webnovel

34

Rumah Taruhan Adrian Hill sangat penuh oleh para pengadu nasib. Aku dan Papa memasukinya dengan was-was. Ini juga pertama kalinya aku memasuki tempat seperti ini.

"Jadi, apa yang mau Anda pertaruhkan?" kata Fred, salah satu bandar.

"Aku mau bertaruh untuk Inter Milan," jawab Pap.

Fred tersenyum.

"Kau yakin? Mereka sedang jatuh," tantangnya.

"Aku yakin,"

"Berapa yang mau Anda pertaruhkan?"

"Lima ratus ribu dolar," jawab Papa mantap.

Fred terdiam.

"Tuan, saya tidak ingin main-main," katanya.

"Saya tidak main-main," Papa menaruh segepok uang di meja Fred.

"Tuan, risikonya sangat..."

"Tidak apa-apa, cobalah,"

"Baiklah, Anda ingin bertaruh untuk Inter Milan saat melawan siapa?"

"Roma,"

"Dan hasilnya?"

"4-1 untuk Inter Milan,"

"Anda bermimpi," Fred tertawa.

"Coba saja," Papa tersenyum.

"Baiklah, saya sudah peringatkan Anda,"

Kami pun pergi usai memasang taruhan. Meninggalkan rumah taruhan yang penuh hiruk pikuk. Lima ratus ribu dolar telah kami tinggalkan.

Kuakui, aku pun merasa tegang. Aku tahu persis bagaimana hasil akhirnya. Tapi bagaimana jika aku salah? Bagaimana jika kali ini berbeda?

Babak pertama, Inter tertinggal 0-1.

Papa melihat ke arahku. Kuisyaratkan untuk tetap tenang. Meskipun aku sendiri masih was-was. Seharusnya terjadi pembalikan keadaan di babak kedua.

Dan di sinilah itu terjadi.

1-1, Inter membalas.

Lalu 2-1.

3-1.

Dan 4-1!!!

Semua berjalan sesuai yang seharusnya terjadi. Kami telah memenangkan pertaruhan ini. Kemenangan kami mencapai sepuluh juta dolar.

"Ferre, ini luar biasa!"

"Sudah saya bilang kan, Pa?"

"Ini benar-benar keberuntungan besar,"

"Pa, sudah saya bilang juga, bahwa ini bukan keberuntungan. Saya tahu semuanya, karena saya menghitungnya dengan cermat,"

Papa memandangiku.

"Kau benar-benar bisa melakukannya?"

"Oke, Papa mungkin masih ragu. Tapi kompetisi akan dimulai setelah libur akhir tahun. Kita akan coba lagi. Kita lihat, Inter akan kalah dari parma, skornya 0-1,"

"Kita pasang di sana?"

"Kita pertaruhkan dua kali lipat dari yang tadi,"

"Maksudmu, satu juta dolar?"

"Tepat,"

Dan memang itulah yang terjadi. Parma mengalahkan Inter di awal tahun. Penalti Roberto Baggio gagal menemui sasaran. Inter Milan kembali turun ke peringkat enam. Sebaliknya, kemenangan kami naik enam kali lipat.

Berikutnya kami bertaruh bahwa Juventus akan tumbang di tangan Parma, 2-4. Kemenangan Parma ini kembali melipatgandakan uang kami.

Di akhir musim kompetisi, kejutan demi kejutan memang terjadi bagi hampir semua orang kecuali aku. Milan yang tidak pernah diduga, justru menjadi juara. Manchester United pun tanpa diduga berhasil menjuarai Liga Champions Eropa.

Yang kulakukan seterusnya sudah jelas, kubuat perencanaan keuangan dengan semua potensi yang ada. Sambil kukumpulkan ingatanku tentang pertandingan-pertandingan penting. Minimal aku sudah mengetahui juara-juara setiap kompetisi, termasuk kompetisi antar negara seperti Piala Eropa 2000 dan Piala Dunia 2002.

Dalam waktu beberapa bulan, kegiatanku di Amerika ini telah berubah dengan hanya berfokus pada bursa taruhan, desain pesawat sembilan belas penumpang, dan sesekali sekolah.

"Jadi, kita akan memenangkan semuanya?" tanya Papa saat Piala Eropa 2000 akan dimulai.

"Betul Pa, kita simpan mayoritas taruhan kita pada Italia dan Perancis,"

"Hanya pada dua itu?"

"Sebagian pada Belanda, dan negara-negara lain, tapi banyak kita simpan pada dua itu,"

"Papa lama ingin bertanya padamu,"

"Apa itu, Pa?"

