webnovel

The Seven Wolves: Trapped Under Devils Possession

Volume 5 (Bryan Alexander) Bryan Alexander merupakan anggota termuda The Seven Wolves. Ia tampan, kaya raya, pemilik perusahaan multi internasional, VanAlex namun juga playboy. Ia berubah karena jatuh cinta pada adik tirinya sendiri, Deanisa Melody. Karena tak bisa memiliki, Bryan memilih pergi ke New York dan menjalani kehidupan sebagai Fuckboy. Apa yang terjadi jika ia harus kembali dan bertemu Nisa yang malah jadi asisten pribadinya atas perintah sang Ayah? Volume 6 (Mars King) Mars King merupakan sosok yang paling ditakuti dan disegani di kotanya, Los Angeles. The Devil of LA adalah julukannya. Ia sangat tampan namun tak berhati dan kejam. Persaingan bisnis telah membuat keluarga King dan Wright menjadi musuh bebuyutan yang saling membunuh. Bagaimana jika Mars King malah jatuh cinta pada adik musuh bebuyutannya sendiri, putri keluarga Wright, Vanylla Emerald Wright? Volume 7 (Aidan Caesar) Aidan Caesar dulunya seorang anak yang pendiam, tampan tapi memiliki tubuh tambun. Separuh hidup dihabiskannya menerima cacian dan bullyan dari teman-teman satu SMA-nya. Sampai suatu saat bullyan itu mencapai puncaknya. Aidan membalaskan dendam akibat bullyan yang membuatnya hampir meregang nyawa, dan dalam kelompok itu ada seorang gadis yang dulunya ia sukai namun kini ia benci. Aidan memasang jebakan apa saja untuk membalas Malikha yang telah jatuh bangkrut. Lantas siapa yang sesungguhnya akan jatuh dalam jebakan cinta? Malikha atau Aidan? #### The Seven Wolves terdiri dari tujuh anggota, yaitu Arjoona Harristian (Alpha/Leader), Jayden Lin (Beta), James Harristian, Shawn Miller, Bryan Alexander, Mars King dan Aidan Caesar. Ketujuh pria itu dipertemukan takdir untuk membentuk kelompok rahasianya sendiri bernama The Seven Wolves. Dari milyuner, petinggi milter hingga pemimpin gangster, mereka berjanji untuk tetap membantu satu sama lain. Tidak ada yang lebih penting daripada memiliki saudara untuk bersama. Follow my IG @nandastrand, FB: @NandaStrand

Andromeda_Venus · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
700 Chs

The Vet

Seluruh pengunjung restoran menyaksikan Arya mengendong Emily dari semenjak masuk sampai mereka tiba di meja yang dipesan. Emily menyembunyikan wajahnya dibalik rambut merahnya yang agak bergelombang. Pengawal Arya duduk tidak jauh dari mereka. Usai menurunkan Emily, Arya kemudian duduk berhadapan dengannya. Setelah memesan dan sambil menunggu makanan mereka mengobrol lagi. Ada banyak hal yang ingin ditanyakan Arya pada Emily. Termasuk soal hubungannya dengan tunangannya.

"Katakan padaku, apa yang kamu lakukan sendirian di jalanan seperti tadi? Dimana penjagamu?" Arya membuka pembicaraan sambil melipat kedua lengan di dadanya. Emily jadi mengernyitkan kening.

"Penjaga apa?" Emily balik bertanya. Giliran Arya yang mengernyitkan kening.

"Tunanganmu! Bukankah seharusnya dia menjagamu?" Emily meringis lalu menunduk dan menggelengkan kepalanya.

"Dia memutuskanku. Dia memutuskan pertunangan kami," jawab Emily sambil menunduk.

"Kenapa? Apa karenaku?" tanya Arya mulai merasa bersalah. Emily menggeleng.

"Bukan, dia memilih wanita lain!" jawab Emily sambil tersenyum kecut. Arya sedikit bernapas lega meski tidak juga. Emily malah diselingkuhi oleh kekasihnya.

