webnovel

8. Kesialan Azkia Part 2

Siang hari mencekam di kantor Wirata group.

Dengan segera Azkia melepaskan cengkramannya di tangan resepsionis wanita tersebut. Setelah mendengar kalimat dengan suara menyeramkan.

"Ada apa ini?!!!" Suara Roy yang menggelegar membuat semua orang menciut.

Azkia menoleh dengan memasang wajah sok polosnya. Dia hanya diam tidak berniat untuk menjawab, dengan sekuat tenaga dia meredam rasa kesal yang sudah berada di ubun-ubun kepalanya.

Roy berjalan mendekat, sejenak ia melihat staf resepsionis yang sedang menggosok pelan tangannya sambil sedikit meringis.

Lalu pandangannya beralih ke Nona Mudanya, dia terkejut melihat apa yang sudah terjadi dengan Nona Muda? pikirnya.

"Nona muda." Roy menundukkan kepala, menyapa sopan Azkia. Melihat ada rantang makanan berserakan di lantai, Roy tahu apa yang harus dilakukan tanpa menunggu Azkia berbicara.

"Mari ikut saya." Menggerakkan tangannya sebagai isyarat agar Azkia mengikuti, Roy berjalan di depan, dia menekan sesuatu di telinganya.

"Bereskan semuanya," berbicara yang terdengar hanya gumaman di telinga Azkia.

Azkia hanya mengikuti Roy, ia tetap mengunci rapat mulutnya mulai dari naik lift khusus hingga mereka sampai berada di depan pintu kayu dengan ukiran indah, yang diatasnya bertuliskan ruang CEO.

Roy berjalan masuk, diikuti Azkia yang kini melihat takjub isi ruangan megah tersebut.

"Gila, bagus juga selera Tuan Gila itu," ucap Azkia dalam hati.

Mendengar ada yang masuk ruangannya, yang sudah tau itu pasti Roy, Deffin menoleh dari game yang berada di layar ponselnya.

Ponsel di tangan Deffin terjatuh, ia terkejut melihat penampilan Azkia mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia sama sekali tidak ingin tertawa, ia justru ingin marah. Siapa yang telah berani dan kurang ajar dengan istri kesayangannya?

Namun, yang keluar dari mulut Deffin adalah, "Ada apa denganmu, kau sedang belajar berenang di kubangan lumpur, lihat penampilan kacaumu itu."

Azkia tidak menjawab, dia menekan lebih kuat rasa kesalnya. "Dasar gila, ini semua karenamu. Karena ancaman sialanmu itu aku jadi begini," ujar Azkia dalam hati.

"Cepat sana masuk, bersihkan dirimu." Tunjuknya di pintu yang berada di dalam ruangan, yang diyakini ruang pribadi Deffin.

Lalu Deffin beralih kepada Roy.

"Roy suruh sekretaris wanita persiapkan keperluan Nona Muda."

Mereka berdua langsung mengikuti arahan Deffin, di dalam kamar Azkia terus saja mengumpati suaminya. Dia benar-benar kesal dengan kejadian hari ini.

Setelah setengah jam Azkia keluar, dia menggunakan dress lengan pendek selutut berwarna navy yang terlihat sangat manis di kenakan-nya. Wajah cantiknya terlihat sudah cerah, padahal di dalam hatinya bagaikan badai.

Tampak di meja ada banyak makanan, tepat di depan sofa yang di duduki suaminya.

"Ayo cepat sini, aku butuh asupan tenaga untuk memarahimu, karena banyak tugas yang kamu lalaikan," ucapnya ketus.

Azkia hanya bisa menahan kesal, dia menurut apa yang diperintahkan Deffin, dia mengambilkan makanan untuk Deffin, yang semua menunya makanan mahal favorit Azkia.

Azkia sedikit tersenyum hatinya, melihat makanan yang butuh berbulan bulan menyisihkan tabungan agar bisa memakan makanan itu, kini ia bisa menikmatinya dengan mudah.

Setelah menikmati makan siang, dan meja sudah dibersihkan oleh OB, kini Deffin bisa berbicara tenang dengan Azkia.

"Mulai sekarang tugasmu aku tambah, karena kau telat datang ke kantor dan kau tidak membawa makanan sampai di ruanganku." Sambil menatap tajam Azkia.

"Dasar aneh, ini semua bukan salahku, salahkan saja pegawaimu," balas Azkia yang hanya bisa diucapkan di dalam hati. Namun, ia berani untuk melirik kesal Deffin.

