webnovel

36

Berita tentang ditangkapnya sejumlah pembajak pesawat menghiasi CNN hari ini.

Nama-nama yang kusebutkan persis seperti yang kuketahui akan terjadi, namun mereka seolah tidak melawan ketika ditangkap. Mereka mengakui semuanya, termasuk rencana mereka membajak pesawat-pesawat yang mereka tumpangi.

Aku terduduk, menghembuskan napas, tapi entah harus merasa lega atau bagaimana. Sekali lagi aku telah mengubah sejarah. Tubuhku rasanya lelah sekali. Mataku berat. Kupikirkan akibat perbuatanku nanti saja, pikirku. Tanpa sadar aku tertidur, dan terbangun saat alarm berbunyi, menandakan waktu salat subuh.

Kulihat tanggal di ponselku, 12 September 2001.

Segera kunyalakan televisi dan kubuka internet, dan kudapati sejumlah berita, antara lain berita penangkapan teroris di bandara-bandara Amerika Serikat.

Berita-berita tersebut tidak menjadi tajuk utama, hanya berita selingan. Hal seperti penangkapan teroris dianggap biasa. Masyarakat dunia tidak tahu apa yang sesungguhnya bisa terjadi, mungkin tidak akan pernah tahu.

Hari-hari berikutnya berlalu tanpa ada satu pun berita tentang ditabraknya menara kembar milik Amerika Serikat. Mereka masih berdiri tegak di sana, dengan simbol keangkuhannya.

Tidak ada perang terhadap Taliban, tidak ada serangan ke Afganistan, George Walker Bush juga masih kurang dikenal di Indonesia.

Aku pun pergi ke sekolah seperti biasa, seperti tidak terjadi apa-apa, bahkan tidak ada tanda bahwa aku baru saja menghentikan abad penuh darah. Sesampai di sekolah, aku menemukan Mark beserta kawan-kawan sedang berbincang.

"Noelle dirawat lagi," jawab Mark begitu kutanya.

"Kita akan menengoknya sore ini," timpal Faith.

Aku teringat Noelle, salah satu teman baruku di Amerika ini. Ia telah berulang kali masuk rumah sakit. Aku sendiri baru beberapa kali bertemu dengannya di luar jam sekolah. Selebihnya ia sering sekali bolak-balik masuk rumah sakit.

Sorenya, sesuai yang kami rencanakan, kami datang membawa bunga, cokelat, dan balon-balon bertuliskan huruf-huruf yang jika digabungkan akan bertuliskan "GET WELL SOON, NOELLE".

Noelle menyambut kami dengan senyumnya sambil masih terbaring lemah di tempat tidur.

"TBC," kata Mrs. Howey, ibu dari Noelle. Aku menanyakan apa yang menjadi penyakit Noelle kepadanya.

"Sudah berapa lama, Mrs. Howey?" tanyaku.

"Setahun, mungkin lebih,"

Aku termenung.

Sore itu kami pamit. Noelle dan Mrs. Howey mengucapkan terima kasih atas kunjungan kami. Tapi esoknya aku kembali lagi.

"Ferre?" Noelle terkejut mendapatiku.

"Maaf aku tidak membawa coklat atau bunga, atau apa pun." Kataku.

"Tidak apa-apa. Tapi, aku terkejut kau datang."

"Sebenarnya aku ingin menemui doktermu."

"Dr. Hobson? Untuk apa?"

"Kau akan berterima kasih, tapi aku perlu bertemu dengannya terlebih dahulu."

"Baiklah." Noelle menekan tombol di sebelah tempat tidurnya. Seorang suster muncul dan Noelle berkata ingin bertemu Dr. Hobson.

"Dr. Hobson, ini teman saya, Ferre Praditya. Ferre, Dr. Hobson." Noelle memperkenalkan kami begitu Dr. Hobson masuk. Ia seorang yang tinggi besar, barangkali lebih dari 1,8 meter. Rambut pirangnya sudah tipis, namun badannya masih atletis. Kupikir ia orang yang rajin berolahraga.

"Dokter Hobson," sapaku tersenyum.

"Mr. Praditya," sapanya kembali.

"Dokter, bisa kita bicara berdua?"

"Untuk...?"

"Sebentar saja, please..."

