Setelah aku memakirkan sepedaku di depan rumah, aku langsung menuju ke rumah bu Yani untuk bekerja part time sebagai asisten catering.
Seperti biasa aku selalu mengggunakan waktu semaksimal mungkin dan aku juga harus bisa membagi rata tentang novel dan juga tentang waktu aku untuk mengetik.
Aku pernah membaca sebuah buku entah benar atau tidak, ' Orang yang menghabiskan waktunya secara sia-sia tanpa mempertimbangkan adalah orang yang belum mnegerti arti kehidupan'
Terdengar simple tapi aku yakin, kalian juga pernah mengalmi dimana mental dan fisik kalian juga mengalami masalah sehingga membuat hidup kalian merasa sangat hancur dan rapuh secara bersamaan dan itu aku pernah mengalaminya sendiri.
Aku benar-benar kehilangan kedua orang tuaku dan aku juga harus kehilangan sahabatku untuk meraih mimpinya sendiri.
"Nak?"
"Iya bu. Ada apa?"
"Apakah kamu mempunya kekasih atau seseorang lelaki yang dekat dengan kamu?" tanya bu Yani lalu aku pun langsung menyenderkan kepala di tembok.
"Keseharian Nata sibuk bu."
"Bagaiamna mungkin Nata memiliki kekeasih dan mana ada yang mau sama Nata jika Nata di sangka lelaki terus saja?" aku mendesah dengan pelan sedangkan bu Yani hanya diam sembari memalingkan ke arah lain.
"Apakah jika da ellaki yang melamarmu, akan kamu terima?" tanya bu Yani dengan menatapku dengan harapan sehingga membuat aku terdiam sejenak.
Aku menhembuskan nafas dengan pelan-pelan dan menatap kea rah bu Yani. "Nata tidak tahu, Nata belum memikirkan apa-apapun!" jawabku dengan tenang.
"Ibu tau, kamu menyimpan luka di hatiku, tapi percayalah suatu saat kamu akan menemukan sosok yang seperti apa yang kamu mau." Jawab bu Yani sehingga membuat aku pun langsung menganggukan kepala.
"Oh satu lagi! Ujar dia dengan raut Bahagia sehingga membuat aku pun langsung mengangkat alis dengan bingung.
"Apa bu?"
"Apakah kamu bisa Membantu Ibu?" tanya bu Yani dengnan menatap lembut ke arahku, lalu aku pun mengeryitkan dahi dengan bingung.
"Tapi sebelumnya kamu jangan kasih tahu bahwa informasi ini dari Ibu ya!" dia mulai mendekatkan diri kepadaku sehingga membuat aku pun langsung mendekat ke arahnya.
"besok aldp pulang, bisa bantu ibu untuk menjemputnya di bandara?" tanyanya dengan raut sangat Bahagia sehingga membuat aku langsung menganggukan tanpa berpikir dua kali.
"Serius bu?"
"Aldo akan pulang besok?" cicitku dengan pelan. Entah apa yang membuatnya berbicara pelan padahal di sini hanya empat orang saja.
"Iya benar, besok jam delapan malam mungkin dia akan sampai di bandara."
"Ya sudah Nata saja yang akan menjemputnya bagaimana?" tawarku kepadanya sedangkan dia hanya menganggukan kepala.
"Iya tidak apa-apa, kebetulan kita besok tidak ada pesanan jadi kamu tidak usah ke sini," dia langsung tersenyum kepadaku dan aku juga membalas senyumannya darinya.
Cukup sore, aku sudah menyelesaikan pesanan catering, di sore kami sudah mempacking dan juga kami sudah emnganatarkan barang tersebut.
"Bu?"
"Apakah Al, mengetahui bahwa Nata yang akan menjemputnya?" tanyaku lalu bu Yani menggelengkan kepala.
"Ibu tidak memberitahukan bahwa kamu yang akn menjemputnya jadi mungkin kamu akan sedikit lupa dengan wajahnya!" uajr bu Yani sehingga membuat aku pun langsung menganggukan kepala. Ya memang selama dia di sana aku tidak mau berhubungan dengan Aldo kecuali aku memang menggirimkan pesan aku selalu, tapi utnutk bertatap muka dengannya aku selalu menolaknya karena aku tidak ingin merasa kesepian.
"Ya sudah, kalau begitu Nata pulang dulu bu!" pamitku kepdanya sedangkan dia langsung menganggukan kepala.
