webnovel

Pertanda Buruk II

Reuni Murid dan Guru

***

Suara gemuruh mengalihkan perhatian ketiga orang yang tengah berlari, mereka segera menoleh sumber suara. Edi, Liyonna dan Ragus terkejut melihat gumpalan asap tebal mengepul di kejauhan. Nampaknya ledakan itu cukup besar hingga bisa terlihat dari jarak mereka Ragus berdecak kesal melihatnya, mungkinkah Zhong dikalahkan Suspector?

Ragus berpikir sejenak hingga akhirnya dia bersuara, “Nona Liyonna, tolong bawa Edi ke tempat itu. Saya akan berusaha menahannya di sini.”

“Tapi,---” Liyonna ingin membantah, tetapi ucapannya terpotong Ragus yang kembali berucap.

“Tenang saja Nona, anda tidak perlu mengkhawatirkan saya.”

“Lebih baik anda fokuskan untuk melarikan diri, keselamatan Nona dan Edi yang lebih penting.” lanjutnya berusaha meyakinkan meski dia sendiri tahu Suspector tidak akan bisa Ragus lukai, takdir yang mengikatnya memang kejam.

“Baiklah.” balas Liyonna, lalu menarik lengan Edi untuk lanjut berlari.

“Jangan sampai mati.” imbuhnya sambil berlari.

….

Setelah kedua muda-mudi itu menghilang dari pandangan Ragus, matanya terpejam sejenak merasakan kehadiran melalui energinya, lalu berbalik. Tongkatnya ia hunuskan ke arah Hutan, dia membaca matra.

“Icicle Shoot”

Energi biru mengalir ke ujung tongkat Ragus, seketika gumpalan es runcing terbentuk lalu melesat. Sayangnya semua balok Es itu lenyap terkena sebuah titik.

“Tidak sopan! Beginikah caramu menyambutku, Ragus.”

Suspector muncul dari balik pepohonan, jubahnya terlihat kotor meski tidak mengalami kerusakan.

“Jebakanmu juga cukup merepotkan.” lanjutnya.

Ragus sudah menduga bila Suspector akan menyusul mereka, meski dia tidak mengira akan secepat ini. Seharusnya tadi dia membantu Zhong, Pria itu bukan tandingan orang di depannya.

Suspector kembali melangkah, “Lupakan itu, lagi pula…” dia berhenti tidak jauh dari Ragus. Keduanya saling menatap sejenak sebelum Ragus menunduk. “Takdir kita berbeda,” ucapnya lirih.

“Aku adalah penyelamat.”

“Aku adalah pembawa kehancuran.”

“Hingga akhir dunia keduanya tidak akan bersatu, tak peduli akhir dunia seperti apa. Walau harus ada pertumpahan darah diantara mereka, tujuannya hanya satu.”

Keduanya berucap bergantian, membaca syair lama ketika ramalan pertama kali dibacakan. Ragus mendongakkan kepalanya, menatap lurus ke depan. “Menuntun arus sepasang takdir."

Ragus menautkan bibirnya, gemertak gigi menunjukkan kekesalan akan takdir yang menuntun hidupnya. Jika bukan karena ramalan itu dia pasti masih mengabdi dengan pria yang ada di hadapannya, dan juga dunia ini tidak akan mengalami kekacauan. Meski waktu bisa diputar kembali, ramalan itu tetap akan datang cepat atau lambat.

“Kamu masih mengingat syair lama itu ya.” Suspector membuka tudung jubahnya, bagi Ragus wajah itu tidak asing. Dia mengenalinya sebagai sosok yang dihormati, rasa rindu juga menumpuk untuk bertemu dengan orang itu. Sayang, posisi mereka tidak cocok untuk saling berbagi emosi.

“Tentu saja, Guru.”

Seorang Pria tua dengan rambut beruban sepanjang bahu, terdapat tato bintang di pipi kirinya. Ragus tersontak melihat tanda aneh di wajah Suspector, noda hitam tanda kutukan telah menyebar hingga pipi kanannya.

.…

Ragus masih tercengang dengan perkataan Suspector, ia tidak percaya bila takdir dunia sudah ditentukan. Meski begitu dia tidak ingin menyerah, usahanya akan sia-sia sampai di sini.

“Sebaiknya serahkan saja anak itu.” Pria tua itu menyiapkan energi untuk menyerang, “Di mana kalian menyembunyikannya?” gertaknya.

“T-tidak akan!” meski ragu Ragus mencoba untuk menolak, tubuhnya masih gemetar. Belum lagi pria itu tidak mungkin bisa melukai Suspector, hasil dari pertempuran mereka sudah jelas, terlihat dari perbedaan keduanya.

“Saya memilih untuk berjuang dan melawan! Me-meski hasilnya sudah dipastikan, setidaknya sudah melakukan yang terbaik. Menyerah sama dengan mati.”

Ragus menodongkan tongkat, dia tahu hal ini pasti terjadi mengingat kemampuan Suspector berada di atasnya. Namun, bukan berarti ia harus menyerah dengan keadaan. Memang tingkat keakuratan ramalan pria itu 98% tepat, tetapi Ragus tidak bisa menyerah begitu saja. Dia ingin melihat potensi dari sang penyelemat, apapun hasilnya setidaknya mereka sudah berusaha sebaik mungkin.

