Kita kembali ke beberapa hari yang lalu saat Evelyn, Sharon, dan juga Lilith telah berada di kerajaan Elf berkat sihir teleportasi.
Lingkaran sihir yang menyala masih terlihat di bawah kaki mereka.
Ini adalah pertama kalinya Evelyn pulang ke kerajaan Elfnya dimana dia sudah berbulan-bulan pergi berkelana menemani Edward dan yang lainnya dan juga untuk menjadi mandiri dan kuat.
Pada saat itu dia melihat tempat kelahirannya itu dengan perasaan senang dan juga dia tidak melihat banyak perbedaan semenjak dia pergi meninggalkan tempat kelahirannya itu.
Sharon pun menarik napas dalam-dalam.
"Ha~h tempat ini masih sama seperti dulu."
Sharon dari saat pertama kali menginjakkan kakinya kesini memang sudah sangat suka udara segar dari kerajaan yang sangat dipenuhi oleh pohon ini.
"Lagian kan kita baru beberapa bulan kan setelah peristiwa itu?"
"Peristiwa itu ya..."
Peristiwa itu masih teringat jelas di dalam ingatan Evelyn. Itu adalah di saat Evelyn benar-benar merasa sangat tak berdaya.
"Aku teringat pada saat itu aku hanya menjadi seorang putri kecil yang lemah dan cengeng. Aku bahkan sampai meninggalkan semuanya dan pergi mencari bantuan."
Lilith terdiam mendengar itu seolah-olah dia memendam sesuatu.
Sharon pun membalas, "Ya itu wajar karena Evelyn, kau memang adalah seorang putri yang seharusnya memang berada di dalam istana. Bahkan aku pun juga sama sepertimu tetapi karena Ed lah aku keluar dari kehidupan nyaman dan memutuskan untuk masuk ke LEON."
Tetapi ada sebuah rasa bahagia di dalam diri Evelyn karena berkat itu dia bisa bertemu Edward, Sharon, Lilith, Chamuel, dan yang lainnya yang sudah dia anggap sebagai orang-orang yang dia sayangi.
"Ya, tetapi entah kenapa aku merasa sedikit senang berkat itu aku bisa bertemu dengan tuan Edward dan juga kalian dan juga aku bisa menjadi sekarang."
Sebagai seorang putri yang lemah lembut, dia tidak mempunyai kemampuan untuk bertarung seperti Edward dan yang lainnya pada saat itu, tetapi melihat dirinya yang sekarang sudah berbeda, dia merasa ada rasa bangga.
Ya, sang putri kecil yang disayangi dan dilindungi oleh rakyatnya telah berubah menjadi seorang putri yang kuat nan mandiri yang bisa melindungi semuanya.
Mereka bertiga pun berjalan menuju ke pintu masuk kota.
"Oh ya aku belum dengar kenapa kau bisa masuk ke LEON? Dari yang kudengar LEON itu sebuah organisasi rahasia kan?" tanya Lilith.
"Yah itu sebuah cerita yang panjang tetapi kenapa kau tiba-tiba tertarik?"
"Ti-tidak apa-apa, aku hanya penasaran."
"He~ penasaran ya?" ucap Sharon dengan wajah smug.
"A-apa? Apa-apaan dengan ekspresi itu?"
"Tidak apa-apa...tetapi jika kau ingin tahu tentang Ed, kau bisa tanya langsung kepadanya."
"Geh! Kenapa kau bi- maksudku kenapa tiba-tiba kau menyebutkan nama dia?"
Sharon pun mencolek-colek pipi Lilith sambil berkata, "Dasar Tsundere, sebenarnya kau suka kan sama Ed."
"Aku bukan Tsundere!" ucap Lilith dengan lantang.
Reaksi Lilith yang lucu itu membuat Sharon dan Evelyn tertawa.
Lilith yang merasa dipermainkan pun menggembungkan pipinya karena kesal.
"Hmph!"
