webnovel

TRISALVARD

Aku bahkan tidak mengetahui siapa aku sebenarnya, dari mana asal-usulku, dan orangtuaku. Yatim piatu, begitu orang biasanya menjulukiku. Saat ini aku hidup di sebuah negeri yang bernama Slanzaria, Kerajaan yang sangat berjasa bagiku sebab telah mengangkatku sebagai anaknya. Aku bertekad untuk membalaskan jasa pada negeri ini, dengan mengejar impianku menjadi seorang Prajurit Suci. Namun, beberapa hari sebelum aku dikukuhkan sebagai calon Prajurit Suci, peristiwa-peristiwa aneh dan menyeramkan menghampiri hidupku. Bayangan makhluk itu datang kembali dan mencakar kulitku, kemudian menghilang meninggalkan rasa sakit dan tanda tanya besar di hari-hariku. Perlahan-lahan, aku menjalani rentetan misteri dan teka-teki yang menghampiriku. Yang perlahan-lahan membongkar siapa diriku yang sebenanarnya, dan membongkar misteri tentang negeri ini yang disimpan selama ratusan tahun.

YourPana · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
25 Chs

Sang Penjelajah

Orang itu menyelesaikan tegukan terakhir dari minumanya, kemudian diam untuk beberapa saat. Shany sangat ingin meminta maaf dan mengambil kantung uangnya tetapi ia sangat canggung. Rambut hitam kecoklatannya yang panjang tampak sangat berwibawa bagi Shany.

"Sudah ketahuan rupanya!" ucap pria itu sambil sedikit memiringkan wajahnya ke kanan sehingga hidung dan ujung mata tajamnya sedikit terlihat. Hampir saja Shany berteriak mendengar suaranya yang berwibawa.

"Maksudnya ketahuan apa?" tanya Joah kebingungan.

Pria iu langsung memutar seluruh tubuhnya sehingga berhasil memanjakan mata Shany, terutama karena mata tajam dan hidung seksinya. Ia menatap dan memperhatikan Joah sekilas, kemudian menjawab,

"Ternyata aku sudah ketahuan diam-diam mendengar pembicaraan kalian." ucapnya, Shany ingin meleleh mendengar suaranya yang benar-benar setampan wajahnya. Apalagi mengetahui, pria itu mendekat menuju mereka dan duduk tepat di bangku sampingnya.

"Namaku Alan Leclere." sepertinya ia sedang tersenyum, tapi pipinya tidak melebar, mungkin itu senyum versi dia.

"Aku Joah." Jawab Joah

"Arion Asgael." Jawab Arion

"Kalau aku... Shany Oshiera." suaranya melemah, mungkin sudah benar-benar meleleh. Apalagi saat Alan mengembalikan kantung uangnya, rasanya Shany ingin mengambil tangannya.

"Jadi apa nama keluargamu?" tanya Alan pada Joah.

"Aku pasti terlahir dari seorang ayah dan ibu manusia, tetapi aku tidak pernah mengenal siapa mereka, orang-orang di sekitarku juga. Jadi aku dibiarkan hidup tanpa nama keluarga." jawab Joah.

"Kau kehilangan orangtua mu?" alis Alan naik.

"Iya, tetapi mungkin mereka tidak kehilangan aku." duga Joah.

"Jadi dimana kau tinggal?" Alan mulai memperdalam pertanyaannya. Untuk beberapa saat percakapan pun dikuasai oleh mereka berdua.

"Di Parenthium, bersama Arion."

"Jadi kalian murid Galathium Akademia?"

"Ya, kami sedang menjalankan proses ephylogia. Kebetulan sekarang lagi kosong, jadi kami main saja."

"Kalian terpilih jadi apa?'

"Kalau aku prajurit suci, Arion pewarta, Shany penyembuh."

"Oh!" Alan sedikit berdehem

"Kalau kau? Kenapa mau jadi Trisalvard?" Alan bertanya kepada Shany.

"Sebenarnya ayahku dengan tegas tidak mengizinkan, tetapi kakakku seorang prajurit suci, aku pun terdorong menjadi seorang Trisalvard." ia sedari tadi berharap diajak berbicara.

