webnovel

53

Aku terkesiap mendengar pertanyaan Starla.

"Maksudmu?"

"Kamu kira aku nggak akan berpikir? Semua permainan dan investasi saham maupun forexmu selalu menghasilkan keuntungan, semua taruhanmu selalu menang, apa kamu benar-benar mengira aku akan menganggap semua itu biasa-biasa saja?"

"Itu cuma keberuntungan,"

"Keberuntungan? Keberuntungan my ass!"

"Aku becanda, Star,"

"Kuharap juga gitu, karena kalo kamu beneran mikir aku percaya bahwa semua itu keberuntungan, artinya kamu melecehkan aku,"

"Baiklah," aku tersenyum.

"Kalau kau ingin tahu, akan kuberitahu..." lanjutku.

"Sudahlah!" Starla mengibaskan tangannya.

"Maksudmu?"

"Hidup menjadi menarik karena misteri-misterinya. Kita nggak tahu apa yang akan terjadi. Begitu juga denganmu, kalau misterimu terungkap mungkin kamu nggak menarik lagi bagiku," katanya sambil tersenyum.

"Jadi?"

"Lupakan aku pernah tanya,"

Aku hanya tertawa.

Kau tidak tahu, sayang. Kau tidak tahu betapa luar biasanya mengetahui apa yang akan terjadi, semuanya!

Kemudian aku teringat sesuatu.

Beberapa hari yang lalu telah kuminta salah satu pegawaiku untuk mencari kontak Dr. Hobson. Ya, Dr. Hobson yang telah kubantu menemukan vaksin atas TBC.

Segera kuangkat teleponku untuk melakukan panggilan internasional kepadanya.

Beberapa deringan terdengar sebelum akhirnya ia mengangkat.

"Ya, Dr. Hobson di sini." sapa suara di ujung sana.

"Dr. Hobson, maaf saya mengganggu Anda. Saya harap Anda masih mengingat saya. Saya Ferre Praditya." Kataku.

Beberapa saat lamanya terjadi keheningan di sana.

"Dr. Hobson?" panggilku.

"Ah, ya, maaf. Tentu, tentu, tentu saja saya mengingat Anda. Bagaimana mungkin saya lupa?" jawab Dr. Hobson.

"Vaksin TBC itu sangat berguna ya?"

"Uhm, benar, Mr. Praditya. Saya sangat berutang budi kepada Anda. Seharusnya saya membayar royalti kepada Anda."

"Tidak, tidak, Dr. Hobson. Saya menghubungi Anda bukan untuk itu."

"Oh, maaf, Mr. Praditya."

"Tidak ada yang perlu dimaafkan, Dr. Hobson. Justru saya menghubungi Anda untuk menawarkan sebuah kerjasama."

"Saya mendengarkan, Mr. Praditya."

"Anda pernah mendengar virus Corona?"

"Virus Corona, hmmm, ya, tentu saja pernah."

"Saya mempunyai sebuah topik penelitian. Jika Anda bisa melakukan penelitian atas virus Corona pada kelelawar, maka saya akan membiayai semua hal yang diperlukan hingga Anda berhasil mengembangkan vaksin dari virus itu."