"Kau tahu bahwa kita pernah melakukan psikotes terhadapmu?"

"Iya?"

"Kita temukan bahwa tidak ada yang aneh pada dirimu. IQ-mu memang istimewa, tapi bukan pada taraf jenius,"

"Jadi, apa yang ingin Papa sampaikan?"

"Papa harap kau tidak tersinggung, tapi semua kemenangan ini, dan keberhasilan kita, itu semua karenamu. Papa pikir kau adalah seorang jenius, atau seperti yang kau bilang, 'indigo'. Kenyataannya hasil tesmu tidak demikian,"

"Tidak semua orang harus punya keistimewaan yang didapat dari lahir kan, Pa?"

"Ya, memang kau benar."

"Saya hanya rajin dan tekun, itu saja,"

"Baiklah,"

"Ayo kita mulai perjalanan baru kita ini, Pa. Kompetisi baru akan dimulai,"

"Sepakat,"

***

Pertengahan Juli di Belanda.

Sebuah pertandingan final yang dramatis, antara Italia dan Perancis, menutup kejuaraan Piala Eropa 2000. Sebelumnya aku telah memenangkan puluhan juta dolar dari pertandingan-pertandingan grup dan juga ketika kompetisi memasuki sistem gugur.

Kejutan-kejutan dari Turki dan yang lainnya tidak luput untuk kuambil manfaatnya. Aku hanya harus berhati-hati agar tidak terlalu mencolok. Maka sesekali kupilih untuk kalah. Beberapa kusimpan di tim nasional Spanyol yang memang akhirnya tersingkir.

Sementara untuk final, tidak akan kulepas.

Marco Delvecchio membawa Italia unggul di awal babak pertama. Papa memandangku saat pertandingan sudah memasuki menit-menit akhir, sementara Perancis nampak tidak bisa menembus pertahanan Italia yang dikomandoi Alessandro Nesta.

Tidak heran jika Papa cemas, aku mempertaruhkan dua juta dolar di sini. Sementara pemain-pemain cadangan dan ofisial tim Italia sudah berangkulan di pinggir lapangan, menanti wasit meniup peluit panjang. Mereka sudah sangat yakin bahwa timnya akan menang.

Dan di sanalah itu terjadi. Sebuah umpan lambung yang gagal diantisipasi Fabio Cannavaro membuat Sylvain Wiltord dengan leluasa mencetak gol ke gawang Francesco Toldo.

1-1.

Lalu semua berjalan seperti seharusnya. David Trezeguet mencetak gol emas dari hasil umpan Robert Pires. Gol yang membuat Italia menangis.

Tapi membuat kami tersenyum.

Kemenangan kami mencapai dua ratus juta dolar.

Kudirikan sebuah kantor kecil di sebelah gedung apartemenku. Di sana kupekerjakan tiga orang. Satu orang untuk memantau jalannya liga-liga sepakbola Eropa maupun kompetisi antarnegara. Satu orang untuk mengurus pertaruhan, dan satu lagi untuk administrasi.

Mereka semua memantau perkembangan dunia olahraga terpopuler di bumi ini melalui komputer yang terhubung dengan jaringan internet.

Sementara aku harus mengumpulkan kembali ingatanku tentang apa yang terjadi di dunia sepakbola dekade ini. Memang aku adalah seorang maniak bola, dan aku mengetahui hasil-hasil pertandingan populer. Tapi tidak semuanya kuingat. Ada pertandingan-pertandingan yang aku sama sekali lupa.

Maka yang harus kulakukan adalah fokus pada pertandingan-pertandingan besar yang kuingat, untuk memperoleh keuntungan maksimum dari mereka. Beberapa pertandingan kecil yang tidak kuingat biarlah tetap kusertakan dalam taruhan untuk kalah, agar kemenangan-kemenanganku tidak terlalu mencurigakan. Hanya harus kupastikan bahwa kekalahanku hanya untuk taruhan-taruhan receh.

Sementara juaranya Yunani di Euro 2004 dan Italia di Piala Dunia 2006 harus menjadi ladangku menangguk uang. Tidak kalah pentingnya, Milan di Liga Champions 2007 juga tentu tidak ada yang memprediksi. Begitupun kejayaan Inter Milan yang dimulai tahun 2004 saat mereka menjuarai Copa Italia hingga meraih segalanya di tahun 2010 tidak boleh luput dari genggamanku.

Dengan begini, angka milyaran dolar Amerika dalam waktu satu tahun bukanlah hal aneh bagiku.