"Kenapa? Apa karena gua gak sepenting itu buat tau?" tanya Pete.
Eh enggak gitu, Peter!
Gue gak bisa lihat ekspresi Pete dengan jelas saat ini. Entah dia lagi marah, kecewa, kesal, atau apa? Ekspresinya ga ketebak.
Seketika gue merasa bersalah.
"Enggak gitu Peter," ralat gue cepat sebelum kesalah pahaman ini semakin dalam.
"Gue cuman..."
"Cuman gak mau ganggu gua dan bebanin pikiran gua karena gua lagi sibuk?" ucap Pete terlebih dahulu, berhasil membaca pikiran gue.
"Nah tuh tau! Ngapain nanya lagi cobak?" Gue malah keceplosan ngomong kaya gini. Reflek gue kembali menutup bibir rapat rapat. Dasar bibir yang gak ngerti situasi dan kondisi.
Beda dengan tadi, sekarang Pete terkekeh kecil sebagai tanggapan.
"Lain kali jangan diulangi lagi," kata dia.
Lah, jadi Peter engga marah?
Serius ni?
Mi apa? Mi goreng? Mi rebus? Eh apaan sih gue.
"Iya, maaf, hehe..," ucap gue dijawab gumaman oleh Pete.
Gue memperhatikan Pete.
"Lo ga marah?" tanya gue hati hati.
"Gak."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com