webnovel

The pretty class

Sebuah program khusus di sekolah asrama khusus perempuan, terlihat sangat menawan dan menjanjikan berbagai fasilitas dan kemewahan di dalamnya. Semua siswi perempuan berebut untuk mendapatkan posisi di program khusus ini. Setiap siswi yang berhak bergabung dengan program ini haruslah ia yang memiliki paras cantik sesuai dengan standar kecantikan yang di maksud. Sungguh aneh, jika kecantikan seorang wanita di nilai hanya dengan standarisasi yang selama ini telah di patenkan. Sekolah asrama dengan nama SMA Arginindra ini memiliki program khusus di luar proses pembelajaran mereka. Program tersebut di beri nama "The pretty class". Sebagaimana julukan untuk anak-anak yang berhasil bergabung dengan program ini akan di sebut dengan The pretty girl... Lihat cerita selengkapnya di laman ini dengan judul "The pretty class".

Leen_tchang · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
5 Chs

[Chap-4]

Setelah resmi menjadi bagian dari program The pretty class, Farosha sudah mulai menikmati fasilitas yang disediakan oleh pengurus program The pretty class. Farosha juga sudah memiliki kartu pelajar khusus pretty girl. Setiap kali menikmati kemewahan dari program The pretty class, Farosha selalu mengingat kata-kata Danial sebelum akhirnya dia tergabung dalam program khusus ini.

"Jangan sampai aku terbuai dengan segala kemewahan dan perjanjian apapun di program ini" ucap Farosha pada dirinya sendiri.

Sudah tiga hari setelah Farosha pindah kamar, tetapi belum ada kabar dari Farosha untuk siap melakukan rencana berikutnya. Danial cukup risau dengan gadis itu, dia takut Farosha akan melupakan misinya dan tergiur dengan kemewahan di program The pretty class.

Malam itu di kamarnya seorang diri, Danial duduk termenung di sudut ranjangnya sambil memikirkan bagaimana cara agar bisa menghancurkan program The pretty class. Danial melangkahkan kakinya mendekati papan tulis mininya. Memandangi misi-misi apa saja yang sudah ia tulis untuk kedepannya.

Danial membuka penutup spidolnya, dan mengarahkan ujung spidolnya ke misi pertamanya untuk memberikan tanda centang disana. Gadis itu ragu sejenak karena ketidakpastian yang di gantungkan oleh Farosha. Danial cukup ragu dengan gadis itu.

Danial kembali menutup spidolnya dan meletakkannya kembali di tempatnya. Suara ketukan pintu terdengar jelas saat Danial tengah berdiri dengan tatapan kosong.

Tok... Tok... Tok...

Danial melangkahkan kakinya menuju pintu kamarnya.

"Malam kak" ucap gadis berambut panjang itu yang tak lain adalah Farosha.

"Malam" sahut Danial dengan senyuman.

Gadis itu masuk bersama Danial ke dalam kamar.

"Saya pikir kamu sudah lupa dengan misinya" ucap Danial yang sudah duduk di kursi belajarnya.

"Maaf saya lama" ucap Farosha.

"It's ok. Gimana rasanya menjadi pretty girl?" Tanya Danial.

"Eumm..., Menyenangkan" balas Farosha dengan senyum tipis.

"Berarti kamu gak akan mau meninggalkan program itu?" Tanya Danial lagi.

"Bukan gitu kak, saya hanya belum paham dengan semuanya" ujar Farosha.

"Jadi kamu sudah siap atau belum untuk misi selanjutnya?" Tanya Danial.

"Saya siap kak" balas Farosha.

"Besok kita bertemu lagi di kamar nomor 37" ujar Danial.

"Kamar kakak?" Tanya Farosha.

"Bukan. Saya kan bukan pretty girl lagi" sahut Danial dengan senyuman.

Farosha hanya membalas senyum yang di berikan Danial dengan singkat. Gadis itu lalu berpamitan untuk kembali ke kamarnya.

****

Kelas 10 IPA 1 sedang sangat riuh karena akan ada pemeriksaan PR dari guru matematika. Sebagian siswi kelas itu banyak yang lupa akan PR yang di berikan pak Alex Minggu lalu, termasuk juga Farosha. Gadis cantik itu bukannya pemalas, dia hanya lupa akan PR yang di berikan oleh guru.

Saat pak Alex masuk kelas dan mengetahui bahwa banyak muridnya yang tidak mengerjakan PR, dia langsung meminta seluruh siswi yang tidak mengerjakan PR untuk berdiri.

Mendengar perintah pak Alex, Farosha yang merasa tidak mengerjakan PR pun ikut berdiri. Tapi pak Alex yang melihatnya langsung meminta Farosha untuk duduk kembali.

"Farosha, kamu tetap duduk" ucap pak Alex seraya memberikan senyuman.

"Tapi saya gak mengerjakan PR pak" sahut Farosha.

