orang lain." tukas Michael tidak percaya.
Kisha terdiam, ia tidak mungkin bicara yang sebenarnya pada Michael. Tapi, ia juga tidak ingin membohonginya. Michael terlalu baik baginya, ia sudah banyak membantu Kisha bahkan hingga saat ini.
"jujur saja, aku tidak ingin lagi membuat kak Kiano sedih. Di waktu yang ada, aku ingin menjalani hari dengan senyumannya. Membuat kenangan indah bersamamu dan kak Kiano, aku ingin terus mengingat kalian." jelas Kisha akhirnya.
"untukku dan Kiano? Kenapa?" tanya Michael semakin penasaran.
"jangan bertanya kenapa, jawabannya pasti karna aku ingin. Aku ingin membuat kenangan indah kebersamaan kita, dan juga dengan kak Kiano. Aku ingin menyimpannya dalam ingatanku, dan akan selalu ku ingat sampai kapanpun." jawab Kisha dengan senyumnya.
Michael semakin tidak paham dengan maksud ucapan Kisha, apakah ini artinya Kisha menyerah akan penyakit Kiano? Sehingga dia memilih untuk pasrah, dan malah membuat kenangan kebersamaannya dan Kiano?
"tapi Kisha, Kiano sudah membaik. Bahkan kini kondisinya jauh lebih baik, kau masih punya banyak waktu untuk itu." balas Michael heran.
Kisha terdiam, bibirnya tertutup rapat. Ingin sekali ia menjelaskan semuanya, tapi itu tidak mungkin. Kisha merasa sudah terlalu banyak merepotkan Michael, kini ia memilih untuk berjalan dengan dirinya sendiri. Tanpa bergantung pada siapapun lagi, ia tidak ingin orang lain merasakan apa yang ia rasakan saat ia pergi nanti.
"kita tidak pernah tau masa depan Michael, aku tidak tau takdir akan mengatakan apa. Setidaknya aku hanya ingin menyimpan kenangan ini bersamaku, jika nanti sesuatu akan memisahkan kita. Aku memiliki kenangan ini untuk menghibur diriku sendiri, mungkin ini yang terbaik." jelas Kisha dengan senyum pahitnya.
Michael terdiam, ia merasa ada yang aneh dengan kata-kata Kisha. Ia merasa Kisha menyembunyikan sesuatu darinya, dan kata-kata itu pasti bukan tentang Kiano. Lalu untuk siapa semua kenangan itu?
Hening, suasana menjadi senyap. Seiring dengan Michael dan Kisha yang masing-masing tenggelam dalam pikirannya, tidak ada yang tau apa yang mereka pikirkan saat ini. Hanya satu hal yang pasti, sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
.
.
.
.
.
Kisha kembali ke kantor setelah makan siang dan sedikit perdebatannya dengan Michael, Kisha masuk ke ruangannya dan kembali menyibukkan diri dengan berkas-berkas ajuan yang menumpuk.
Tiba-tiba tubuh Kisha bergetar, dadanya terasa sesak dan paru-parunya terasa kosong. Hal itu sangat menyakitkan, ia butuh udara saat itu juga. Kisha terjatuh ke lantai, tubuhnya melemah seiring oksigen yang semakin tipis di dapatkannya. Kisha memukul dadanya, berharap agar rasa sesak dan sakit itu dapat pergi dengan segera.
Beberapa detik kemudian rasa sesak itu hilang, dengan cepat Kisha menghirup udara agar masuk ke dalam paru-parunya. Nafas yang sebelumnya memburu, perlahan menjadi stabil seiring dengan udara yang menerobos masuk ke dalam rongga pernafasannya.
Kisha segera bangkit dan kembali pada posisinya saat mendengar suara langkah kaki yang mendekati ruangannya, benar saja tepat setelah Kisha duduk di kursinya seseorang datang dan mengetuk pintu ruangannya.
"masuk!" titah Kisha pada orang yang mengetuk itu.
Pintu terbuka dan memperlihatkan seorang pria dengan pakaian hitam dan wajah seramnya, Kisha mengenal pria itu. Ia adalah penjaga di rumahnya, kenapa penjaga itu datang ke kantornya?
"maaf nona, saya ingin melaporkan sesuatu." ucap penjaga itu dengan wajah menunduk.
"ada apa?" tanya Kisha dengan dingin.
"tuan mendapat paket dari seseorang yang tidak di kenal, karna mencurigakan sebelum sampai ke tangan tuan kamipun mengeceknya. Dan ternyata isi dari paket itu adalah boneka berlumuran darah dengan surat ancaman, ini surat dalam paket itu." jelas penjaga sambil memberikan sepucuk surat yang terkena darah itu.
Kisha menatap penjaga itu tajam, lalu ia mengambil sepucuk surat yang sengaja di antar itu.
"cih, trik murahan." gumam Kisha mengejek.
"terus pantau keadaan sekitar mansion, jangan sampai kecolongan. Jika ada yang mencurigakan segera lapor! Kau boleh kembali." titah Kisha dengan tegas.
"baik nona, saya permisi dulu." pamit penjaga itu, lalu ia pergi meninggalkan ruangan Kisha.
Kisha membuka surat yang di berikan oleh penjaga tadi, lalu ia membacanya dengan cermat setiap kata yang ada didalam lembaran itu.
'Kiano Almora, waktumu semakin sedikit. Cepat berikan harta itu, atau aku akan datang dan membunuhmu! Tidak lama lagi, waktunya akan tiba. Ingatlah! Aku selalu memantaumu!' ~ your death
Kisha meremas surat itu dan membuangnya ke tong sampah, tatapannya menajam dengan aura gelap yang semakin menyebar mengelilingi tubuhnya.