"Mandikan aku mulai sekarang," ucap Deffin dengan menekankan semua kalimatnya.

"Hah, apa?!" Azkia melotot memandang wajah santai Deffin.

"Tapi ini semua terjadi bukan karena salahku, aku sudah datang tepat waktu, ini semua gara-gara pegawaimu," ucapnya tidak terima karena tugas yang diberikan Deffin sangat tidak masuk akal.

"Jadi kamu mau membantah tugas dariku," ucapnya menyeringai.

"Iya," jawab Azkia berani, dia sampai tidak sadar dengan semua aturan tertulis yang dibuat Deffin.

"Beri ciuman padaku," ucap Deffin santai sambil tersenyum devil.

"Ap-- apa?!" Azkia tercengang. "Apalagi ini?" batin Azkia.

"Hukuman karena sudah membantahku."

"Hah?" Azkia dengan cepat menggelengkan kepala, pertanda dia menolak permintaan Deffin.

"Berarti du--"

Belum selesai Deffin bicara, Azkia yang wajahnya memerah karena malu, dengan cepat langsung mencium pipi Deffin. Setelah melakukannya, Azkia langsung memalingkan wajah dan menundukkan kepala, rasa malu menjalar ke semuanya.

"Siapa yang menyuruhmu mencium pipi, kau kira aku anak kecil?" Menyeringai. "Ciuman itu di bibir."

Azkia yang bingung menolehkan wajah menatap Deffin.

"Dasar, Gadis Bodoh, akan kuberi tau caranya."

Dengan cepat Deffin mendekatkan tubuhnya, sebelah tangannya merangkul pinggang Azkia, sebelahnya lagi menahan tengkuk Azkia setelah bibir itu menempel.

Dengan lembut dia menikmati bibir Azkia, lalu menggigit bibir bawah Azkia karena bibir itu tidak mau terbuka, setelah terbuka karena Azkia akan mengaduh, dengan cepat Deffin melesakkan lidahnya menjelajahi apa yang berada di mulut Azkia.

Azkia membelalakkan matanya, dia terkejut ini pertama kalinya dia merasakan sensasi ini, Deffin orang yang pertama kali menciumnya, pengalaman pertama Deffin menciumnya di saat malam pengantin tidak seintim ini.

Ada yang lain yang dirasakan dalam tubuh Azkia,

dia bagaikan tersengat listrik. Ciuman itu terhenti karena Azkia kehabisan nafas. Lalu dengan lembut Deffin mengusap bibir Azkia yang sedikit bengkak itu.

"Kalau bukan karena ingat kejadian itu, sudah ku makan habis dirimu saat ini juga," ujar Deffin dalam hati.

Kata hatinya yang selalu berbeda dengan apa yang di ucapkan. "Segitu senangnya menciumku sampai wajahmu memerah, awas kau ketagihan setelah ini," ucapnya sambil mengelus pipi merona itu.

"Dasar tuan gila, kamu yang mencium bukan aku dan aku tidak akan pernah ketagihan," ucap hati Azkia yang kembali kesal dengan perkataan Deffin.

"Sudah. Ayo, temani aku pergi." Beranjak berdiri sambil menggandeng tangan Azkia.

"Sayang, mau kemana? Bukankah kamu masih bekerja?" Tanya Azkia bingung.

"Pekerjaanku sudah selesai sebelum tadi menelponmu," jawabnya santai.

"Hah, apa? Dasar emang Tuan Muda aneh dan gila, kalau kau tidak terlalu sibuk kenapa repot-repot suruh aku antar makan siang, toh sekarang kau juga berniat keluar kantor, ish.. aku ingin jitak kepalamu itu." Geram Azkia sambil mengepalkan satu tangannya yang bebas.

"Hei, sikapmu harus lebih mesra, aku tidak mau ada gosip aneh setelah kejadianmu tadi di lobby."

"Apalagi ini?" batin Azkia. Tapi Azkia sudah tidak mau membantah lagi, dia segera mengapit tangan Deffin lalu menyandarkan kepalanya di lengan Deffin, berakting menjadi istri manja.

Sebenarnya secara tidak langsung Deffin memperlihatkan kepada para karyawannya jika Azkia istri yang sangat dicintainya. Jika sampai ada yang merendahkan istri kesayangannya, akan bernasib sama dengan staf resepsionis tadi.

Apa yang terjadi dengannya? Hanya Azkia yang tidak akan pernah mengetahuinya.

Dan kesialan Azkia belum berhenti sampai di sini.....