"Maaf maaf aku hanya bercanda, tetapi yang bisa aku katakan adalah Ed mempunyai kehidupan yang lebih gelap daripada kehidupanku, mungkin diantara kita semua. Kalian bisa merasakan itu kan saat berada di dekatnya?"
Edward sendiri bagi Evelyn dan Lilith seperti seorang laki-laki misterius yang entah kenapa seperti menyimpan sesuatu di dalam dirinya.
Mungkin itu karena Edward juga tidak suka membuka semuanya tentang dirinya kepada orang lain, bahkan Sharon sendiri yang sudah kenal sangat lama dengan Edward juga sangat terkejut saat tahu kalau Edward adalah seorang pangeran yang hilang.
"Aku sendiri sebagai orang yang sudah lama bersamanya, sama sekali tidak memahaminya, dia bahkan tidak pernah bercerita tentang apapun yang menyangkut masa lalunya, dimana, kapan, dan apa yang terjadi tetapi entah kenapa aku merasa kalau dia masih memendam sebuah trauma yang mendalam."
"Trauma yang mendalam?"
"Ya, apa kalian pernah melihat Edward menyentuh seseorang langsung dengan kulitnya? Maksudku Ed selalu memakai baju lengan panjang dan dia juga selalu memakai sarung tangan yang tidak pernah dia lepas. Aku sendiri tidak tahu kenapa tetapi aku merasa kalau dia memiliki sebuah trauma yang tidak bisa dia katakan kepada siapapun."
Dari semenjak awal baik Evelyn maupun Lilith juga selalu memikirkan itu, tentang Edward yang bisa dibilang sangat berbeda dari laki-laki bahkan berbeda dari orang yang biasanya. Edward adalah orang yang sangat baik kepada orang lain, tetapi mereka merasa kalau dia sendiri berusaha menolak kebaikan yang diberikan kepadanya seolah-olah dia tidak mau didekati.
"Ya, tuan Edward memang terasa seperti itu, misterius tetapi bagiku dia juga adalah sebuah harapan yang tidak akan padam. Itulah yang aku kagumi darinya."
"Setidaknya aku ingin agar Ed sedikit membuka dirinya, walau bukan sebagai pasangan tetapi sebagai teman lama aku ingin sedikit meringankan apa yang sedang dipikulnya!" Sharon membalas.
Mereka pun melanjutkan pembicraan mereka sambil berjalan dan setelah beberapa saat mereka pun sampai di depan gerbang.
Tepat di depan gerbang terlihat banyak para penjaga Elf berkumpul seperti tengah membicarakan sesuatu.
Evelyn dan yang lainnya yang juga penasaran pun mendekati para penjaga itu.
"Maaf mengganggu paman-paman, tetapi apakah ada sesuatu yang terjadi?"
Para penjaga pun langsung mengenali suara itu, mereka pun berbalik.
"Tu-tuan puteri?!"
Mereka semua terkejut karena Evelyn yang tiba-tiba ada disana.
Para penduduk yang melihat Evelyn pun segera mendekat dan berkumpul menyambut tuan putri kecil kesayangan mereka itu.
"Oh tuan putri sudah kembali!"
"Selamat datang Putri Evelyn!"
Sambutan yang sangat antusias dari para penduduk itu membuat Evelyn senang.
Sama seperti para penduduk yang merindukan sosok Evelyn, tuan putri yang sangat disayangi oleh semua orang itu juga merindukan mereka semua.
Sharon dan Lilith yang melihat Evelyn yang sangat populer di kalangan semua orang itu hanya bisa tersenyum.
"Seperti biasa, dia sangat disayangi semua orang ya?" ucap Lilith sambil menghela napas.
"Ya begitulah." Jawab Sharon dengan santai.
Lilith pun mendekati salah satu prajurit Elf dan dia pun bertanya, "Jadi sebenarnya apakah ada sesuatu yang terjadi?"
"Sebenarnya tepat kemarin ada sesuatu yang aneh terjadi."