"Lalu kenapa kamu berbohong padaku, apa yang terjadi sebenarnya, Emily". Emily menarik napas panjang dan mulai menjelaskan.

"Aku menangkap basah dia berhubungan intim dengan salah satu sahabat baikku di apartemen miliknya. Itu terjadi tepat saat kita bertemu yang kedua kalinya di Bar, aku sangat kecewa dan ingin mabuk. Aku sakit hati dan berencana berkencan semalam untuk membalas yang ia lakukan padaku. Aku tidak tau apa yang telah kupikirkan saat itu, Arya. Maafkan aku!"

"Tapi... jika aku bilang kalau aku bertunangan padamu, kamu pasti tidak akan membawaku ke apatemenmu kan?" ujar Emily menjelaskan alasannya. Arya tersenyum mengingat saat bertemu Emily. Gadis itu memang agak mabuk sewaktu dengan berani nya mengajaknya kencan di rumahnya. Arya masih belum menjawab dan hanya memandang saja pada Emily.

"Dia mencoba kembali padaku berjanji akan berubah setelah kejadian kencan kita. Tapi ternyata dia hanya memanfaatkanku saja. Pada akhirnya semua adalah kebohongan dan dia akhirnya memutuskan hubungan kami," tambah Emily lagi dengan wajah sedih.

"Apa kamu tau betapa berbahayanya bagi gadis sepertimu berkencan sembarangan dengan sembarangan pria? Seseorang bisa saja menculikmu dan menjualmu ke sindikat perdagangan manusia!" ujar Arya dengan nada rendah. Emily mengangguk dan tampak menyesal.

"Aku tau... aku benar-benar bodoh. Aku tidak berpikir sejauh itu. Tapi aku beruntung kamulah yang menemukanku. Kamu pria baik." Arya menaikkan senyumannya yang kemudian hilang saat dihampiri beberapa orang pelayan.

Lalu makanan datang dan Arya memandang sekilas pada Emily yang masih tersenyum. Arya lalu tergelak pelan usai pelayan menghidangkan makanan di depan mereka. Seolah beban dalam hatinya terangkat oleh penjelasan Emily. Hanya satu yang ia sesali, mengapa ia harus menunggu hingga 3 bulan untuk mendengar penjelasan Emily. Tuhan sampai harus 'memaksa' nya bertemu dalam situasi seperti ini.

"Kenapa kamu malah tertawa?" Arya menggeleng masih tersenyum.

"Makanlah, kamu pasti lapar," jawab Arya singkat. Emily dan Arya lalu sama-sama menghabiskan waktu makan malam dengan saling tersenyum dan makan dalam diam. Ada perasaan bahagia yang tidak bisa diungkapkan Arya setelah bertemu Emily. Ia seperti menemukan potongan teka teki yang hilang. Arya tidak menyadari hatinya mulai diisi gadis berambut coklat kemerahan dengan bibir mungil yang sangat ia suka. Gadis ini sangat cantik bagi Arya dan Emily sudah membuat Arya terus tersenyum.

"Lalu berapa lama kamu akan berada di Indonesia?" tanya Arya selesai makan dan mereka sedang bersantai sejenak.

"Aku punya tiga bulan untuk mendapatkan lisensi dan setelahnya bisa membuka klinik sendiri di NY," jawab Emily dengan nada rendah. Arya mengangguk mengerti.

"Aku malah berpikir kalau kamu mahasiswi!" Emily tersenyum dan menggeleng.

"Dulunya aku masih mahasiswi saat bertemu denganmu, tapi aku tamat satu bulan seteah kita terakhir bertemu." Arya mengangguk mengerti.

"Bagaimana denganmu, apa pekerjaanmu? tanya Emily sambil melirik sekilas pada pengawal Arya. Arya tersenyum dan menggeleng.

"Aku hanya seorang Arsitek biasa," jawab Arya membuat Emily membulatkan bibir sambil mengangguk tanda mengerti.