Dr. Hobson menengok ke arah Noelle yang menunjukkan ekspresi "aku tidak tahu".

"Noelle, kutinggal dulu ya?" kataku.

Noelle mengangguk.

Dr. Hobson membawaku ke ruangannya. Di ruangan ini benar-benar kutemui ruang dokter yang berbeda dengan ruangan dokter yang kutemui di Indonesia. Di sini begitu banyak buku teks. Ruangannya juga begitu bersih.

"Jadi, apa yang bisa saya bantu, Mr. Praditya?"

Aku menyorongkan sebuah amplop.

"Tolong bukalah, Dr. Hobson."

Dr. Hobson menatapku, lalu membuka amplop yang kuberikan. Ia mengeluarkan secarik kertas yang ada di dalamnya.

"Apa ini?" Tanyanya.

"Bagaimana terlihatnya?" jawabku.

"Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide, Ethambutol, Streptomycin..."

"Tepat,"

"Maksud Anda?"

"Saat ini belum ditemukan, tapi yang kutuliskan tadi akan sangat berguna untuk mengobati TBC."

Dr. Hobson menatapku.

"Percayalah, Anda akan terkenal jika berhasil mengembangkan obat ini."

"Tapi..."

"Gunakan pada Noelle, jika Anda ingin menolongnya. Tapi ingat, hanya antara kita saja yang tahu. Jika berhasil dengan Noelle, Anda akan lebih yakin untuk mengajukan proposal pengembangannya atas nama Anda. Anda akan kaya raya."

"Tapi jika tidak berhasil, saya melakukan malapraktik!"

"Percayalah, ini akan berhasil."

"Bagaimana Anda bisa yakin?"

"Dr. Hobson," aku mengangguk pamit tanpa menjawab pertanyaannya.

Aku kembali ke kamar Noelle.

"Hai," sapanya.

"Bagaimana perasaanmu?"

"Kau tahu, aku iri dengan orang-orang sehat."

"Kau akan kembali sehat."

"Semoga saja."

Noelle melihat ke arah jendela. Aku mengikuti pandangannya.

"Aku ingin menikmati dunia luar dengan bebas. Seperti kalian, Ferre. Tidak setengah-setengah lalu kembali ke kamar ini lagi."

Aku menghela napas.

"Aku khawatir." Lanjutnya.

"Khawatir karena apa?"

"Aku akan mati di sini, di tempat tidur ini, berakhir hanya seperti ini."

Aku menggenggam tangan Noelle.

"Noelle, aku berjanji. Kau akan sembuh. Mungkin kau harus menunggu. Tapi kau akan sembuh. Kau akan kembali sekolah, melanjutkan ke universitas, berkarier sesuai impianmu, dan bertemu pria idamanmu. Kau akan hidup bahagia hingga akhir hayatmu. Tapi bukan di sini, bukan di tempat ini, dan tidak seperti ini."

"Bagaimana kau tahu?"

"Aku cuma tahu, begitu saja,"

"Kau begitu yakin,"

"Karena aku memang yakin akan yang baru saja kuucapkan tadi,"

"Itu semua akan menjadi kenyataan?"

"Ya, pasti,"

"Promise?"

"Promise."

Setelah hari itu, beberapa kali Noelle kembali ke sekolah, untuk beberapa kali juga kembali masuk rumah sakit. Namun waktu telah membuktikan, Dr. Hobson telah melaksanakan apa yang kusarankan. Noelle semakin jarang masuk rumah sakit.

Usianya yang masih sangat belia membuat penyembuhannya berlangsung sangat cepat. Sembilan bulan kemudian, Noelle tidak pernah lagi masuk rumah sakit. Ia bersekolah dan bermain seperti kami.

Dr. Hobson tidak lama lagi pasti akan terkenal. Sebenarnya bisa saja aku tidak menggunakan dirinya. Bisa saja kukembangkan obat-obatan tersebut atas namaku. Tapi biarlah. Kupikir sesekali aku harus berbagi. Terkadang aku akan mengambil keuntunganku sendiri, terkadang aku harus merelakannya untuk orang lain. Kebahagiaan Noelle adalah kebahagiaanku. Cukup aku yang mengetahuinya.

Dan Dr. Hobson tentunya.