"Bagaimana keadaannya?" tanyanya langsung
"Kurasa ingatannya perlahan kembali, saya tentu senang dengan semua ini tapi saya khawatir dengan kondisi mentalnya nanti.'"empat pria dewasa itu memilih bungkam.
Fransisco kembali masuk kedalam kama menatap Asyila yang masih Setia memejamkan matanya padahal ini sudah lebih dari 24 jam ia pingsan. Fransisco memang seoarang dokter akan tetapi semuanya bukan ranahnya, ibu dari Asyila pasti sudah sampai Indonesia saat ini tinggal menunggu kedatangannya kemari dan menjaga putrinya langsung daripada harus terus menerus menjaganya dari jauh.
"Mereka sudah sampai?"tanyanya setelah melihat salah satu bodyguardnya masuk
"Sudah tuan dan nyonya memilih mendatangi rumah mertuanya terlebih dahulu sebelum kemari." lapornya dengan suara tegas.
"Baiklah, kamu boleh pergi" ia hanya mengangguk kemudian mengundurkan dirinya.
Fransisco duduk disofa yang ada di kamar itu kemudian memijat pelipisnya pelan, mungkin saat ini juga keluarga Franch sedang menuju kemari dan laki-laki gila itu pasti ikut juga. Pertemuan harusnya sedang berjalan sekarang akan tetapi keadaan perempuannya benar-benar memprihatinkan dan mana mungkin ia pergi bukan?
"Biarkan aku yang memimpin pertemuan itu." dan tentunya ia akan sungguh berterimakasih dengan sahabatnya itu karena mau menggantikan posisinya untuk sementara waktu.
Lagian mungkin keberadaanya sudah diketahui oleh kumpulan mafia gila itu, sebagian dari mereka pasti sedang menuju kemari untuk menyerangnya atau mungkin ingin bergabung dengan timnya untuk melawan Franch dan Xinkie yang sangat gila kekuasaan itu, dengan menjemput Valaxie menggunakan helikopter pribadinya maka saat itu jug Francisco telah mengibarkan bendera permusuhan pada mereka semua.
Bukan tanpa alasan Francisco menjemput mantan pembunuh bayaran itu, Asyila beberapa jam lalu mengigau dan terus menerus memanggil mamanya dan tentunya apapun akan Francisco lakukan demi Asyila-nya. Matanya kembali menatap Asyila yang ternyata telah membuka matanya dengan menatap kosong langit-langit kamar yang mempunyai desain sangat cantik.
Fransisco berjalan ke sisi ranjang kemudian memeriksa keadaan Asyila dengan teleskop yang masih melekat di lehernya, "bagaimana keadaanmu? apa ada sesuatu yang sakit atau kamu mempunyai keluhan?" Asyila memalingkan pandangannya, menemukan laki-laki yang tak lagi asing dalam pandangan matanya.
"Apakah abi-ku benar-benar telah tiada?"suaranya hampir seperti bisikan tetapi masih mampu fransisco dengar dengan baik.
Fransisco mematung apalagi melihat wajah rapuh Asyila-nya. Dalam pikirannya Fransisco berjanji akan membuat Franch dan Xinkie mendapatkan balasan setimpal tidak peduli mereka berdua lebih tua darinya karena Fransisco tidak memandang apapun. Mereka berdua harus berlutut didepan Asyila dan meminta maaf padanya bahkan kalau perlu kedua orang gila itu harus bersujud di kaki Asyila-nya.
"Lalu dimana mama? kenapa dia tidak ada disini? apakah mereka membuat mama pergi juga dariku? jawab aku! bukankah kamu tau banyak tentangku?" Asyila bangun dari pembaringannya kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, abinya? kenapa ingatan tentang abinya terus saja terulang dalam memori pikirannya
"Apakah mereka merenggut mama dariku?"
"Mengirimku kesini tanpa belas kasih, meninggalkanku ditepi jalan tanpa apapun dan aku harus menerima kenyataan pahit bahwasanya mama juga telah mereka renggut?"
"Ap-"
"Maafkan saya tuan menganggu waktu anda, tetapi didepan nyonya Valaxie sudah datang dan sahabat anda juga sudah datang dari pertemuan." Asyila menghentikan racaunya dan mendongak menatap maid yang masih menunduk menunggu respon tuannya.
"Tuntun nyonya Valaxie kemari dan beritahu sahabatku untuk menunggu," maid itu berlalu setelah sebelumnya menunduk hormat, Fransisco mengerutkan keningnya karena Asyila kembali menatap kosong dinding kamar, apalagi yang ada di fikiran perempuan ini?
"Dia mamaku kan? Dia adalah mamaku kan?" Fransisco tertegun melihat binar harapan yang begitu besar dari mata berair itu, tanpa sadar Fransisco tersenyum kemudian mengangguk. Asyila tertawa pelan dan menghapus jejak air mata di pipinya.
Tanpa Asyila sadari itu adalah pertama kalinya ia melihat senyum Fransisco setelah sebelumnya hanya melihat wajah datar dan dinginnya saja, senyum Fransisco masih melekat di wajahnya dan Asyila tentu fokus dengan kebahagiaannya karena sebentar lagi akan bertemu dengan mamanya.
Asyila tentu tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya karena semuanya terjadi begitu tiba-tiba, ingatannya datang kembali serta jati dirinya yang kini ia ketahui dengan sangat jelas saat ini. Sesuatu yang Asyila anggap tidak nyatanya masih ada, sesuatu yang Asyila anggap adalah mustahil benar-benar terjadi pada kehidupannya yang dulu.
