webnovel

To Be Young and Broke

Teresa seorang gadis berusia 18 tahun berusaha membalaskan dendamnya pada seseorang yang amat menyayangi dirinya, ayahnya. Tetapi jalannya tidak mulus, diantara dendam dan ayahnya, Teresa dihadapi oleh seorang teman, sahabat dan mungkin cinta pertamanya, di sisi lain kehidupan bersama Bintang seorang duda berusia 17 tahun lebih tua dari dirinya dengan kondisi sekarat menjanjikan pembalasan dendam yang lebih mudah dan cepat untuk dipilihnya. Apa yang akan terjadi diantara mereka? Pertarungan antara cinta dan dendam, masa muda dan kematangan, kemapanan dan kehancuran.

StrawMarsm · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
26 Chs

26| To Be Young and Broke

[Kembalinya yang Tidak Diharapkan]

Teresa pulang dengan wajah merengut, semua orang kecuali Jordan menjadi sangat menyebalkan di sekolahnya, semua ini karena gosip yang menyebar dengan cepat soal Bintang yang membuat repot pengajar dan yayasan akibat ulahnya tempo hari

Langkah gadis itu kasar menuju ke dalam lift, gadis itu ingin sekali meluapkan kekesalannya pada Bintang, namun ia hanya bisa membuang nafas kesal karena Bintang pasti belum pulang, hari masih petang, pria itu akan berada di rumah tepat jam 8 malam, seperti biasa, lalu di tengah emosinya, ponsel gadis itu berdering dengan heboh hampir membuat jantung gadis itu mencuat dari dadanya

Bintang, nama itu tertera di layar

"Halo" Sentak Teresa

Ada desahan nafas yang cukup berat di sebrang sana "Ter" Tukas lelaki itu kemudian

Teresa balik mendengus

"Setelah pulang sekolah, kamu langsung pulang ya, ada yang saya mau bicarakan"

Teresa berdecak "Sama, ada yang mau aku protes juga ke kamu" Tukas gadis itu lagi "Btw aku udah di rumah" Sambungnya sambil memutarkan kedua bola matanya

"Sepuluh menit lagi saya sampai" Tukas pria itu lagi dan Teresa dengan kekesalannya dan pintu lift yang sudah terbuka dengan begitu saja mengakhiri panggilan telfone itu

Gadis itu meletakan tas-nya dengan sembarang di kamarnya dan kembali melangkah keluar menuju ke balkon di lantai 4, gadis itu bertengger pada balkon itu, menikmati hembus angin sore yang menerpa wajahnya sambil berusaha mendamaikan ledakan yang ada di kepalanya, lelaki itu sudah berusia 35 tahun lebih dan tingkah lakunya masih lebih kekanak-kanakan dari Teresa sendiri, gadis itu membuang nafas jengah kembali merasa kesal dengan Bintang, gadis itu sedang sibuk dengan fikirannya sendiri ketika Bintang begitu saja muncul di belakanganya

"Ter" Tukas lelaki itu, yang dibalas delikan tajam dari Teresa

Teresa dan Bintang duduk berhadapan pada kursi santai di balkon itu, Teresa memasang tatapan tajamnya sementara Bintang menghebuskan nafas berat

"Mas kenapa berulah di sekolah aku?" Tanya gadis itu tajam

Bintang menggeleng "Saya minta maaf soal itu, saya juga minta maaf jika saya agak egois kepada kamu, tapi, saya sudah memutuskan untuk kebaikan kamu dan bayi kita, mulai bulan depan kamu akan home schooling" Tukas lelaki itu membuat mata Teresa mendelik dengan lebih tajam

"Hah, kok mas seenaknya aja sih" Protes gadis itu

Bintang tidak menanggapi Teresa dan lelaki itu malah mengubah topik pembicaraan

"Ter," Muka lelaki itu mendadak menjadi lesu "Saya pernah berjanji sama kamu jika saya akan memulai semuanya dari awal dengan kamu, saya tidak akan menyembunyikan dan menutupi apapun dari kamu, saya akan membaginya dengan kamu"

Teresa tidak mengerti arah pembicaraan ini dan gadis itu masih kesal dengan Bintang yang seenaknya dan mengabaikan protesnya, gadis itu mengangguk dengan muka cemberut

