webnovel

Bab 20 Pingsan

Hal pertama yang Alira pikirkan saat ia membuka kedua matanya adalah: siapa yang membawanya ke sini? Alira yakin jika ada laki-laki yang membawanya kemari. Sesaat setelah pingsan, Alira sempat sadar sebentar sehingga ia yakin kalau yang membawanya ke UKS bukanlah anggota PMR.

"Alira, lo udah sadar? Masih pusing? Atau ada lagi yang sakit?"

Alira tersenyum sendu. Bagaimana bisa ia melupakan jika di hadapannya sekarang ada laki-laki yang sejak tadi menemaninya. Mungkin saat Alira sadar, ia sedang tertidur sehingga Alira tidak langsung mengetahui wajahnya yang ditelungkupkan di antara lengannya.

"Alira?" Leo kembali mengajak Alira bicara.

"Gue nggak papa," jawab Alira pelan.

Leo bernapas lega mendengarnya. Ia pun teringat jika Alira belum sarapan. Bubur yang sudah ia beli tadi, kemudian ia bawa ke dekat Alira.

"Makan dulu," kata Leo sambil menyendokkan bubur lalu mengarahkannya pada Alira.

Sebenarnya Alira ingin menolak. Tapi saat ini ia sedang tidak bertenaga. Alhasil Alira menerima suapan yang diberikan Leo.

"Udah," Alira berujar lirih setelah tiga suapan bubur masuk ke dalam mulutnya.

Leo mengangguk. Tidak memaksa Alira untuk menghabiskan makanannya. Setelah itu, Leo masih duduk di tempatnya untuk menemani Lisa.

"Gue udah minta Gea buat ijinin lo. Jadi, lo nggak perlu keburu-buru banget buat balik ke kelas. Tunggu kondisi lo membaik aja," ujar Leo menjelaskan pada Alira.

Sekilas Alira tampak menganggukkan kepala. Gea pasti akan memarahinya karena tadi Alira berbohong soal ia yang sudah sarapan.

"Atau mau gue anter pulang? Biar lo bisa istirahat di rumah," Leo menawarkan bantuan.

Kali ini Alira menggeleng. Ia belum ingin pulang ke rumah. Lagi pula, Alira juga tidak mau diantar pulang oleh Leo.

"Lain kali, biasakan buat sarapan dulu. Biar hal kayak gini nggak ke ulang lagi," kata Leo memberi nasihat.

Kenapa hari ini Leo terlihat banyak bicara? Sepertinya tidak. Bukan hanya hari ini saja. Leo memang berubah jadi banyak bicara saat berhadapan dengan Alira.

Menghadapi situasi seperti ini seringkali membuat Alira bingung. Padahal Alira sudah bersikap senormal mungkin saat berbicara dengan Leo. Sama sekali tidak menunjukkan jika Alira memiliki perasaan lebih dengan Leo.

"Kalo misal nanti masih pusing, lo bisa ….,"

"Leo," panggil Alira pelan.

"Iya, kenapa, Al? Ada yang sakit?" tanya Leo tampak khawatir.

Alira menggeleng. "Gue mau sendiri."

"Ha?" Leo terkejut mendengarnya. Lebih tepatnya, Leo tidak berpikir jika Alira akan berkata seperti itu.

"Lo bisa balik ke kelas. Gue udah mulai baikan," kata Alira tersenyum singkat.

Jelas terlihat wajah kecewa yang ditunjukkan oleh Leo. Tapi apa boleh buat, Alira tidak nyaman jika terlalu lama berduaan dengan Leo. Alira tidak bisa memaksakan diri untuk menyukai seseorang yang hanya ia anggap sebagai teman.

***

Kriiingggg!

Akhirnya selesai juga pelajaran hari ini. Seluruh siswa terlihat bersemangat keluar dari kelas masing-masing. Bergegas ingin pulang dan beristirahat di rumah.

"Alira? Ngapain lo balik ke kelas? GuE baru aja mau anterin tas lo," ujar Gea menyambut kedatangan Alira.

"Nggak papa," jawab Alira.

"Sebel gue sama lo. Tega banget bohongin temen sendiri," Gea tampak kesal mengingat kebohongan yang Alira ucapkan.

"Sorry," Alira terkekeh pelan. "Gue udah baikan kok. Besok-besok nggak gue ulangin lagi deh."

"Awas aja kalo diulangi. Gue tendang lo sampe ke kutub utara!" ancam Gea supaya Alira tidak lagi melewatkan sarapannya.

"Siap bos!"

