webnovel

58

Alarm ponselku.

Perlahan kubuka mata.

Starla masih ada dalam dekapanku.

Ini masih kamar kami. Bukan kamar Mama dan Papa.

Ini masih 2020, bukan 1989.

Kuperhatikan sekujur tubuhku, tak puas, lalu aku beranjak menuju cermin.

Aku, masih diriku, diriku yang berusia tiga puluh empat tahun.

"Sayang?" suara lembut Starla memanggilku.

Aku menoleh, tanpa sadar air mataku telah berlinang.

"Kamu...kenapa?"

Jawabanku adalah menghambur ke arahnya, dan memeluknya.

"Re?" katanya sambil balas memelukku.

"Sayang..."

"Apa yang sudah terjadi? Apakah yang kamu bilang semalam....?"

"Nggak..nggak sayang! Nggak!"

"Maksudmu?"

"Aku nggak tahu apa yang harus kubilang. Nggak ada yang harus kuceritakan. Yang pasti adalah...semua baik-baik saja,"

"Jadi semua misterimu masih akan menjadi misteri?"

"Kuharap selamanya,"

Starla menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.

Kami melanjutkan hidup kami.

Aku membeli sejumlah bangunan di Selatan ibu kota, tempat kami tinggal sekarang. Kuratakan mereka dan kudirikan kompleks yang menyerupai area Gedung Putih di Amerika Serikat. Kupusatkan semua aktivitas bisnisku di sana.

Semua saham yang tersebar di seluruh dunia berpusat di Starla, inc. Nama yang kuberikan untuk perusahaanku, sebagai wujud kecintaanku padanya. Serta rasa syukurku bahwa kami baik-baik saja.

Kukontrol dunia dari Bandung, dan kuharap di masa depan, Indonesia akan menjadi pusat dunia.

Semua berkat diriku.

Bu Neneng, ini juga berkat Ibu. Janjiku padamu bahwa Indonesia menjadi negara adikuasa telah menjadi kenyataan. Setidaknya seorang warga negara Indonesia adalah penguasa dunia.

Aku tidak lagi memiliki pengetahuan akan masa depan. Ini sudah jauh melewati masaku. Beberapa kesempatan memang kulewatkan, tapi secara keseluruhan seluruh dunia telah ada dalam genggamanku.

Kurasakan kehidupanku dengan Starla sangat sempurna. Mungkin akan lebih sempurna dengan kehadiran seorang anak, yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya.