webnovel

tumbal lukisan

seperti gadis gadis yang hilang secara misterius sebelumnya di kota itu, Hani yang tak sengaja bertemu Dion dalam perjalanan pulangnya akhirnya terpilih menjadi daftar korban berikutnya

nhovia · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
21 Chs

part 5

aku punya kenalan yang berkerja disana, bilang pada mereka bahwa kamu adalah temanku"

Hani tersenyum senang. ia mencermati nama seseorang dan alamat yang tertera pada kartu yang diberikan Dion.

"dari sini hanya setengah jam perjalanan menggunakan bus, nanti kamu turun di alun-alun kota ambil jalan memutar nanti sudah kelihatan ko gedung perkantorannya" Dion menjelaskan

" dengan apa aku harus berterima kasih Dion?"

"jadilah temanku"

"diterima dengan senang hati" jawab Hani tersenyum

🌕🌕🌕🌕

pov Dion

sudah waktunya berhenti berduka,,,

kami tidak boleh merasa bersalah

gadis-gadis itu memang dirancang untuk ditumbalkan...

darah-darah mereka aku butuhkan untuk mengisi hidup dalam duniaku

seperti gadis yang baru saja aku temui

ibuku sudah menandainya dalam mimpi buruknya di kereta

dan aku menghampirinya memakai topeng pahlawan

tiket sudah dilampirkan

gema kematian akan menghantuinya secepatnya

ia memiliki rambut bergelombang di atas bahu

sepasang bola mata yang hitam dan bibir yang merona

kecantikannya seperti muncul dari rimba fantasiku yang terdalam

ia gadis cantik yang membuat adrenalinku bergejolak

mengingatkanku akan gadis yang pernah aku sukai dulu

aku bertanya-tanya dengan kemungkinan-kemungkinan yang ada

apakah ia gadis yang sama?

apakah ia gadisku yang pergi saat aku hampir meregang nyawa....

lalu bertanya padaku apa harapanku?

tidakkah ia tahu bahwa harapan hanyalah emosi terpendam yang menyedihkan

meskipun begitu bertahun-tahun yang lalu mungkin aku sempat meyakininya dan aku ingin mengatakannya kencang-kencang saat ini di depan wajahnya bahwa aku ingin hidup sampai usia seratus tahun

🌕🌕🌕🌕

Hani berangkat pagi-pagi sekali menggunakan bus , ia tak mau melewatkan kesempatan yang sudah diberikan Dion semalam. Rasa letihnya menguap begitu saja. 

Setengah jam perjalanan ia turun di depan alun-alun. Fajar masih menahan setengah cahaya malamnya.  Hani berusaha mengingat percakapannya semalam dengan Dion

"Harusnya semalam aku minta nomer ponselnya" ia menggerutui dirinya. Tangan kananya mengeluarkan kartu nama dari saku kemejanya. Ujung jemarinya mengelus huruf-huruf yang timbul berwarna perak

Rian Hariwijaya, manager HRD

*hebat juga si Dion bisa punya kenalan manager Hrd lagi, kenapa bukan dia saja yang melamar ke sana ya? pikir Hani

ah sudahlah kenapa juga dipikirkan*

" Semangat, ini pasti jadi rezeki aku " Hani menyemangati  dirinya sendiri , ia melihat sekitar. Alun-alun masih nampak sepi. 

Ia memutuskan berjalan melihat keadaan di sekitarnya, mungkin akan ada orang yang bisa ditanyainya. Sejauh matanya memandang ia hanya merasakan kengerian. Pagar-pagar runcing berkarat mengelilingi bangunan ruko-ruko tua yang berwarna kusam termakan usia, sebagian dinding luarnya berlumut basah.  Angin pagi menerbangkan aroma samar-samar , membuat penciumannya menghirup sesuatu yang tak bisa ia ucapkan.

  Tiga meter di depannya terdapat sebuah kolam ikan yang terbuat dari pecahan batu-batu alam dengan patung gadis kecil bermata bolong di tengahnya. Hani mendekat ke arahnya. Sedikit melongokkan kepalanya . Tak ada apa-apa disana. Tak ada air dan tak ada ikan disana .

Seseorang dengan kedua kaki telanjang tanpa alas sedang mengamati Hani sejak tadi

Lalu bahunya dicengkram bukan dari depan melainkan dari samping. Ia menoleh.

Seorang gadis muda dengan gaun hitam transparan menatapnya dengan pandangan penuh dendam. Meski terlihat pucat wajah gadis muda itu penuh riasan.

"Cari siapa di sini?" Gadis itu bertanya,menghakimi Hani

" Ah,maaf bisa lepaskan tanganmu, ini terasa sakit"

" Cari siapa di sini?" Gadis itu mengulangi pertanyaannya tanpa melepaskan cengkramannya di bahu Hani

" Aku cari alamat, aku mau melamar kerja "

Gadis muda itu menurunkan tangannya. Lalu berjalan menghadapi Hani dari depan.

Dengan satu tangan saja sudah membuat bahuku sakit,siapa gadis ini sebenarnya, kenapa berkeliaran dengan gaun transparan yang memperlihatkan pakaian dalamnya sendiri, Hani gemetar bertanya pada dirinya sendiri

Semakin gadis itu mendekat ke arahnya, ia semakin jelas menghirup sesuatu. Seperti sesuatu yang terbakar ,aroma daging yang hangus.

Hani bergidik. Ia ingin lari tapi kedua kakinya membeku tak bisa digerakkan. Gadis muda itu menatap lurus padanya, seakan ingin beradu pandang dengannya. Mau tak mau Hani melihat lebih jauh ke dalam mata gadis itu. Menyeramkan dan penuh dendam

Nafas Hani terhenti . Hening

Hani melangkah mundur dan meremas ujung kemejanya dengan tangan yang gemetaran lalu mengucapkan permohonan

"Kumohon,bisakah aku pergi sekarang "? Suara Hani berubah serak menahan ketakutan

Dan untuk pertama kalinya gadis misterius itu hampir terlihat tersenyum

" Namaku Zara , aku akan mengantarmu , tunjukkan alamatnya padaku"

Dengan nafas yang tercekat Hani menyodorkan kartu nama yang dipegangnya sejak tadi

"Ikuti aku, aku tahu tempat ini"  Zara membalik badannya dan mulai berjalan beberapa langkah  di depan Hani yang tak berkutik