"Sesuatu yang aneh?"
"Ya, pohon raksasa yang seharusnya sudah mati di tengah danau Lumalucia tiba-tiba menjadi subur."
"Lumalucia?"
Prajurit penjaga itu ingin menjelaskan tetapi lebih baik jika tidak disini.
Akhirnya setelah beberapa saat berlalu, Evelyn pun selesai menyapa semua orang yang ada di sana dan mereka bertiga bergegas menuju ke istana tempat keluarga Evelyn tinggal.
Evelyn saking tidak sabarnya, dia terlihat berjalan dengan tergesa-gesa.
Evelyn sangat senang karena dia bisa kembali ke negeri asalnya dan bertemu dengan orang-orang yang dia sayangi
Sementara itu Heldalv dan Akiva yang mendengar kalau Evelyn pulang pun segera mempersiapkan diri mereka.
Mereka semua pun bergegas keluar dari istana untuk menyambut Evelyn.
Evelyn yang melihat Heldalv dan Akiva yang menyambutnya pun langsung berlari dan memeluk mereka berdua.
"Ibu, ayah!"
"Evelyn putri kecilku...akhirnya kamu pulang, kami berdua sangat merindukanmu." Ucap Heldalv yang sampai meneteskan air mata karena rindu, begitupun Akiva.
"Sudah lama semenjak kepergianmu, kamu sudah tumbuh menjadi gadis yang kuat."
Mereka bertiga pun saling melepaskan kerinduan mereka sementara Sharon dan Lilith hanya melihat reuni keluarga yang mengharukan itu dari belakang.
Setelah selesai melepas kerinduan, mereka pun akhirnya melepaskan pelukan.
Melihat tidak ada kakaknya untuk menyambutnya, Evelyn pun bertanya, "Dimana kak Kenaz?"
"Kenaz? Dia sedang pergi ke danau Lumalucia untuk melakukan sesuatu."
"Sesuatu? Apakah ada yang terjadi di danau Lumalucia?"
Sharon pun membalas, "Tadi kami sempar bertanya ke penjaga, katanya pohon besar yang berada tepat di tengah danau itu hidup lagi?"
"Benar, untuk lebih lengkapnya mari kita bicarakan di dalam."
Evelyn, Sharon, dan Lilith pun langsung diantarkan ke dalam istana.
Di dalam istana, Sharon dan Lilith pun dipersilahkan duduk sementara Evelyn dengan manjanya dia duduk di pangkuan ibunya.
"Jadi tentang apa yang terjadi di Lumalucia, sekitar dua hari lalu sebenarnya ada penduduk yang pergi untuk mengambil air dari sana dan kemudian dia melihat pohon yang sehari sebelumnya masih dalam keadaan seperti biasa tiba-tiba hidup lagi, bahkan juga terlihat daun-daun hijau lebat."
"Semua itu...dalam semalam? Bagaimana bisa?" tanya Evelyn.
"Kami juga masih menyelidiki bagaimana bisa, bahkan para Tetua pun juga sama sekali tidak tahu kenapa dan bagaimana bisa pohon itu bisa hidup lagi."
Lumalucia, sebuah danau yang terletak tidak jauh dari kuil Erekhtheion yang dulu pernah dijadikan tempat pertarungan itu. Danau itu juga adalah sebuah danau yang dianggap suci bagi para Wood Elf dan juga menjadi sumber air dari mereka.
Air dari Lumalucia sendiri dikatakan berasal dari dalam batang pohon yang berukuran yang sangat besar yang menopang seluruh kerajaan La Ingrain.
Seperti yang sudah diceritakan kalau kerajaan Elf La Ingrain sendiri terletak tepat di atas pohon raksasa yang batangnya sampai berdiameter puluhan kilometer dengan tinggi yang hanya beberapa ratus meter dan tepat di tengah-tengah itulah terdapat danau Lumalucia.
"Aku harap ini adalah sebuah pertanda baik bagi kita."
"Ayah..."