Setelah itu keduanyaterlibat percakapan kecil sambil membereskan buku-buku ke dalam tas. Gea juga memberi tahu Alira kalau hari ini ada beberapa tugas sekolah.

"Dari lo, Ge?"

"Apaan?" tanya Gea menoleh.

Alira memperlihatkan satu box vitamin yang ia temukan di dalam tasnya. "Lo yang beli?"

"Bukan. Bukan gue," jawab Gea membuat Alira mengernyit.

"Terus ini dari siapa?" tanya Alira.

"Nggak tau gue, Al. Kayaknya dari tadi juga nggak ada makhluk asing yang masuk ke kelas kita," ujar Gea.

"Apa jangan-jangan … Leo yang ngasih ini ke gue?" Alira menatap box berisi vitamin yang belum ditemukan siapa pemberinya.

"Kayaknya bukan deh," sahut Gea lagi.

"Maksudnya?"

"Gue dari tadi di kelas terus, Al. Nggak keluar sama sekali. Kan, lo lagi di UKS, Oscar juga gatau lagi bolos kemana. Jadi, kalo Leo ke sini harusnya gue tau. Cuma dari tadi gue nggak lihat Leo menginjakkan kaki ke kelas kita," tutur Gea memberi pengakuan.

Mendengar penjelasan Gea membuat Alira semakin bingung. Siapa yang memberinya vitamin? Dan kenapa diberikan pada Alira? Atau mungkin ini salah kirim?

"Gue mau bilang kalo itu dari orang luar, tapi masih nggak yakin," Gea berujar sambil menatap sekilas vitamin yang dipegang oleh Alira.

"Yang ngasih bukan anak sekolah ini?" tanya Alira.

Gea mengangguk. "Di sekolah kita nggak ada yang jual vitamin itu kan? Adanya di apotek. Di sekitar sekolah juga nggak ada apotek. Jadi pasti itu vitamin dibawa dari luar sekolah."

"Tapi, gue yakin kalo yang ngasih vitamini ini tau kalo lo habis pingsan, Al. Kalo gitu, ada kemungkinan yang ngasih itu anak sekolah sini," imbuhnya tampak yakin.

Alira berusaha mencerna ucapan Gea. Ada benarnya juga apa yang dikatakan temannya. Vitamin ini pasti dibeli di apotek, karena di sekolah tidak menyediakan vitamin dengan merk ini.

"Paling dari fans lo, Al" kata Gea asal.

Sekarang mereka berdua sudah mulai berjalan keluar kelas. Alira kembali memasukkan vitamin tadi ke dalam tasnya. Dan masih bingung siapa yang memberikan vitamin padanya.

"Nggak nggak. Gue nggak setenar itu buat punya fans," sahut Alira tidak yakin dengan tebakan Gea.

"Berarti, dari orang yang suka sama lo mungkin," Gea kembali menyahut.

"Siapa?"

"Ya mana gue tau lah," jawab Gea cepat. "Yang jelas bukan Leo."

"Tapi lo beneran nggak keluar kelas sama sekali, Ge?" tanya Alira memastikan.

"Tadi keluar bentar buat cuci muka."

"Mungkin aja pas lo keluar bentar, Leo datang ke kelas," kata Alira.

"Enggak," balas Gea. "Gue keluar kelas, pas Leo jagain lo di UKS. Dan pas gue balik ke kelas, Leo juga masih ada di samping lo."

Alira terlihat menghela napas panjang. Merasa kesal karena ia belum menemukan orang yang sudah menaruh vitamin di dalam tasnya. Bagaimana pun caranya Alira harus menemukan orang itu.

"Oh ya, Al. Lo udah denger kabar soal field study?" tanya Gea saat mereka sampai di parkiran.

"Udah," jawab Alira.

"Lo bakal ikut, kan? Kalo lo nggak ikut, gue juga engga deh."

"Loh. Kenapa enggak? Lo kan hobi jalan-jalan," heran Alira.

"Tapi nggak asyik kalo nggak ada elo, Al" sahut Gea.

"Kan, ada Oscar," kata Alira lagi.

"Nggak mungkin banget gue sama Oscar terus. Pas di hotel juga nggak bakal sekamar. Nggak ada temennya dong gue," papar Gea.

"Pokoknya lo harus ikut, Al. Oke?"

Alira tersenyum. Belum bisa memberi kepastian. Alira akan mengecek keuangannya dulu. Kalau mencukupi, Alira akan ikut field study, tapi kalau tidak berarti Alira tidak akan ikut serta dalam acara field study.

***

15102021 (08.40 WIB)