Setelah mengantar susu dan koran, aku langsung menuju pusat kota dan itu cukup jauh yang mungkin saja akan memakan waktu sekitar satu jam dari pinggiran kota. Di sana mungkin banyak sekali lowongan pekerjaan pikirku tapi Ketika aku menemukan bahwa lowongan hanya terbuka hanya untuk S1,S2 dan master sehingga membuat aku menghela nafas dengan pelan.
"Itu lah jika kamu pergi dari tempatmu, maka kamu akan mengerti tentang hidup dirimu sendiri," ujarku dengan menghela nafas sehingga membuat aku langsung menggoes Kembali dan juga aku harus mencari pekerjaan Kembali.
Hari ini cuaca sangat terik sehingga membuat akau pun langsung mengehentikan speeda dan duduk di pinggiran trotoar yang tak jauh dariku. Cukup banyak orang yang berlalu-ilang depannku karena ini daerah perkantoran raksasa dan juga pusat kota.
Aku meneguk air putih dengan sekali teguk, aku menyeka keringat yang terus saja menetes di dahi dan juga leherku. Di depanku banyak sekali perempuan yang berparas cantik dan juga berpakaian sanagta bagus ssedangkan aku hanya memakai sneakers yang sudah mulai bolong di bagain depannya, baju yang sudah luncur, dan celana jeans yang juga sudah luntur. Aku benar-benar isi dengan kehidupan mereka dan juga dengan penddikan mereka. Aku tidak iri dengan paras meraka hanya saja ku iri dengan kehidupan yang terlihat sangat senang dan juga berpendidikan tinggi, aku yakin mereka mempunyai skil yang tak main-main.
Setelah aku beristirahat aku langsung melanjutkan mencari pekerjaan meskipun aku hanya seorang lulusan SMA saja. Aku langsung menggoes sepeda cukup kuat karena aku harus mencari warung makan untuk makan siang, mengingat perutku sudah berbunyi sedari tadi.
Aku berhenti di lampu merah dekat dana beberapa penggendra juga berhenti, lalu dari kwjauhan aku melihat mobil sport yang melaju dengan sangat kencang sekali, sehingga membuat aku langsung menggelengkan kepala. "Kaya engga sayang nyawa aja tuh orang!" ujarku dengan tersenyum sinis tapi entah kenapaa lampu kuning sudah menyala, berarti mobil itu akan tertabrak oleh kami dan itu akan menimbulkkan tabrakan di tambah dia menyalakan lampu sen ke kiri.
Jantungku berpacu dengan kuat dan benar saja, ketika lampu hijau menyala, rupanya mobil langsung membanting stir ke arahku sehingga membuat aku pun terpental cukup kuat bahkan aku berteriak dengan kencang tapi tertutup oleh suara benturan yang cukup kuat.
AAAAAAAA
BRAKKKK
Beberapa kendaran ada yang berhenti untuk melihat korban dan ada juga ada orang yang tidak perduli dengan apa yang terjadi. Aku melihat sepedaku dan itu membuat aku menangis hingga tersedu-sedu, meskipun lukaku cukup sakit dan seperti aku mengalami sakit di bagian kaki dan juga tangan tapi au benar-benar menangis gegara sepedaku sudah terlindas oleh mobil sialan itu.
"Nona apakah kamu baik-baik saja?" tanya wanita dengan raut wajah kahawatir sedangkan aku hanya menatap nanar sepeda.
"A....aku baikbaik saja tapi sepedaku,,,,,huhuhuuhu!" aku langsung menangis dengan kencang sedangkan beberapa orang langusung menolong pria yang ada di dalam mobil tersebut.
"Seseorang tolong panggilkan ambulans," teraik seseorang yang entah aku pun tidak mengetahuinya. Ada beberapa orang yang memvidiokan, ada orang yang sedang membantu mengeluarkan pria berengsek itu dan ada juga yang menenangkan aku.
Tak lama terdengar suara ambulans, lalu mereka membawaku pergi bersama pria sialan itu sehingga membuat aku menolak ajakan dari orang.
"Tidak, saya tidak akan ikut dengan lelaki sialan itu!" aku benar-benar kesal terhadap sosok leleki yang tengah nerbaring di hadapanku dan dia juga terluka cukup parah.
"Tapi nona..."
"Aku tidak apa-apa," ujarku dengan menyela omongannya sehingga membuat para medis langsung mengangkat badanku menaiki mobil ambulans.
Aku ebnar-benar musk berada satu mobil dengannya sehingga membuat aku menggerutu sedangkan para medis berusaha untuk menolong lelaki yang adaa di depanku, lalu aku emngalihkan pandangan ke arah lain.
"Benar-benar sialan!" umpatkud engan menahan sakitndi antara kaki dan tangan.