Evelyn tahu kegelisahan ayahnya dan dia pun juga merasakannya.
Pohon selalu dianggap sesuatu yang suci terutama bagi para Wood Elf, oleh karena itu mereka sama sekali tidak menebang pohon yang sudah mati itu dan bahkan menganggap pohon raksasa yang ada di tengah danau itu sebagai nenek moyang sehingga dengan hidupnya kembali pohon itu dianggap akan ada sesuatu yang besar yang akan terjadi.
Tetapi dengan kebetulan ini dan tentang apa yang terjadi di dunia luar sekarang, apakah ini semua kebetulan? Evelyn juga berharap kalau itu menjadi sebuah pertanda baik bagi dirinya dan yang lainnya.
"Ehem, mari kita hentikan pembicaraan yang menyedihkan ini dan menggantinya."
Akiva pun menatap Evelyn.
"Ngomong-ngomong bagaimana hubunganmu dengan nak Edward?" tanya Akiva.
"E~h kenapa ibu tiba-tiba membicarakan hal itu?"
"Sebagai orang tua dan juga sebagai wanita, ibu juga ingin memastikan bagaimana kelanjutan hubungan kalian berdua. Apalagi setelah dulu kamu mengungkapkan perasaan cinta kepadanya di hadapan seluruh penduduk."
Itu adalah saat-saat yang Evelyn anggap adalah saat paling berani dalam hidupnya.
Evelyn adalah seorang putri kecil yang untuk Elf, dia adalah seorang gadis remaja tulen sebelumnya tidak pernah tahu menahu tentang perasaan seperti itu kepada seorang laki-laki.
"Sebenarnya...aku dan tuan Edward bisa dibilang sudah tidak sekelompok semenjak setelah kejadian di kerajaan Roh beberapa bulan kemarin."
"Kenapa? Apa kamu sudah tidak menyukainya?"
Evelyn menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidak, perasaanku masih belum berubah."
Evelyn pun menatap Akiva.
"Tetapi aku tidak ingin menjadi Evelyn yang lemah dan selalu dilindungi oleh semuanya, karena jika seperti itu terus tuan Edward tidak akan pernah menganggapku serius dan tetap melihatku sebagai seorang putri kecil."
"Evelyn..."
"Aku ingin dia melihatku seperti dia melihat dia, kak Lily."
Bagi Evelyn Lily adalah seperti sebuah target yang harus dia capai. seorang gadis yang cantik nan kuat dan bisa berdiri di sisi Edward untuk menjadi tangan kanannya. Karena itu jika dia memang serius akan ucapannya saat itu, dia harus membuktikannya dengan menjadi orang yang bisa berdiri di samping Edward, bukan di belakangnya.
"Seperti apa yang dikatakan Sharon, aku juga ingin menjadi gadis yang bisa menjadi tempat sandaran baginya, karena itulah saat ini aku berusaha."
Akiva dan Heldalv benar-benar tersentuh dengan tekad kuat putrinya itu.
Heldalv dan Akiva merasa kalai ini adalah suatu hal yang tidak biasanya bagi Evelyn yang biasanya tidak pernah berambisi seperti itu tetapi mereka berdua tetap senang karena Evelyn mencintai orang yang menurut mereka tepat walau dia berbeda ras.
"Apapun yang terjadi, kami berdua akan selalu mendukungmu."
Evelyn pun mengangguk senang.
"Jika Ed tahu kalau ada gadis manis dan tulus memperjuangkan dirinya, pasti dia akan luluh dan membuang sifat keras kepalanya itu." Ucap Sharon kepada Evelyn.
Mendengar itu Evelyn pun menjawab dengan senyum lebar, "Semoga!"
Siapapun mereka yang telah mengetahui rahasia dunia ini akan tahu kalau cinta sang Zodiak kepada Cahaya itu mustahil untuk diwujudkan, tetapi sang Zodiak akan terus mengejar Cahaya walau sudah tahu itu mustahil sekalipun mereka akan tetap berusaha.