Seluruh pandangan mata siswi kelas 10 IPA 1 hanya terfokus pada Farosha.

"Gak apa Farosha, kamu adalah anak The pretty class" balas pak Alex dengan senyuman.

Farosha cukup terkejut mendengar ucapan dari guru matematikanya itu. Gadis itu melirik dasi berwarna pink dengan motif dua garis emas yang terpasang di seragamnya.

"Apa karena dasi ini?, Tapi kenapa?. Ini benar-benar gak adil" batin Farosha sambil meremas dasi yang ia kenakan.

Jam istirahat telah tiba, seluruh siswi SMA Arginindra berjalan menuju kantin sekolah untuk makan siang. Begitupun dengan Farosha yang berjalan menuju kantin bersama teman-teman sekelasnya. Tetapi saat ia akan memasuki area kantin, tiba-tiba ada seorang kakak kelas yang merupakan pretty girl tingkat tiga menarik tangannya.

"Mau kemana?" Tanya kakak kelas itu.

"Mau kantin kak" jawab Farosha.

"Kantin kita bukan ini" sahut kakak kelas itu.

"Tapi--" belum sempat Farosha menjawab, tangannya sudah di tarik oleh kakak kelasnya itu.

Farosha tidak berkata apa-apa, dia hanya bingung, mengapa hanya untuk makan saja tidak boleh bergabung dengan yang lainnya. Farosha bersama kakak kelasnya tersebut berdiri di depan pintu gerbang mewah dengan plang nama bertuliskan "The pretty class area".

Farosha yang melihat pemandangan tersebut hanya bisa tertegun sambil menelan ludahnya. Dia tak menyangka jika fasilitas bagi anak-anak The pretty class akan semewah ini. Antara senang dan bingung yang di rasakan gadis itu kini.

"Kalau mau makan disini, ini kantin kita, makanannya juga lebih terjamin" ujar kakak kelas tersebut lalu pergi meninggalkan Farosha.

Farosha yang masih cukup tercengang, melangkahkan kakinya perlahan memasuki area khusus pretty girl tersebut. Gadis itu melihat sekelilingnya, ada begitu banyak fasilitas khusus di sana. Ruang komputer, ruang perawatan wajah, teater khusus, kantin, toilet khusus, ruang pemotretan, dan masih banyak lagi. Benar-benar elit bagi seorang Farosha, ditambah lagi anak-anak The pretty class tidak berjumlah terlalu banyak. Hal itu membuat area tersebut cukup senggang untuk pretty girl yang jumlahnya tidak sampai 50 orang.

****

Farosha menemui Danial dan Aqira di kamar pretty girl nomor 37, kamar Danial sebelum ia memutuskan untuk mengundurkan diri.

"Maaf telat" ucap Farosha.

"It's ok. Bagaimanaimana hari mu Farosha?" Tanya Danial dengan senyuman.

"Banyak hal yang membuat saya cukup terkejut hari ini kak" ujar Farosha.

Aqira mengernyitkan keningnya sambil memberikan senyum kecutnya.

"Maksudnya?" Tanya Danial setelah melirik wajah Aqira sekilas lalu kembali menatap Farosha.

"Tadi pagi saya gak mengerjakan PR matematika, tapi ketika pak Alex akan menghukum kami, dia bilang saya gak perlu melakukannya karena saya seorang Pretty girl" ujar Farosha.

"Hahaha..." Tawa Danial dan Aqira pecah ketika mendengar ucapan Farosha.

Farosha yang melihat tawa kedua kakak kelasnya itu hanya terdiam dan bingung.

"Hah... Itulah kehebatan menjadi anggota The pretty class Farosha" ucap Aqira.

"Kehebatan?, Tapi saya rasa itu bukan kehebatan kak. Itu semacam diskriminasi dan ketidakadilan bagi siswi yang lain" ujar Farosha.

"That's my point Farosha" sahut Danial.

"Kenapa saya membenci program gila ini" lanjut Danial.

"Apalagi yang membuat kamu terkejut hari ini Farosha?" Tanya Aqira.

"Saat jam istirahat saya pergi ke kantin sekolah, tapi ada senior pretty girl tingkat tiga yang melarang saya makan disana dan membawa saya ke area khusus untuk anak-anak The pretty class" ujar Farosha.

"Memangnya kamu belum tau soal ini?" Tanya Danial.

"Nggak kak, saya belum tau" ucap Farosha sambil menggelengkan kepalanya.

"Jadi kamu senang atau tidak dengan program ini?" Tanya Danial.

"Ini menyenangkan bagi anak-anak di The pretty class, tapi ini menyakitkan bagi siswi-siswi lain" ujar Farosha.

"Dan kamu adalah pretty girl, jadi kamu senang?" Tanya Danial.

"Saya senang, tapi melihat ketidakadilan ini... Saya merasa jengah dengan semuanya" ujar Farosha.