"Lalu kenapa kamu membawa mereka? Bukankah mereka pengawal ya?" tanya Emily sambil mengarahkan pandangan pada pengawal Arya.

"Aku hanya menuruti perintah atasanku saja, dia yang memintaku membawa mereka," jawab Arya sambil tersenyum. Dia tidak ingin memamerkan siapa dirinya yang sebenarnya. Emily langsung mengangguk tanpa protes.

Emily lalu mengajak Arya untuk pulang. Arya pun mengiyakan, setelah membayar dan kemudian kembali ke mobil dengan menggendongnya kembali. Arya mengantar Emily pulang ke sebuah asrama yang disediakan organisasi tempat Emily ditugaskan.

Dari cerita selama perjalanan pulang, Arya mengetahui jika Emily bergabung dengan organisasi dokter hewan dan mereka sedang mengadakan kerjasama dengan kebun binatang Ragunan untuk konservasi dan perawatan hewan. Emily dikirim untuk menjadi salah satu dokter hewan di kebun binatang itu untuk mendapatkan lisensi penuh agar bisa membuka klinik sendiri. Arya tidak pernah menyangka bahwa gadis yang dikencaninya dulu ternyata adalah seorang dokter hewan. Dokter hewan yang sangat cantik. Pilihan karir yang tidak biasa bagi seorang arsitek dan CEO seperti Arya.

Usai mengantarkan Emily dan memastikan dimana ia tinggal, Arya pun kembali pulang ke penthousenya dengan hati bahagia. Ia tidak berhenti tersenyum sepanjang perjalanan pulang. Sampai di pintu apartemennya ia mengurungkan niat dan malah mampir ke Penthouse Bryan. Arya ingin bercerita pada sahabatnya apa yang sudah dialaminya seharian. Ia masuk setelah menekan password Penthouse dan menemukan Bryan sedang tidur tengkurap di sofa sambil memeluk bantal.

"Kenapa gak tidur di dalam?" tanya Arya sambil berjalan masuk. Ternyata yang dipeluk Bryan bukan bantal tapi seperti sebuah boneka. Dia tersenyum senang dan tertawa. Arya sampai bingung melihat sahabatnya itu. Sadar temannya memperhatikan tingkah anehnya dia baru sadar dan bertanya.

"Lo dari mana?"

"Ckck... kan gue udah bilang gue ke kantor!" Arya mengingatkan dengan nada kesal. Bryan baru membuka mulutnya dan mengangguk setelah beberapa saat kemudian. Bryan terlalu senang sampai ia lupa jika Arya ke kantor mengurus masalah design.

"Kenapa lo seneng banget, itu apaan?" Bryan kembali menyengir lebar tapi Arya malajh mengernyitkan keningnya. Bagi Arya senyum Bryan menakutkan.

"Hari ini hari paling bahagia buat gue, gue jalan sama Nisa. Kita makan, nonton, main... dapet ini!" Bryan memamerkan bonekanya dengan riang. Arya makin mengernyitkan kening dan membuka mulutnya.

"Ah, dia cantik banget, Arya. Gue jadi kangen lagi!" ujar Bryan setengah memekik lagi sambil membenamkan wajahnya ke bantal boneka itu. Dia persis seperti remaja usia 13 tahun yang sedang jatuh cinta.

'Oh Tuhan Bryan lo bakal 27 tahun 4 bulan lagi!'-pikir Arya sambil menggelengkan kepalanya.

"Gak cuma lo yang bahagia hari ini Bry, tebak gue ketemu siapa sore tadi?" Bryan menegakkan duduknya untuk menyimak Arya.

"Gue ketemu Emily, dia di Jakarta sekarang, dan gue baru antar dia pulang." Bryan spontan membelalakkan matanya.

"WHAT! Sini-sini... cerita ma gue sekarang!" sahut Bryan antusias menarik Arya ke sebelahnya untuk bercerita. Ini akan jadi malam yang panjang.