"Ayahmu tidak mencegahmu?" lanjuta Alan.

"Sebenarnya ayahku berdagang dan berjelajah, sudah bertahun-tahun tidak kembali ke Slanzaria, jadi peluang aku sembunyi-sembunyi bergabung dengan Galathium terbuka lebar. Tapi jika memang aku ketahuan, aku pasti diusir. Kakakku diusir dari rumah semenjak ia bergabung dengan Galathium dan tidak tinggal bersama kami lagi. Ibu ku sudah meninggal, jadi tidak ada yang membantu ayahku untuk mengawasiku." Kemudian Shany menyadari kalau ia sudah boros berbicara, bahkan sangat boros.

"Sudah bertahun-tahun ayahmu tidak pulang? Sebagai anak perempuan, apa kau merindukan ayahmu?" Alan memainkan dagunya.

���Tentu saja. Kalau boleh jujur, hampir setiap malam aku teringat kepadanya. Terkadang sangat menyedihkan mengetahui sebenarnya aku memiliki orangtua, namun seolah-olah orangtuaku berusaha membuat aku tidak memilikinya." Pasrah Shany.

"Apa kalian memaafkan kelancanganku mendengar pembicaraan kalian diam-diam tadi?" tampaknya Alan menyadari emosi Shany.

"Tentu saja, kami remaja yang pemaaf." Salip Arion.

"Kalau boleh tahu, apa kau benar-benar melihat pegasus itu hidup kembali?" tanya Alan memastikan, kali ini pembicaraan mereka sudah benar-benar dalam.

"Kami baru saja mengalihkan pembicaraan dari itu, jawabannya iya." Balas Arion. Joah hanya menunduk.

"Aku di sana saat kejadian tadi, menyaksikan dua bocoh bodoh itu, ah... siapa namanya, semacam Svegio dan Calos kalau tidak salah, dua prajurit suci dan penyembuh itu, dan tentu saja kalian, terutama kau!" ungkap Alan.

"Belakangan ini dia banyak mengalami peristiwa aneh, jadi mungkin otaknya juga ikut-ikutan aneh." Celetuk Arion.

"Peristiwa aneh apa?" Alan si orang asing ini tampaknya sangat penasaran, padahal ia belum mengenalkan apa-apa tentang dirinya selain namanya.

"Boleh diberitahu, Jo?" Arion memastikan, tapi Joah hanya diam saja.

"Maaf, tidak memenuhi kriteria." Dalih Arion.

"Oh ya, aku lupa menceritakan lebih jauh tentang diriku. Aku adalah seorang penjelajah, aku sudah menjelajahi banyak tempat di Aeslan, tentu saja tidak semua tempat, salah satunya Slanzaria. Aku penasaran dengan negeri ini dan memutuskan untuk mendatanginya. Aku tidak memiliki tempat tinggal tetap, selalu berpindah dan berpindah, di sini aku menginap di Potio Inn." Shany seketika terbatuk mendengarnya.

"Dan satu lagi, Tenebris. Aku penasaran dengan kurcaci-kurcaci di sana." Sambung Alan.

Joah seketika langsung mengangkat kepalanya yang sedari tadi tampak murung dan memandang wajah Alan yang putih bersinar itu dengan semangat. Seakan-akan Alan adalah teman lama yang mengetahui apa yang harus ia perbuat untuk membuat Joah bersemangat.

"Kau benar-benar seorang penjelajah? Dan kau bilang tadi Tenebris? Ada kurcaci di sana?" Joah mendadak menghajar Alan dengan pertanyaan-pertanyaan spontan di kepalanya, kedua bola matanya langsung membesar.

"Ya, ya, dan ya." Jawab Alan singkat.

"Mengapa di sana terdapat kurcaci?" lanjut Joah bertanya memuaskan penasarannya.

"Kau tidak sedang berbicara dengan ahli aeslanografi. Maaf, aku tidak bisa menjelaskan persebaran makhluk-makhluk di benua ini secara mendetail. Tapi yang aku dengar, di sana kurcaci bekerja di sebuah pertambangan."

