webnovel

tumbal lukisan

seperti gadis gadis yang hilang secara misterius sebelumnya di kota itu, Hani yang tak sengaja bertemu Dion dalam perjalanan pulangnya akhirnya terpilih menjadi daftar korban berikutnya

nhovia · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
21 Chs

part 13

perjalanan menuju ke rumah Hani hanya menghabiskan 15 menit berjalan kaki dari jalan utama.

begitu mereka masuk ke sebuah gapura menuju rumah Hani,,, penerangan mendadak gelap

"apa.... mati lampu ya ampun ada-ada aja sih jam segini "

Hani mengeluarkan ponsel dari tasnya, menyalakan aplikasi senter untuk mendapatkan cahaya sebagai penerang jalan mereka berdua

"kamu takut Hani?" tanya Dion

"takut sama apa? aku malah lebih takut sama manusia, hantu ga bisa bunuh orang tapi manusia sanggup menghilangkan nyawa orang lain karena hal sepele "

Degg.... kalimat Hani seperti menembus langsung ke jantung Dion.

kamu benar Hani,manusia memang suka membunuh, seperti yang keluargaku lakukan dan kamu, bisakah kamu selamat?

"kamu kenapa Dion? ko ngeliatin aku kayak gitu?"

"bukan hal yang penting ko. rumah kamu masih jauh?"

"itu didepan udah kelihatan" Hani menunjuk sebuah rumah mungil berbentuk persegi . Batu batu bata rumah itu sebagian berwarna oranye tua dengan tipe jendela kaca nako yang bersusun. cahaya senter yang keluar dari ponsel Hani memantul bergerak-gerak di kaca-kaca jendela. sebagian tembok yang lain bercat hijau muda menyatu dengan tumbuhan-tumbuhan yang mengelilingi rumah Hani . sederhana, tak ada pagar pembatas seperti pagar milik para tetangga di sekitarnya

Rumah Hani terletak di ujung jalan, persis di sampingnya ada kali kecil yang memisahkan dengan kampung sebelah

Dion mengamati sekeliling rumah Hani, ada sebuah kotak pos surat yang menancap di sebuah tiang besi. tiang besi itu keropos sudah berkarat, setengah badan tiang itu pecah termakan usia , mengingatkan Dion akan kotak pos surat yang sempat di milikinya dulu saat ia kecil

Hani memutar kenop pintu rumahnya, kakinya melangkah masuk ke dalam diikuti Dion dibelakangnya

"eh, kamu tunggu di sini. di luar aja jangan masuk ke dalam " Hani mendorong dada Dion sampai di ujung pintu

"kenapa aku ga boleh masuk?" tanya Dion

"pokoknya ga boleh, nanti tetangga yang lain lihat.....disangka kita berbuat yang macam-macam , mau apa di gerebek?"

"memang kita berdua mau ngapain di dalam sampai digerebek orang lain?" Dion menatap Hani terheran-heran. tatapan mata yang polos

ini cowok bego atau pura-pura polos sih, desis Hani

" ya sudah aku tunggu di sini. ini kamu siapin mangkuk sama sendok ya, untuk makan malam kita" Dion memberikan sebungkus plastik hitam sengaja mengayunkannya mengenai pipi Hani

"awww panas tau " gerutu Hani , ia membuka isi plastik hitam itu isinya dua bungkus bakso yang masih panas

"kapan kamu bawanya ? ko aku ga sadar kamu bawa ini?"

ia membungkukkan tubuhnya sedikit agar tatapannya sejajar dengan Hani lalu tangannya mengacak-ngacak rambut Hani sambil tersenyum "kamu aja yang ga lihat"

"yaudah aku siapin dulu ya, awas jangan masuk ke dalam "

🌕🌕🌕🌕

pov Dion

*Hembusan nafasku menguap di langit kelabu

Awan retak dan mentari yang tenggelam adalah duniaku

Bisakah kau menemukanku lalu memelukku?

Dengan sangkar hampa yang ku genggam

Tak ada yang tahu siapa sebenarnya diriku

Bisa jadi kita punya banyak hal yang telah terlupakan dan ah aku menyadarinya ,kini aku hanyalah dalam bayang-bayang

Bisakah kau melihat ke belakang?

Melihat jejak kaki kita bersama-sama yang tertinggal

Menjadi kenangan yang terus bersamaku

Jika kamu menyadarinya sekarang aku pun telah tumbuh dewasa

Sama seperti mu

Tidak mengapa jika kebenaran tak membuat hidupmu bahagia,

Sesuatu yang berharga bagaimanapun itu untukku hanyalah ilusi yang semu

Apakah hal sebenarnya yang telah hilang di hari itu?

bisakah kamu mencarinya?

Dan di hari ini tak akan kubiarkan diriku menjadi seorang pecundang lagi

Seorang pecundang dengan dunia yang siap mencekikmu*