Bintang kembali menghembuskan nafas berat "Ini berat untuk saya, saya telah benar-benar jatuh hati pada kamu dan saya telah mendapatkan arti kehidupan saya yang sempat hilang, saya memiliki kamu dan bayi kita, saya memiliki segalanya sekarang ini, saya sama sekali tidak mau mengambil resiko"

Teresa menghembuskan nafas jengah, gadis itu tidak mengerti sama sekali arah pembicaraan suaminya "Apaan sih mas, langsung aja ke intinya, aku gak ngerti. Kamu kan tau IQ aku ini jongkok, gak usah main tebak-tebakan deh" Sungut gadis itu

Bintang menatap mata Teresa "Bocah berandal itu akan kembali minggu depan"

DEG

Untuk sejenak Teresa lupa untuk bernafas, gadis itu menatap lurus seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya, kepala gadis itu begitu saja memutar semua ingatannya tentang Roy, tentang wajah pria itu, tentang suaranya dan saat mereka bersama, semuanya begitu indah sampai sebuah dehaman kembali mengantarkannya pada kenyataan

"Teresa" Tukas Bintang dengan nada meninggi

Gadis itu gelagapan untuk sejenak "Iya" Sautnya kemudian

Mata lelaki itu tajam menatap Teresa "Kamu harus ingat kamu adalah istri saya dan tidak ada yang akan berubah" Nada suara lelaki itu dalam dan tidak terelakan

Gadis itu menggeleng, sama sekali sudah melupakan semua protesnya pada Bintang, "Aku mau ganti baju" Tukas gadis itu tiba-tiba dan bangkit untuk meninggalkan Bintang menuju ke kamarnya tanpa menoleh

"Teresa" Tukas Bintang dari belakang tubuh Teresa yang terus berlalu tanpa dihiraukan oleh gadis itu

Teresa mengunci pintu kamarnya dari dalam lalu seolah lemas gadis itu menyendarkan tubuhnya pada daun pintu itu perlahan terduduk di lantai dengan fikirannya yang melayang dan kemudian tenggelam. Sudah berbulan-bulan gadis itu melarikan diri dari perasaannya akan Roy, semua terasa mudah karena Roy ada di sebrang samudra sana sehingga pelan-pelan Teresa mulai mencoba menggantikan sosok Roy dengan Bintang, namun setelah sosok itu diungkit lagi, dan kepulangannya berada di depan mata, Teresa meragukan segalanya, gadis itu meragukan dirinya, gadis itu meragukan hatinya dan yang terburuk, gadis itu meragukan pernikahannya. Bagaimana gadis itu memberitahukan segala kebenarannya bahwa perjodohan antara dirinya dan Bintang tetap berlanjut dan mereka telah menikah dan sekarang Teresa sedang mengandung anaknya dengan Bintang? Bagaimana gadis itu bisa membohongi Roy untuk selamanya?

Teresa memejamkan matanya, gadis itu memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan kepalanya diantara kedua lututnya, gadis itu menangis

"Teresa" Suara Bintang diiringi ketukan pada pintu yang diabaikan oleh Teresa

"Ter" Suara ketukan pintu semakin kencang

"Teresa, buka atau saya dobrak!" Sentak suara di balik pintu itu

Teresa menghapus air matanya, gadis itu sama sekali tidak menghiraukan suara di balik daun pintu itu, gadis itu bangkit menuju ke kamar mandi, tanpa melepaskan seragamnya, gadis itu naik ke bath tub-nya dengan keran yang ia nyalakan perlahan membasahi seragamnya dan menggenangkan air pada bath tub itu

Gadis itu kembali memejamkan matanya, membiarkan air dingin merambati tubuhnya berharap air itu juga dapat mendinginkan isi kepalanya. Gadis itu mengusap perutnya dengan sayang

"Rasi, kamu memang belum lahir ke dunia ini, tapi mama udah sayang banget sama kamu" Gumam gadis itu sambil matanya masih terpejam dan kedua tangannya memgelus-elus perutnya "Tapi mama masih bingung, yang ada di fikiran mama selama ini bukan papa kamu" Gadis itu merasakan air dingin yang kini sudah mencapai batas lehernya "Mama gak jahat kok, mama gak mau nyakitin siapa-siapa, mama gak mau nyakitin papa kamu juga, tapi perasaan mama gak sejalan sama fikiran mama, maafin mama ya buat semuanya jadi rumit gini" Tukas gadis itu sambil membuka kedua matanya