"PERTAMBANGAN DI TENEBRIS???" ia langsung teringat dengan 'malam itu' ketika Shany menunjukkan kitab tua milik Tn. Oshiera.

"Pertambangan itu menghasilkan apa?" secara tak sadar Joah mengenggam dadanya, walaupun di sana tidak terdapat apa-apa, tapi dia teringat akan kalung axoriusnya.

"Tunggu!" Alan mengambil peta kusam yang disimpan di tasnya. Tampaknya peta itu sudah dibawa pergi kemana-mana.

"Ini!" ia menunjuk lokasi Tenebris di peta itu.

"Di sini di jelaskan kalau pertambangan itu adalah pertambangan emas dan batu permata. Masuk akal, Tenebris bisa dikatakan pulau setengah perawan. Belum tersentuh penuh oleh tangan-tangan manusia. Aku dengar manusia jarang datang ke sana." Ia menjelaskan.

"AKU INGIN BERTANYA SATU HAL! Apa kau pernah mendengar nama 'axorius'?" desak Joah. Ia menjadi mengkait-kaitkan antara axorius dengan pertambangan permata di Tenebris.

Alan tersontak dan diam sejenak. Ia melipat tangannya dan memajukan badannya. "Ada apa dengan benda itu?" tanyanya, kepalanya langsung memiring dan alisnya mengkerut.

"Aku benar-benar membutuhkan banyak informasi tentang benda itu. SUNGGUH!" ucap Joah membara-bara.

Alan tampaknya tidak ingin langsung membahas tentang benda itu. Ia memperhatikan Joah secara mendalam kemudian berkata, "Katakan, apa alasanmu ingin mengetahui benda itu!" nada bicara Alan semakin serius. Joah tidak mungkin semudah itu menjawab apa alasannya, jadi ia diam sejenak. Memikirkan apakah ia beri tahu saja atau tidak, sedangkan Alan menunggu jawaban dari Joah.

"Aku dengar permata itu sangat langka, pasti harganya mahal. Aku ingin mendapatkannya lalu menjualnya supaya mampu membeli obat-obatan dari kerajaan lain yang lebih maju. Kau tahu, penyembuh di Slanzaria tidak mampu menyembuhkan segala penyakit, ibu asuh aku mengalami sakit pernapasan yang cukup parah dan aku ingin membelikannya obat." Jawab Joah. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat, tidak yakin kalau ia dapat berbohong dengan lancar.

"Tujuan yang sungguh mulia." Balas Alan. Kini Joah lebih tidak menyangka kalau Alan sangat mudah dibohongi. Joah sedikit menoleh pada Arion dan memainkan ekspresi tertentu.

"Axorius, permata biru itu, tidak terdapat di Tenebris." Alan meluruskan petanya yang hampir tergulung kembali.

"Jika kau memang ingin mendapatkan benda itu, maka kau telah bertanya pada orang yang tepat. Dia berada di sini! Sygra, Aphoria!" Alan menunjuk sebuah lokasi di arah timur laut peta.

"Apa itu?" tanya Arion.

"Sygra, sebuah kerajaan berkembang. Dipimpin oleh seorang ratu. Namun bukan itu yang penting, di dekat kerajaan itu ada sebuah gunung yang mengandung banyak sekali harta karun." Alan mendekatkan kepalanya kepada Joah dan memandangnya dengan serius.

"Percayalah padaku! Aku pernah mendapatkan sebuah peta rahasia. Peta itu menunjukkan dimana leluhur kita, leluhur orang-orang Aeslan menyimpan harta peninggalan mereka, harta peninggalan itu ada di kaki gunung itu." Ucap Alan sambil berbisik-bisik.

"Maksudmu gunung ini? Ag.. thor, Agthor?" salip Arion sambil menunjuk-nunjuk lokasi Gunung Agthor yang memang ada di pulau yang sama dengan Sygra.

"BUKAN ITU!" tukas Alan.