Suspector terkekeh, dia tahu mantan muridnya satu ini memiliki pendirian teguh. Namun, ia tidak menduga bila Ragus akan goyah hanya karena harus berhadapan dengannya lebih cepat. Ramalan itu sudah mengatakan jika mereka akan bertarung satu sama lain cepat atau lambat.

“Ada apa Ragus, tanganmu gemetar.” ejeknya berusaha memancing Ragus.

“Seranglah aku!”

Tanpa pikir panjang Ragus menciptakan beberapa bola cahaya, dia menutup mata lalu memalingkan wajah tidak ingin melihat. Bola-bola itu melesat menargetkan Suspector, Suspector tersenyum sinis melihat tingkah mantan murid satu ini. Ragus merupakan murid paling teladan di angkatannya, dan juga salah satu yang menghormati Suspector.

Suspector menciptakan bola serupa dan membuatnya bentrok hingga tercipta ledakan-ledakan kecil hasil dari bentrokan sihir mereka. Keduanya segera merapal mantra lanjutan untuk beradu serangan lagi. Beragam sihir di rapalkan untuk saling menyerang, menciptakan beragam kerusakan di tempat itu. Pepohonan terbakar, tanah tidak rata, serta banyak material berserakan yang datang entah dari mana.

Beberapa saat lalu tanah ini begitu hijau, kini menjadi lahan gersang nan tandus. Masih ada sisa-sisa pertempuran Ragus dan Suspector, bahkan keduanya berdiri saling siaga satu sama lain.

“Ini terlalu lama.” batin Suspector, ia tidak menduga muridnya bisa bertahan sejauh ini. Meski begitu hasilnya sudah jelas, energi Ragus sudah hampir habis. Pemuda itu berdiri dengan bantuan tongkat, nafasnya sudah memburu tanda ia kelelahan.

“Sebaiknya kita segera mengakhiri ini.” Suspector mengawali dengan membaca mantra di bola kristal yang dia basa, “Atau kamu akan kerepotan, Ragus.” lanjutnya.

Gumpalan hitam berkumpul di dalam bola kristal itu, semakin lama semakin banyak dan pekat. Ragus merasakan firasat buruk dari benda itu, perasaan aneh menyeruak berusaha untuk mencari tahu. Segera ia merapal mantra, ujung tongkatnya bersinar terang, perlahan sinar itu semakin terang.

“Sebaiknya jangan lakukan itu.” teriakan menggema dari dalam hutan, seketika energi kuning keemasan melesat menghantam Suspector.

Zhong Cuang keluar dari balik pepohonan, pakaian pria itu compang camping dan senjatanya rusah berat. Lengan kiri Zhong sudah menghitam hingga bahu membuat Ragus terkejut melihat. “Zhong, lukamu---”

“Abaikan itu, ada hal lebih penting yang harus kita atasi.” sanggah Zhong cepat. Pria itu menatap gumpalan debu yang mengepul. Ragus segera sadar kembali mengapa ia berada di sini.

“Ku kira kamu sudah tiada, ternyata pria sepertimu cukup tangguh. Tidak heran gadis penjaga itu jatuh hati padamu.”

Sulur-sulur hitam melesat dari balik debu, Zhong menendang tanah dan melejit untuk menghindari benda itu. “Jangan sampai terkena benda itu, Ragus!”

Begitu Zhong tiba di posisi Ragus, dia memukul tanah dengan keras hingga mencuat dan menghalangi gerakan sulur hitam itu. Ragus masih tercengang dengan semua ini, ia terdiam membisu dengan tatapan kosong.

“Ragus … Ragus… Ragus!”

Zhong berusaha menyadarkan pemuda sage itu dengan mengguncang bahunya. Sementara goncangan dar luar semakin menjadi, dinding tanah perlahan mulai rontok. Tinggal menunggu waktu dinding itu hancur, dan mereka terkena benda mengerikan di luar sana.

Merasa tidak ada gunanya menyadarkan Ragus, Zhong mengambil sebuah batu permata dari saku. Kemudian ia banting hingga hancur, kilauan cahaya segera menyelimuti keduanya. Bertepatan dengan itu, dinding tanah roboh dan sulur hitam menghantam target.

Begitu kepulan asap menghilang tidak ada siapa pun di sana, yang ada hanya kubangan tanah dengan noda hitam. “Mereka melarikan diri rupanya …” Suspector berdecak kesal.

Dia menatap bola kristal di tangan kiri memperhatikan sebuah titik yang terlihat dari dalam. Bibirnya tersenyum sumringah, “Setidaknya target-ku tidak hilang.” lanjutnya tertawa.

Suspector merapal mantra, seketika asap miasma keluar dari bola kristal di tangannya dan menyelimuti tubuh mantan sage itu. Begitu asap hitam menghilang, pria itu ikut lenyap bersama. Pergi menuju lokasi target yang diincar selama ini.

***