webnovel

tumbal lukisan

seperti gadis gadis yang hilang secara misterius sebelumnya di kota itu, Hani yang tak sengaja bertemu Dion dalam perjalanan pulangnya akhirnya terpilih menjadi daftar korban berikutnya

nhovia · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
21 Chs

part 2

seusai menukar tiket perjalanannya dengan uang 10 ribu di loket yang hampir tutup, ia berjalan terhuyung-huyung keluar dari stasiun . Ia mengambil dompet dari saku depan tasnya yang nampak pudar,memasukkan uang kembalian tadi ke dalamnya. Hani menarik nafas melihat isi dompetnya.

"Aku harus secepatnya dapat pekerjaan" tempurung kepalanya mendadak sakit mengingat masalah yang bertubi-tubi menghampirinya. Namanya tak semanis kehidupannya . Hutang yang diwarisi kedua orangtuanya, adik perempuan satu-satunya yang kawin lari dengan suami orang, kadang-kadang ia merasa gila namun tak pernah terlintas untuk mengakhiri hidupnya segera.

Ia memutuskan berjalan kaki sampai rumah demi menghemat uang. Kepalang pegel nih kaki, ucapnya pada diri sendiri

Jalanan nampak sepi dan remang karena banyaknya lampu jalan yang rusak. Hani berjalan di atas trotoar. Ia melirik jam tangannya, sudah pukul 11 malam rupanya

Seseorang membisikan namanya berulang-ulang dari arah belakang

Hani... Hani... Hani....Hani.....

Ia membalik tubuhnya. Tak ada siapapun di sekitarnya.

Ia bergidik ngeri, merapatkan kembali jaketnya lalu melanjutkan perjalananya pura-pura tak mendengar meski ia sendiri ketakutan . Detak jantungnya berdegup keras dalam rongga dadanya.

Lalu suara itu menghilang berubah menjadi kesunyian yang tiba-tiba.

Ia berlari tersendat-sendat, bahunya terasa berat seperti ada yang mendudukinya. Ia hampir menangis lalu terjatuh menyandung batu sebesar kepala manusia di depannya.

Ia jatuh terduduk lalu mendongak menatap satu sosok gelap di depannya, bagian tubuh atasnya tersembunyi dalam gelap. Ia memaksakan untuk melihat bagian bawah tubuh sosok di depannya dengan tangan gemetaran .

Sepasang kaki yang menapak di tanah, seperti hani ia juga seorang manusia . Ia merasa lega

Sosok itu membungkuk, menjulurkan kedua tangannya untuk membantu Hani berdiri. Hani melihat punggung tangan sosok itu sebelum ia menyambut dengan telapak tangannya sendiri. Kulit putih yang pucat dengan tonjolan alur pembuluh darah berwarna biru seakan membentuk peta aliran sungai.

Dingin itulah yang dirasakan Hani saat tangan mereka bersentuhan

"Terima kasih sudah membantu" hani melepaskan tangannya

"Ya , sama-sama" sosok itu rupanya seorang pria

"Kamu lapar?" Pria itu bertanya,menatapnya lekat-lekat

Hani merasa gelisah ia ingin segera pulang ke rumahnya

" Jangan curiga, aku hanya menawarkan daganganku saja. Lihat di seberang jalan sana. Aku baru saja buka kedai bakso seminggu yang lalu "

.🌕🌕🌕🌕

laki-laki itu tidak berbohong, sekarang Hani sedang berada di sebuah kedai bakso. tidak ada pembeli lain selain dirinya sekarang ini. bulu kuduknya meremang,bergidik di sekitar lengannya. ingatannya tak mungkin salah setiap hari ia melewati jalan ini dan belum pernah melihat ada kedai bakso

"namaku Dion, duduklah sebentar , akan kubuatkan pesanannya" laki-laki mengenalkan namanya

hani mengambil tempat di meja ujung dekat pintu masuk. untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu , ia akan lari secepatnya

seperti kedai bakso pada umumnya yang biasa Hani singgahi. kursi kayu panjang dan meja kayu panjang berwarna cokelat senada . Hani merasa gugup, ia mengambil minuman dari dalam tasnya

sruput....sruput....

"sudah hampir tengah malam, ko masih buka , apa enggak takut?" Hani mengajukan pertanyaan yang seharusnya pertanyaan itu lebih tepat untuk dirinya sendiri

"takut apa?" Dion bertanya

" yah ...hantu mungkin"

"ha ha ha ha ...." laki-laki itu tertawa, membuat Hani tersedak karena sedikit takut

" bagaimana kalau aku hantunya" Dion mendekatkan wajahnya persis ke depan wajah Hani

...