Teresa termenung untuk sesaat, matanya terfokus pada aliran air yang keluar dari keran yang sudah meluap melebihi kapasitas yang dapat ditampung oleh bath tub itu, kumudian gadis itu tersentak ketika Bintang begitu saja mendobrak pintu kamar mandinya

Lelaki itu menatap Teresa dengan pandangan tajam yang menyeramkan, jelas sekali lelaki itu marah "KAMU FIKIR APA YANG LAGI KAMU LAKUIN SEKARANG INI?" Berang lelaki itu dengan langkah penuh amarah dan begitu saja mengangkat Teresa dari bath tub-nya

Bibir gadis itu bergetar merasakan dingin yang kian menusuk ketika tubuhnya keluar dari air, gadis itu semakin merapatkan tubuhnya pada dekapan Bintang "Mandi" Saut gadis itu dengan suara mengigil

Begitu saja Bintang membawa gadis itu keluar dari kamar mandi menuju walk in clothes gadis itu dengan membuka asal kabinet-kabinet yang ada di sana dan mengeluarkan apapun yang bisa membungkus tubuh Teresa. Kemudian lelaki itu kembali membawa gadis itu menuju ranjangnya dan mendudukannya di sana

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya lelaki itu dengan suara tertahan membungkukan tubuhnya di hadapan gadis itu untuk mensejajarkan pandangan mereka

Teresa balas menatap mata lelaki itu dengan bibir yang masih bergetar "Mandi" Ulangnya lagi

Lelaki itu memejamkan matanya sambil mendengus "Kamu fikir saya bodoh?" Lelaki itu menyeringai menyeramkan

Teresa membuang tatapannya dari Bintang

Lelaki itu mendengus dan dapat Teresa lihat tangan lelaki itu terkepal hingga buku-buku jarinya memutih "Saya tidak akan membiarkan siapapun menyakiti anak saya" Eram lelaki itu

Bintang melangkah mundur, untuk sesaat Teresa dapat menghela kembali nafasnya sebelum gadis itu kembali tercekat

PRANGG

Bintang menghantamkan tinjunya pada cermin yang berada di dekatnya "Saya tidak akan pernah memberikan kamu jalan keluar dari pernikahan ini. Silahkan kamu mencoba mencari jalan tengah untuk bisa kabur dari saya, tapi jangan berani kamu mencoba membawa anak saya!" Tukas pria itu, matanya tajam tapi tidak menatap langsung ke mata Teresa

Gadis itu terdiam sejenak kemudia air mata begitu saja mengalir dari matanya dan membasahi pipinya dengan begitu deras "Dalam hidup aku, hal yang gak mungkin aku lakukan adalah mencelakakan anak aku sendiri. Aku pertaruhkan nyawa aku untuk anak ini!" Lirih Teresa disela tangisnya

Gadis itu tertunduk dan tangisnya semakin kencang "Aku gak tau apa yang ada di fikiran aku, aku udah coba semuanya, aku coba lupain Roy..."

BRUK

Gadis itu belum menyelesaikan kalimatnya, gadis itu tersentak ketika lelaki itu kembali melayangkan tinjunya yang sudah berdarah-darah akibat pecahan kaca kepada kabinet yang ada di dekatnya "JANGAN KAMU SEBUT NAMA BANGSAT ITU!" Teriak lelaki itu

Teresa semakin histeris dengan tangisannya "AKU JUGA GAK MAU KAYAK GINI!" Lengking gadis itu

Tatapan Bintang masih dengan tajam menata gadis itu "Sampai minggu depan, kamu gak akan meninggalkan kamar ini!" Tukas laki-laki itu sambil melangkah meninggalkan kamar itu tanpa menoleh pada gadis itu yang menagis tersedu-sedu

Setelah beberapa saat Bintang keluar, Bu Farida datang dan langsung menghampiri Teresa. Wanita paruh baya itu mendekap Teresa dengan penuh pengsetian dan kasih sayang, membuat gadis itu menangis semakin menjadi dipelukan wanita paruh baya itu

Gadis itu hanya menangis hingga kelelahan dan kemudian terlelap di dalam pelukan Bu Farida. Wanita paruh baya itu mengurusi gadis itu, Bu Farida menggantikan baju gadis itu, membaringkannya di ranjang dan menyelimuti gadis itu sambil mengusap-usap halus kening gadis itu "Ibu gak tega liat kamu seperti ini," Tukas wanita itu sambil terus membelai-belai gadis itu "Tapi ibu juga gak bisa berbuat apa-apa kalo sudah masalah hati, ibu juga gak bisa bayangin kalo Bintang kehilangan kamu, akan sehancur apa dia nantinya? Ibu berdoa semoga kamu sama Bintang bisa terus sama-sama" Tukas Bu Farida lagi sambil menaikan selimut Teresa dan melangkah pergi meninggalkan kamar itu