"Apa yang aku ceritakan jelas tidak ada hubungan dengan Gunung Agthor! Yang aku maksud adalah gunung ini!" telunjuk Alan menunjuk ke sebuah gunung yang memang lebih dekat dengan Kerajaan Sygra, Gunung Erinah.

"Bagaimana kami bisa mempercayai ucapanmu? Bisa kau tunjukkan peta itu?" tanya Arion.

"Maaf, itu bukan peta biasa. Peta itu akan terbakar ketika muncul pikiran buruk bagi siapa yang melihatnya. Dan peta itu benar-benar terbakar di tanganku dan lenyap. Bagimu apa salah jika seorang penjelajah ingin mencari benda itu?" Alan menjelaskan diikuti pertanyaan.

"Mungkin jika hanya ingin mencarinya tidak salah, tapi mungkin kau ada niat buruk. Seperti yang kau katakan." Ucap Arion.

Alan terdiam sejenak dan memperhatikan Arion dengan pandangan sedikit kesal. Joah juga memandang Arion, khawatir jika Alan tiba-tiba merajuk seperti anak kecil dan tidak mau diajak bicara lagi, sedangkan Shany tampaknya menyukai bagaimana Alan menatap Arion.

"Aku akan pergi nanti malam." ucap Alan sambil menatap ke arah lain. Joah menjadi khawatir, tampaknya Alan memang benar-benar merajuk seperti anak kecil.

"Pergi ke mana?" tanya Joah.

"Aku akan pergi ke Sygra terlebih dahulu, lalu melanjutkan perjalanku ke Gunung Erinah." Jawab Alan. Ternyata Alan bermaksud untuk pergi ke tempat itu.

"Apa kalian mau ikut bersamaku? Aku harap kalian mau, aku sangat suka berpetualang bersama remaja. Asal kalian tahu, rakyat-rakyat di sana sangat ramah dan baik, bahkan sangkin baiknya mereka tidak akan meminta bayaran makanan darimu hanya dengan mengatakan kalau kau adalah orang asing yang sangat mencintai kerajaan mereka lebih dari apapun di benua ini." Alan menawarkan.

Joah sangat senang mendengar ucapan Alan itu. Yang pertama, karena ternyata Alan sedang tidak merajuk seperti yang ia duga. Kedua, Alan sendiri yang menawarkan mereka untuk ikut bersamanya. Ketiga, ini kesempatan besar baginya untuk mendapatkan axorius pelindungnya itu. Dan keempat, ini adalah bukti bahwa doanya agar dapat menginjakkan kaki di luar Slanzaria akan terkabul. Dan masih banyak alasan-alasan lainnya.

Tapi tentu ia bingung, nanti malam adalah acara pelantikan calon Trisalvard. Daripada semua tawaran yang diberikan Alan, tentu ia lebih memilih untuk mengikuti acara pelantikan, demi apapun. Lalu tiba-tiba, Joah menyalip,

"Aku mau pergi bersamamu. Asalkan Arion dan Shany ikut!" entah kenapa ia langsung berdiri. Arion dan Shany langsung memandang Joah dengan heran karena secara semena-mena membawa-bawa nama mereka.

"Aku tidak menawarkan ajakanku hanya kepadamu, aku tadi menyebut 'kalian'." Jawab Alan sambil mendongakkan kepalanya.

"Dan satu lagi, kami hanya bisa pergi setelah selesai acara pelantikan, kira-kira pukul sepuluh malam. Bagaimana kalau sesudah itu kita berangkat ke sana?" ternyata keinginan Joah sangat serius.

"Kau memang ingin berpergian bersamaku?" tanya Alan. Nada bicaranya kali ini adalah yang paling serius dari seluruh percakapan ini.

"Ya! Aku, Arion, dan Shany." Jawab Joah. Jawabannya pun menjadi yang paling serius dari seluruh percakapan ini.