Seperti sekarang yang tengah dilakukan Evelyn, seorang gadis yang telah mendekati cahaya dan berusaha menggapainya.
Tiba-tiba...
Sesuatu telah menembus kaca mengarah ke Heldalv dan Akiva. Sesuatu itu datang dengan kecepatan yang sangat luar biasa yang sampai-sampai Heldalv dan Akiva sama sekali tidak bereaksi.
"Time Acceleration!"
Tiba-tiba waktu pun terlihat seperti melambat bagi Sharon dan pula membuat benda berkecepatan suara itu terlihat melambat.
Itu adalah Sharon yang mengaktifkan sihir memperlambat waktu miliknya sesaat setelah benda itu datang menembus kaca dan dia pun langsung meninju benda itu sehingga benda itu pun langsung terpental menabrak tembok mengakibatkan daya kejut yang sampai-sampai membuat tembok itu hancur.
Sharon pun membagi sihir Time Acceleration miliknya ke Lilith dan Evelyn.
"Evelyn, Lilith!"
Evelyn langsung melompat dan dari tangannya muncul sebuah panah sihir yang mengarah ke kaca yang terpecah dan ada Lilith yang menggunakan sihir perlindungan berada di depan mereka semua.
Serpihan-serpihan kaca yang pecah itu pun tertahan oleh sihir perlindungan Lilith dan Evelyn juga segera membidikkan anak panah sihir miliknya ke arah serangan itu berasal.
Disana terlihat seorang yang memakai jubah tetapi terlihat jelas dengan mata Evelyn kalau itu adalah orang berjubah itu memiliki rambut berwarna putih bersih mirip seperti Edward dan Lily.
Evelyn pun langsung melepaskan anak panah sihirnya.
Anak panah yang tercipta dari sihir Evelyn itu pun langsung melesat menuju ke orang berjubah itu dengan sangat cepat. Orang berjubah itu langsung menghindar ke samping sehingga anak panah itu tidak mengenai dirinya, tetapi tiba-tiba.
"Berbelok? Tidak anak panah itu mengikutiku!"
Anak panah itu berbelok dan langsung layaknya sebuah peluru kendali yang mengejarnya, dengan cepat mengejar orang berjubah itu dan langsung menusuk dadanya.
Kejadian itu terjadi dengan sangat-sangat cepat, bahkan Heldalv dan Akiva sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi di dalam waktu satu detik itu.
"A-apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Heldalv.
"Tenanglah ibu, ayah, biar kami yang mengurusi ini."
Melihat anak panah Evelyn yang mengenai sasaran, Sharon pun bertanya, "Evelyn, bagaimana?"
"Anak panahku berhasil mengenai jantungnya, tetapi...orang itu seorang Myths! aku yakin kalau serangan seperti itu tidak akan membunuhnya."
"Kalau begitu Lilith, perkuat perlindungan!"
"Aye aye sir!"
Lilith memperkuat sihir perlindungannya berkali-kali lipat.
Benar apa yang dikatakan Evelyn, walau tertusuk anak panah sekalipun orang berjubah itu terlihat sama sekali tidak tumbang, malah dia memegang anak itu dan mencabutnya.
"Sudah kuduga kalau serangan seperti ini kurang..."
Orang berjubah itu pun melompat ke dahan pohon dan dia menatap Evelyn. Bibirnya pun bergerak seolah-olah dia mengatakan sesuatu kepada Evelyn.
Evelyn yang mempunyai penglihatan yang sangat tajam pun membaca gerakan bibir orang berjubah itu dan dia menterjemahkan.
"Ca-ri-lah di-ba-wah re-run-tu-han..."
Lalu setelah mengucapkan itu, orang berjubah itu langsung menghilang tanpa jejak dan bahkan sudah tidak terasa lagi hawa keberadaannya seolah-olah dia ditelan bumi.
"Dia pergi..."
Melihat orang berjubah itu pergi, Lilith pun melepaskan sihirnya.