Teresa terbangun menjelang tengah malam, gadis itu gelisah sepanjang tidurnya dan kemudian terbangun ketika jam nyaris menunjukan pukul 12 tengah malam, peluh membasahi pelipisnya, mimpi buruk tentang ibunya kembali menderanya, gadis itu menoleh ke kiri dan kanan, hanya kegelapan yang ada di sekitarnya. Gadis itu menuruni ranjang dan bergegas keluar kamar itu, secara diam-diam gadis itu mencari-cari keberadaan Bintang

Rumah itu nampak sepi dan gadis itu tidak menemukan keberadaan Bintang, tidak ada satu orang pun yang terlihat oleh Teresa di rumah sebesar itu. Hingga kemudian ia memutuskan untuk keluar rumah sekedar untuk menghirup udara malam

Baru saja pintu utama gadis itu buka, Teresa terlonjak, Bintang berdiri di depannya dengan sorot matanya yang tajam mengujam langsung seolah menembus isi kepala Teresa

"Mau kemana kamu?" Tanya lelaki itu dengan nada tajam

Sejenak Teresa hendak menjawab dengan perkataan jujurnya yang hanya sekedar iseng ingin menghirup udara malam, namun entah mengapa tiba-tiba sebuah bayangan tentang makanan dan minuman menjadi sangat menari dibenaknya "Mas" Tukas gadis itu ragu-ragu menatap Bintang

Bintang tidak menjawab, namun membiarkan Teresa untuk meneruskan perkataannya

"Aku mau nasi kuning sama bandrek" Tukasnya membuat Bintang memasang raut wajah bertanya-tanya untuk sesaat

"Nasi kuning?" Ulang Bintang dengan masih mempertahankan nada suaranya yang belagak tajam

Gadis itu mengangguk

"Ini sudah tengah malam Teresa, siapa yang jual nasi kuning tengah malem gini?" Pria itu mempertanyakan keinginan gadis itu

Teresa menggedikan bahunya "Gak tau, aku tiba-tiba mau aja" Tukasnya "Minumnya bandrek" Sambung gadis itu lagi membuat Bintang sepenuhnya kehilangan tatapan tajamnya "Pokoknya nasi kuning sama bandreknya harus satu penjual" Ujar Teresa kemudian membuat Bintang memejamkan matanya

Pria itu kemudian membuka kembali matanya dan tatapannya sepenuhnya melunak, ia tau jika ini adalah perbuatan bayinya yang ada di dalam kandungan istrinya itu "Iya saya carikan" Tukas lelaki itu kemudian

"Ikut" Tukas Teresa

Bintang mendelik untuk sesaat "Teresa ini sudah tengah malam, gak baik untuk kamu dan bayi kita. Kamu istirahat aja biar saya yang cari" Tukas Bintang

Teresa menggeleng "Mana aku tau nanti kamu belinya di restoran yang sama atau beda kalo aku gak ikut" Elak gadis itu lagi

Untuk sesaat Teresa dan Bintang sudah kembali berkomunikasi seperti biasa seolah kejadian sore tadi tidak pernah terjadi

Bintang menghembuskan nafas sambil menatap lembut Teresa "Saya gak akan bohongin kamu cuma karena masalah bandrek sama nasi kuning Teresa" Tukas Bintang

Gadis itu mencebikan bibirnya "Emang mas tau restoran mana atau warung mana yang jual nasi kuning sama bandrek sekaligus tengah malem gini?"