"Bagus! Aku adalah seorang penjelajah yang tidak terlalu suka persiapan. Namun untuk kalian, persiapkanlah semuanya dengan rapi, aku tidak ingin melihat kalian kehabisan minum lalu mati di perjalanan. Aku akan datang dan menyaksikan acara pelantikan kalian, lalu pukul dua belas malam kita akan memulai perjalanan kita ke Gunung Erinah menaiki kapal." Alan menerangkan.

"Ehm, sudah pukul empat sore!" Alan melihat jam yang berada di dinding.

"Aku ingin pergi ke Sungai Clare yang ada di pinggir kerajaan ini. Sungai yang kata penjelajah lain paling indah di benua ini. Aku akan membuktikannya!" Alan menyiapkan dirinya untuki pergi kemudian mengucapkan selamat tinggal kepada mereka bertiga.

Mereka terdiam sejenak sambil memperhatikan langkah Alan menuju tangga. Joah tampak mulai memikirkan apa yang harus ia persiapkan, kepala Arion masih penuh dengan tanda tanya akan orang itu, sedangkan Shany tampak menyesal tidak berani mengatakan kalau ia ingin menemani Alan ke Sungai Clare.

"Jo, apa-apaan kau ini. Kenapa kau bisa semudah itu percaya padanya? Jika pun kau harus mati karena tidak mendapatkan axorius, mungkin itu lebih baik dari pada kau harus mati di tangan orang asing seperti dia." Bisik Arion.

"Maksudmu, dia seorang pembunuh?" tanya Joah.

"Aku tidak menuduh. Tapi rasa curiga adalah salah satu bentuk alami untuk menyelamatkan diri. Coba kau telaah kembali perkataannya, dia bahkan tidak memberimu jaminan kalau axorius yang kau cari ada di tumpukan harta karun peninggalan leluhur Aeslan itu, dan kau dengan semudah itu percaya ucapannya?" Arion sepertinya marah kepada Joah.

Mendadak Joah sedikit tersadar. Arion ada benarnya, sebutuh apapun ia dengan axorius itu dan selebar apapun kesempatan yang ia terima agar dapat berkeliling benua ini sekalipun, ia tidak semestinya semudah itu percaya terhadap orang asing yang baru ia kenal sepuluh menit. Joah kembali melemas, menyadari semuanya akan kembali seperti biasa.

"Kau juga, Shany! Tidak tahan melihat orang tampan. Semalam kau meleleh karena Calestian, sekarang Alan. Giliran dekat dengan Tedric, kau tidak mau." Rutuk Arion.

Shany membela dirinya dengan mengatakan kalau alasan ia tidak suka berdekatan dengan Tedric bukan seperti yang dipikirkan Arion. Sedangkan Joah mulai menolehkan perhatiannya ke arah Arion dan Shany karena tampaknya mereka akan berkelahi sehingga kalaupun mereka jadi berangkat, maka kedua orang itu tidak akan sudi berangkat bersama-sama. Ia tidak tahan dengan kelakuan dua orang itu, ia tiba-tiba menyalip perselisihan mereka dengan suara keras,

"SIAPA TADI NAMANYA?" tanyanya mendadak.

"Alan." Balas Shany yang terkaget dan mulai merem mulutnya.

"Maksudku nama lengkapnya?" Joah kembali bertanya, tampaknya ia lupa.

"Alan Leclere." Arion gantian menjawab.

"Oh ya, Alan Leclere!" respon Joah.

Joah kembali melonggarkan posisi tubuhnya. Ternyata nama pemuda itu Alan Leclere, bagaimana ia bisa lupa sedangkan baru saja mereka saling berkenalan. Dia bukan orang yang pelupa, pasti ini karena pikirannya belum sepenuhnya membaik. Baru saja joah benar-benar melonggarkan posisi tubuhnya, mendadak ia kembali bangkit dari duduknya dengan tubuh tegang dan wajah yang terkejut,

"A.L?" pekiknya.

Hello. Terdapat beberapa perubahan nama dalam karakter. Sebagai berikut :

1. Frith : Tedric

2. Lumina : Lozora.

Perubahan nama karakter di atas pada bab-bab sebelumnya akan segera diperbaharui, mohon pengertiannya.

YourPanacreators' thoughts