"Sebenarnya apa masalah orang itu? Datang-datang main serang aja?"
Dengan segera, Evelyn pun berbalik menghampiri Heldalv dan Akiva.
"Ayah, ibu, kalian tidak apa-apa?"
Pada saat itu mereka benar-benar beruntung karena Sharon ada disana, jika tidak karena sihir memperlambat waktu Sharon, maka serangan itu sudah langsung mengenai Heldalv dan Akiva dan kemungkinan akan langsung membunuh mereka.
"Kami benar-benar tidak tahu apa yang terjadi tetapi kami tidak apa-apa."
Sharon melihat ke arah dampak serangan orang berjubah tadi.
Jika Sharon bisa mengukur, setidaknya orang berjubah tadi bisa jadi mempunyai kekuatan yang setara dengan Edward dan mereka beruntung karena kelihatannya orang berjubah tadi tidak benar-benar berniat untuk bertarung dengan mereka.
"Orang tadi tidaklah serius, dari kelihatannya dia seperti ingin mengatakan sesuatu," ucap Sharon dengan tenang.
"Ya, tadi saat aku membaca gerakan bibirnya dia juga mengatakan 'Carilah di bawah reruntuhan' lalu menghilang."
"Di bawah reruntuhan? Maksudnya disana?" ucap Sharon sambil menunjuk ke arah reruntuhan puing-puing dari tembok yang hancur.
Lilith pun mengangkat puing-puing itu.
"Maksudmu ada pesan tersembunyi di sini?"
Lilith pun langsung menemukan sebuah kertas yang disana ada tulisan.
"Ah ketemu!"
Dengan segera Lilith mengambilnya dan membaca tulisan itu.
"Jika kalian selamat, selamat kalian telah melebihi ekspektasi terendahku...Ekspektasi terendah? Apa maksud orang ini?"
Lilith pun membaca kelanjutannya.
"Untuk makhluk selevel kalian, pencapaian kalian lumayan jika kalian benar-benar tanpa luka, meskipun aku hanya sekedar melempar batu jadi akan sangat memalukan kalau kalian terluka hanya karena itu lol."
Lilith yang membaca itu entah kenapa menjadi kesal.
"Orang ini...menyebalkan!" gerutu Lilith yang masih menahan emosinya.
Walaupun kesal, Lilith melanjutkan membaca.
"Kau masih terus membaca ini? Wah kurasa kau memang seorang penyabar ya? Atau mungkin kau seorang M? Apa kau terangsang karena kata-kataku merendahkan? Uwa~h aku tidak menyangka kalau ada orang yang seperti itu di dunia ini padahal tidak ada artinya juga kau membaca surat ini sampai akhir...lol."
Suratnya berakhir disitu.
"Si...si...SIALAN!"
Lilith yang membaca itu tidak bisa menahan amarahnya lagi pun langsung merobek-robek surat itu.
Sharon pun menahan Lilith dan berusaha menenangkannya.
"Lilith tenanglah, jangan mudah terprovokasi."
"GAAAAAH! AKU TIDAK PEDULI LAGI! AKAN KUROBEK-ROBEK SURAT INI SAMPAI TAK BERBENTUK!"
Lilith benar-benar merobek-robek surat itu sampai benar-benar menjadi bagian kecil-kecil dan melemparkannya.
Tiba-tiba kertas yang berisi pesan itu pun bersinar.
Mereka semua yang ada disana pun terkejut dan tiba-tiba sobekan kecil kertas itu melayang dan menyatu lagi menjadi kertas utuh.
Setelah menyatu, kertas itu pun terjatuh ke tanah dan pada saat itu terlihat di dalam kertas itu tergambar sebuah peta dengan sebuah tanda X.
"E~H?! A-apa maksudnya ini?" ucap Lilith yang sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya itu.
Sharon mengambil dan melihat peta itu.
"Sebuah peta...mungkin orang tadi ingin kita untuk pergi ke tanda X ini."