Bintang memasang senyum tipisnya dan menggeleng "Tapi saya akan carikan untuk kamu"

Gadis itu memberengut "Ikut" Tukasnya dengan wajah memelas yang membuat Bintang kehilangan daya untuk menolak permintaan gadis itu

Bintang mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata, pria itu fokus kepada jalanan yang ada di hadapannya berusaha untuk tidak memikirkan apa yang akan terjadi kemudian menyakut si bengal yang akan kembali ke tengah-tengah kehidupan istrinya, mengingat kembali reaksi Teresa sore tadi ketika mendengar tentang lelaki bengal itu, sama sekali menyiratkan jika gadis itu masih memiliki rasa untuk pria itu dan itu kembali menyulut amarah Bintang, tanpa sadar pria itu mencengkram stir mobilnya dan membuat luka yang ia dapatkan sore tadi berdarah lagi

"Mas" Tukas Teresa membuka percakapan yang juga menyadari cengkraman Bintang pada stir mobilnya

Bintang tidak menjawab

"Awalnya aku turun untuk cari kamu" Tukas gadis itu kemudian

Bintang mendengarkan tapi tidak menanggapi

"Aku takut kamu lari ke alkohol lagi. Biasanya kalo kamu marah sama aku, kamu akan nyakitin diri kamu sendiri dengan alkohol, dan aku udah siap-siap marah sama kamu tadi" Tutur Teresa

Sebuah seringai muncul di salah satu sudut bibir Bintang, namun lelaki itu tetap diam

"Mas" Rajuk Teresa "Kalo kamu diem terus mending kamu turunin aku di tengah jalan aja deh. Percuma ngomong sama kamu, kayak ngomong sama aspal!"

"Saya dengerin kamu" Tukas lelaki itu kemudian

"Ya responlah, jangan cuma didengerin doang, aku bukan lagi nyanyi!" Protes gadis itu lagi

"Saya sudah janji sama kamu dan bayi kita, saya sudah berkomitmen untuk sembuh. Sudah tidak ada lagi alkohol di rumah kita kecuali di kotak P3K" Tukas lelaki itu dengan fokusnya masih kepada jalanan di depannya

"Kan bisa aja kamu ke club atau bar, atau kemanapun yang ada alkoholnya" Sanggah gadis itu lagi

Pria itu mengangguk "Iya bisa aja, cuma saya gak mau ninggalin kamu malem-malem gini, in case kejadian kayak gini, gak ada saya. Lagi pula saya sudah janji untuk sembuh Teresa, harus berapa kali saya ulangi?"

Kening Teresa mengkerut "Kejadian kayak gini? Kejadian apa?"

Senyum tipis tidak dapat pria itu sembunyikan "Kamu ngidam aneh-aneh kayak gini, kalo saya gak ada di deket kamu gimana?" Tukas pria itu

Mendengar penuturan Bintang membuat senyuman pada wajah Bintang seolah menjalar ke Teresa "Mas suka direpotin kayak gini? Aku kira tadi mas marah tau"

"Ini pengalaman pertama saya untuk menjadi ayah, saya ingin menikmatinya dan mengalami semuanya" Tukas pria itu menoleh sebentar pada Teresa sebelum fokusnya kembali ke jalan

Sudah beberapa restauran dan kedai makan yang masih buka pada tengah malam itu disambangi oleh Bintang dan Teresa, namun tidak ada di antara mereka yang menjual menu nasi kuning dan bandrek sekaligus. Bintang tidak mengeluhkan apapun, pria itu jika tidak mendapat apa yang diinginkan istrinya pada restauran atau kedai makan itu, langsung kembali ke mobilnya, putar balik dan kembali mencari alternatif lainnya

"Mas" Tukas Teresa

"Hmm"

"Gak jadi nasi kuning deh" Tukas Teresa

Teresa membayangkan jika Bintang akan memasang raut wajah kesalnya atau pandangan mata tajamnya, namun di luar dugaan, pria itu malah memasang sebuah senyuman "Gapapa kok Ter, ayo kita cari lagi. Pasti ada kok yang jual" Tukas Bintang sesekali menoleh pada Teresa sebelum pandangannya kembali menyoroti setiap restauran yang masih buka di sekitar jalanan yang dilaluinya "Kalo kamu cape, kamu istirahat aja" Tukas pria itu sambil sebelah tangannya mengelus perut Teresa "Rasi jangan ileran ya, papa akan cariin yang kamu mau sampai ketemu" Tukas pria itu pada bayinya

Melihat tingkah laku pria itu, senyum kembali mengembang di wajah Teresa "Mas aku mau jagung bakar aja" Tukas Teresa

Bintang menghentikan mobilnya sebentar "Beneran gak jadi nasi kuning?" Tanya lelaki itu menegaskan tanpa sorot mata yang tajam dan raut kesal sama sekali

Teresa mengangguk dan Bintang memutar arah mobilnya

"Mas" Tukas Teresa ragu-ragu

"Apa"

"Kamu gak kesel mas?" Tanya gadis itu malah heran dengan sikap suaminya

Bintang malah terkekeh pelan "Untuk apa?"