Saat pingsan tadi Asyila seakan dibawa ke masa lalu dimana melihat semua hal yang pernah terjadi padanya,saat tertawa bahagia dengan kedua orangtuanya, saat sang abi pergi untuk selamanya, saat ia harus mengalami penculikan dan ingatannya di hapus setelahnya dibuang begitu saja di penggir jalan bertahun-tahun lalu.
Tentu dalam masa itu Asyila kecil yang belum menerima kematian abinya memilih kabur diam-diam dari rumahnya menuju makam abinya tetapi malah diculik tepat saat Asyila kecil selangkah lagi memasuki daerah pekarangan pemakaman itu, setelahnya semuanya usai. Seakan terlahir kembali Asyila kecil ditemukan oleh panti dengan status seorang anak yatim piatu yang Malang.
"Asyila... " suara lirihan itu membuat Asyila segera menoleh cepat ke arah pintu, disana seorang perempuan bercadar sedang menatapnya haru, itu bisa Asyila lihat dari matanya yang sendu. Dengan langkah cepat Valaxie memeluk putrinya erat dan keduanya saling berpelukan erat serta suara tangisan yang begitu jelas terdengar.
"Putriku... Alhamdulliah ya Allah, putriku." Valaxie melepaskan pelukannya kemudian mengecup seluruh wajah Asyila tidak peduli dengan cadar yang menghalanginya,
Fransisco memutuskan untuk keluar dari ruangan menemui sahabatnya yang lain yang baru saja tiba dari pertemuan, tentu Fransisco merasa lega karena Asyila kini memiliki Valaxie disampingnya daripada harus terus menerus menatap kosong dinding kamar karena mengingat abinya telah tiada, sesampainya di ruang tamu Fransisco langsung mendudukkan dirinya di depan sahabatnya menatap mereka siapa yang akan lebih dulu memberikan informasi padanya.
"Keluarga Fernandes menyetujui pertemuan itu, ia hanya mewakilkan salah satu tangan kanannya karena katanya sang tuan besar sedang berada di Belgia saat ini." Fransisco mengangguk sebagai respon, menunggu berita selanjutnya,
"Di Kanada, dunia gelap sedang gempar atau bisa dibilang kaget karena kemunculanmu kembali setelah bertahun-tahun menghilang tanpa kabar. Keluarga Harez yang memimpin dunia gelap disana mengirim salah satu tangan kanannya juga untuk datang bertemu denganku selaku sahabatmu dan ia mendukung apa yang akan kita lakukan minggu depan." laki-laki bermanik mata hijau terang itu bersuara, ia baru saja tiba di Indonesia beberapa jam lalu.
"Dan informasi dariku, Dude." Fransisco mengarahkan pandangnya kearah Leo yang memang sejak tadi tinggal disini bersamanya.
"Xinkie si tua itu sedang melakukan perjalanan menuju Madrid kemudian akan ke Korea dengan tujuan ingin mencari sekutu." Leo kembali melanjutkan perkataannya, Fransisco tersenyum tipis merasa semakin menarik dengan rencana x
Xinkie.
"Franch?" tanyanya santai
"Kali ini biarkan aku yang bersuara dan jawabanku adalah dia sedang menuju kemari menjemput putrinya, sepertinya akan terus memaksa putrinya untuk menikah dengan si malang Xinkie, yang sampai saat ini cintanya masih bertepuk sebelah tangan."
Suara tawa menggema diruang tamu, ada sepuluh orang disana termasuk Fransisco juga. 10 orang ini sangat di cari dalam dunia gelap akan tetapi karena sang ketua memutuskan untuk muncul dan menampakkan diri maka mereka juga akan melakukan hal demikian. Mereka kembali berbincang seolah ancaman yang akan datang dalam beberapa jam kedepan hanyalah sebuah hal sepele.
10 orang ini tentu memiliki marganya masing-masing dan bukan sembarangan orang. Fransisco tidak pernah memaksa mereka ataupun mengaturnya tetapi mereka sendirilah yang menawarkan bantuan padanya dan bersedia berada di kubu seorang Fransisco sejak usia mereka semua masih sangat tergolong muda. Fransisco takkan bersuara ataupun membagi tugas karena mereka mempunyai ciri khasnya masing-masing dan sangat tau diri.
"Minggu depan,aku akan membagikan pada kalian pistol terbaru yang baru saja dikeluarkan oleh ayahku dan tentunya ia akan senang karena mahakaryanya akhirnya bisa digunakan untuk menghentikan laju jantung seseorang." suara tawa kembali menggema dan mereka sungguh tidak sabar menggunakan pistol itu dan keluarga Denza adalah pemasok senjata terbesar yang ada di Amerika.
"Mari kita menyambut kedatangan Franch," Fransisco berdiri dan berjalan keluar, mereka semua melangkah dan menuju mobil masing-masing
"Aku sungguh ingin melihat wajah kaget Franch saat kita menyambutnya dengan sopan seperti ini."
"Aku tidak sabar menikmati wajah kagetnya."
"Franch yang Malang,"
"Sudah sangat lama aku tidak melihatnya, terakhir kali saat kita mengacau di markasnya yang ada di Meksiko itupun sangat singkat, hahaha."
"Aku ingin langsung menyodorkan minuman padanya sambari mengatakan, selamat datang pada mautmu, hahaha."
Suara mereka saling bersahutan sebelum masuk kedalam mobil masing-masing dan dibalik jendela Valaxie tentu melihat semua itu dan ia hanya berharap semoga ayahnya segera berbalik pergi dan menjauh dari negera ini.