Sharon pun memberikan peta itu ke Evelyn.
"Ini?!"
Peta itu menunjukkan hal yang tidak biasa dan sama sekali tidak diketahuinya.
"Sebuah gua di bawah danau Lumalucia? Memangnya ada?"
Evelyn menoleh ke arah ibu dan ayahnya dan memberikan peta itu kepada mereka.
"Ayah, ibu, apa kalian tahu tentang itu?"
Heldalv dan Akiva pun menggeleng-gelengkan kepala mereka.
Ini merupakan sesuatu yang aneh karena bahkan Heldalv dan Akiva yang sudah seumur hidup berada di kerajaan La Ingrain sama sekali tidak mengetahui tentang itu. Bagaimana orang misterius itu bisa tahu sesuatu yang seperti ini.
Lilith yang masih kesal dengan orang itu meragukan kebenaran peta itu, "Ini mencurigakan...jangan-jangan itu hanya perangkap?"
Sharon ingin setuju dengan itu tetapi melihat seberapa kuat orang itu maka orang setingkat itu tidak perlu repot-repot menyiapkan perangkap.
"Evelyn, apa kau yakin kalau orang itu Myths?"
Evelyn melihat dengan jelas rambut berwarna putih orang misterius itu walau dia memakai kerudung yang menutupinya.
"Ya, aku sangat yakin!"
Ini adalah hasil pemikiran Sharon. Dia sangat tahu resiko dari apa yang akan terjadi jika ini adalah perangkap tetapi di sisi lain dia ingin mengetahui lebih banyak tentang Myths terutama mereka yang bukan bagian dari Zodiak.
Dengan kemampuan pengendalian waktunya, dia berpikir kalau dirinyalah yang bisa dibilang paling cocok dengan sesuatu yang sseperti ini. Seberapa cepat musuhnya, jika dia bisa mempercepat waktu untuk dirinya sendiri berkali-kali lipat maka dia punya kesempatan paling besar untuk bisa lolos dari perangkap apapun.
"Kelihatannya akulah yang paling cocok."
"Cocok?" Evelyn dan Lilith bertanya-tanya.
"Maksudku diantara kita bertiga, akulah yang bisa dibilang paling cepat kan? Jadi aku yang berangkat kesana, kalian berdua tetap disini dan jika aku tidak kembali dalam lima jam lebih maka-"
"Dasar bodoh!"
Sebelum Sharon berhasil menyelesaikan kalimatnya, Lilith langsung menjitak kepalanya.
"Aw sakit tau!"
"Kau pikir aku akan membiarkanmu datang sendirian di saat aku masih sehat seperti ini, temanku?"
Sharon terdiam melihat Lilith yang marah kepada dirinya.
"Tapi jika kita bertiga bersama-sama, maka siapa-"
"Shar." Evelyn memotong..
"Ingat apa kata-kata Aria? Kita Zodiak seperti satu tubuh, jika ada yang hilang atau sakit maka semua akan merasakan dampaknya. Lagipula kita bertiga adalah tim yang sempurna, jadi walau untuk ras Myths pun aku yakin kalau jika kita bersama maka kita bisa menang!"
"Ya, kita adalah teman, mana mungkin aku Lilith akan pernah membiarkan temanku dalam bahaya," sambung Lilith.
"Kita bertiga sudah melewati banyak hal bersama, dan kali ini juga sama. Walau ini benar perangkap pun, dengan kekuatan kita bertiga yang sekarang maka aku yakin kalau kita mampu melewati apapun itu!"
Evelyn dan Lilith benar-benar mengingatkan Sharon tentang dirinya saat berada di dalam LEON. Teman-temannya di dalam LEON bukanlah orang yang jahat atau kejam, mereka adalah orang-orang yang sangatlah peduli antara satu sama lain dan itu selalu membuatnya merasakan kehangatan seperti layaknya keluarga.
Sharon pun mengangguk dan dia tersenyum.
"Terima kasih...kalian berdua."