Teresa mengerutkan keningnya lagi, gadis itu semakin terheran-heran "Hah, kamu kan udah muter-muter, tanya sana-sini buat beli nasi kuning terus aku batalin gitu aja"

Bintang kembali tersenyum "Untuk anak aku, untuk kamu, aku gak kesel sama sekali"

Bintang menghentikan mobilnya di salah satu kedai jagung bakar, pria itu hendak memesankan Teresa jagung bakar untuk dimakan di rumah, namun gadis itu lagi-lagi menolak dan ingin memakan jagung itu di kedai itu. Dengan berat hati Bintang menuruti keinginan gadis itu dengan menyampirkan lapisan jaket tebal untuk Teresa sebelum gadis itu turun dari mobil

Udara malam itu sangat dingin dan jagung yang baru disajikan dengan kepulan asap itu dengan sekejap telah menjadi dingin mengikuti suhu udara di sekitar tempat itu

"Mas, aku sama sekali gak bohong loh sama kamu soal tiba-tiba aku ngidam" Tukas Teresa tiba-tiba

Bintang hanya tersenyum sambil menampilakan deretan giginya yang rapih dan putih menambah citra tampan pada wajahnya "Iya" Sautnya singkat

"Setelah aku fikir-fikir lagi, ini mungkin ulah Rasi mas, dia yang buat kita baik-baik lagi" Tukas gadis itu dengan mulut yang masih penuh kunyahan jagung bakar

Bintang kembali tertawa ringan melihat tingkah Teresa, dan kemudian pria itu menyeka sudut-sudut bibir Teresa dengan punggung tangannya "Iya, Rasi anak yang baik ya" Tukas Bintang sambil mengalihkan pandangannya ke perut Teresa yang masih rata

Mereka diam untuk menikmati jagung bakar itu selama beberapa menit, sebelum Bintang kembali menghembuskan nafas berat "Ter" Tukasnya

"Hmm" Saut gadis itu disela-sela kunyahan jagung bakarnya

Bintang menatap Teresa dengan lembut "Saya mau kamu berterus terang tentang hubungan kita kepada semua orang, selama ini saya mengikuti permainan kamu untuk menyembunyikan identitas pernikahan kita, namun ini semakin konyol untuk saya. selama ini Saya menghargai kamu sebagai istri saya dan ibu bagi calon anak saya, maka dari itu saya tidak seenaknya berterus terang tentang pernikahan saya kepada banyak kolega saya, rekan bisnis saya dan yang terutama lingkaran pergaulan kamu. Tapi tidak bisa seperti ini terus Ter, sebentar lagi kita akan menjadi orangtua, tidak mungkin bagi kita untuk terus merahasiakan pernikahan ini"Papar Bintang dengan panjang lebar

Teresa diam sejenak setelah menyelesaikan kunyahan jagung bakarnya, gadis itu mengangguk "Aku tau" Sautnya singkat

Lalu ada jeda keheningan diantara mereka

Gadis itu menatap tumpukan jagung bakar yang ada di hadapannya tapi fikirannya sama sekali tidak tertuju untuk menyantap jagung bakar itu "Setelah Roy pulang, aku akan home schooling, saat itu aku akan terus terang tentang pernikahan kita ke semua orang" Tukas Teresa

Mendnegar nama Roy disebut entah mengapa emosi Bintang kembali naik dan tidak dan lelaki itu tidak menyembunyikan perubahan raut wajahnya sama sekali

Melihat perubahan raut wajah suaminya itu Teresa kembali menghembuskan nafas "Aku sama sekali gak maksud untuk buat kamu marah atau apapun mas, aku gak akan balik lagi sama Roy. Sekarang aku punya kamu dan Rasi di antara kita, gak ada alesan aku untuk gak sama kamu mas. Tapi Roy itu pengalaman cinta pertama aku, dia baik banget sam aku, dia yang jagain aku sebelum kamu, aku merasa bersalah sama dia. Setelah Roy pulang, aku akan lurusin semuanya, aku akan buka hubungan oernikahan kita sama semua orang""Termasuk ke Roy" Gadis itu menatap Bintang dengan mata bulatnya yang terbuka sempurna dan menatap wajah Bintang "Mas tolong aku lewatin semua ini ya"

Bintang tidak berkata apapun, pria itu merengkuh Teresa dalam dekapannya