webnovel

tumbal lukisan

seperti gadis gadis yang hilang secara misterius sebelumnya di kota itu, Hani yang tak sengaja bertemu Dion dalam perjalanan pulangnya akhirnya terpilih menjadi daftar korban berikutnya

nhovia · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
21 Chs

part 18

Dera dan Maria membantu Hani berdiri lalu mereka membawa Hani duduk di dapur kantor untuk menenangkan Hani yang terlihat shoks

"Kamu gila Han, kamu tidak tahu memang dia itu siapa?" Tanya Maria , suaranya kasar dan sinis

Dera memberi Hani segelas minum air putih

"Dia... Mirip temanku, aku refleks memanggilnya" jawab Hani ,suara Hani bergetar nyatanya laki-laki itu memang mirip sekali dengan Dion,potongan rambutnya, bentuk hidungnya, matanya yang segelap angkasa ,postur tubuhnya, suaranya

Hani meneguk gelas minumnya "memang dia siapa?"

"Tadinya dia direktur di perusahaan ini tapi enam bulan lalu dia ....." Jawab Dera mendesah ragu tak berani melanjutkan perkataanya.

"Dia kenapa?"

"Dia dimasukan ke rumah sakit jiwa, tapi dua minggu terakhir dia kembali lagi ke kantor walaupun sebenarnya dia tidak mengerjakan apa-apa." Jawab salah satu karyawan yang lain

"Maksudnya orang tadi kena gangguan jiwa?" hani bertanya dengan nada terkejut

"Ya biasa masalah percintaan, tapi sebelumnya dia orang yang sangat baik" ujar gadis berkacamata yang Hani tak tahu namanya

"Baik apanya,kalau baik gak mungkin menyerang gadis-gadis di kantor ini.hari Hani, besok-besok siapa lagi? Kalian ingat seminggu sebelum

Winda resign dari kantor kan?" Ujar Maria kesal

"Dia kenapa Maria?"

"Orang itu menyeret rambut winda dari lantai 3 sampai di sini, berhenti di tempat yang kamu duduki sekarang"

"Apa? " Hani bangkit dari bangku yang sedang didudukinya, cepat-cepat bergeser mendekat ke arah Dera

"pantaslah kalau kekasihnya itu minggat ninggalin dia,siapa juga mau sama laki-laki kasar begitu"

"Sudah....sudah semuanya, percakapannya kita lanjutkan kapan-kapan saja" Dera membuat gerakan seperti polisi yang membubarkan kerumunan

Membuat Hani semakin penasaran tapi ia memutuskan untuk saat ini lebih baik diam tanpa banyak bertanya lagi meski ada banyak pertanyaan memenuhi benaknya sekarang

🌕🌕🌕🌕

Dua jam berlalu sejak insiden yang menimpanya saat makan siang tadi dan itu membuat Hani tak bisa fokus pada pekerjaanya. Menghitung nilai uang komisi marketing yang harus kantor keluarkan tidaklah mudah.Fisik uang itu sendiripun tak ada, hanya angka-angka di atas kertas yang harus Hani input ke dalam komputernya satu persatu

Jangan dipikirkan Hani, kepalamu bisa pecah nanti, kata Hani menyemangati dirinya sendiri

selagi Hani mengetik, suara pelan muncul membisiki namanya

Hani.....

leher belakang Hani merinding, ia mengusap-ngusapnya dengan telapak tangan kanannnya

Hani.....

suara itu berbisik makin mendekat ke telinga kanan Hani

jantungnya berdegup kencang di rongga dadanya, ia bahkan tak berani menoleh ke belakang

"hey, Hani,,,, bu Merlyn ada dibelakangmu tuh" tegur mba Nana dari meja kerjanya

Hani menoleh ke belakang, mba nana benar

Merlyn ada dibelakangnya, aura yang cantik nan misterius menyelimuti benak Hani tentang wanita ini sejak pertemuan pertama mereka

kenapa aku harus takut, apa yang aku takutkan? ujar Hani di dalam hatinya

"boleh saya minta tolong Han"

"bo...boleh bu, maaf tadi saya tidak mendengar ibu panggil saya" gadis itu terkekeh malu

"tolong fotocopy semua dokumen ini bolak-balik ya, ruang fotocopynya ada di lantai 2, kalau bisa jangan lama-lama "

"bisa bu," Hani mengangguk, tangannya menerima dua buah map berisi dokumen dari tangan Merlyn

"terima kasih Han, suasana kantor lebih ramai saat kamu bekerja di sini, benarkan Nana? " ada senyum di sudut bibir Merlyn.

"cih,aku ga perduli" jawab Nana ketus

"jangan dengarkan dia Hani,, bisa pergi sekarang ke lantai dua? nanti kalau sudah, antar langsung ke ruangan saya ,okey?"

"ya bu" Hani bergegas pergi dari ruangan kerjanya , ia menuruni tangga dengan sedikit kesal *apa-apaan mba nana itu, kurang ajar sekali , di depan bu Merlyn saja seperti tak ada hormatnya, aku yakin kenapa departemen akunting kekurangan staff , ya pasti karena kelakuan mba Nana yang nyebelin

🌕🌕🌕🌕

Hani dengan mudah menemukan ruangan fotocopy di lantai dua, seperti ruangan-ruangan kerja yang lain. ruangan fotocopy juga berdinding dan berpintu kaca yang tembus pandang dan tentu saja lagi-lagi ada lukisan di dalamnya

setelah memastikan kertas-kertas masih terisi di mesin yang akan digunakan, gadis itu menaruh kertas dokumen di atas permukaan kaca mesin fotocopy, ia menggeser-geser kertas memposisikan dengan tepat lalu

tiit...

ia memencet tombol done berwarna kuning, mesin fotocopy bekerja

tugasnya selesai. ia menghitung ulang kembali jumlahnya sebelum memasukan dokumen-dokumen itu ke dalam map

seseorang sedang mengintip, mengamati Hani tanpa suara

🌕🌕🌕🌕

Hani melihat lukisan-lukisan yang menggantung di dinding, Hani mendekatinya

ada dua buah lukisan bernuansa hitam putih disana, tak berwarna

lukisan pertama menggambarkan seekor kadal hitam dipenuhi totol-totol berwarna putih, lidahnya menjulur panjang keluar dari mulut si kadal,

aku benci lihat kadal,membuatku merinding ga karuan

Hani berpaling pada lukisan disebelahnya, lukisan ini menggambarkan pemandangan alun-alun yang ramai dengan aktivitas manusia .

hey, ini ada nama pelukisnya , mata Hani menemukan huruf-huruf menyambung dan tanggal pembuatan di ujung kanan lukisan

Hani berjinjit sedikit, jari-jarinya meraba setiap huruf yang tak bisa Hani lihat, Hani memejamkan matanya seolah merasakan bentuk-bentuk huruf sang nama pelukis

dua...belas ..ok...oktober .....

D...Hmmmhh..I....hmmmhhh.... O.....N

Di...on. benar, nama pelukisnya Dion

apa semua lukisan di kantor ini juga hasil karya Dion?

mungkinkah Dion yang aku kenal?