webnovel

THE POWER IN YOU - SMA SELAMAT PAGI INDONESIA

(Remake Cerita On Progres) -TRUE STORY- Aku tidak bisa memilih aku dilahirkan dimana, tetapai keadaanlah yang membuatku protes kepada Tuhan. Mengapa Tuhan aku dilahirkan dirahim orang yang miskin. ketika kusudah goyah dengan kehidupan ini, hanya satu yang bisa membuatku bertahan. "KELUARGAKU" Mereka selalu menyemangatiku dengan berbagai hal, termasuk sebuah kata-kata mutiara darinya. "Kita tidak akan pernah tau kita dilahirkan dimana, menjadi apa, kondisi yang seperti apa, tetapi kita semua memiliki kesempatan untuk merubah itu semua. karena semua pilihan ada digenggaman tanganmu. Because The Choice Is Yours" ------------ Ini adalah sebuah kisah nyata dari dari anak kacung, dekil, kurang pergaulan, hingga menjadi orang yang bernilai. Ya dia adalah Bayu yang telah temukan sebuah talenta dan juga Gift didalam dirinya. The Power In You ----------- SMA Selamat Pagi Indonesia Adalah sebuah sekolah gratis yang di peruntunkan untuk anak-anak yatim-piatu dan kurang mampu dari seluruh Indonesia. Dimana sekolah ini memiliki keunikan sendiri dari sekolah Lainnya. Memiliki laboratorium Kewirausahaan terbesar di Indonesia dengan nama Transformer Center. Sekolah ini bertempatkan di Jl. Pandanrejo No. 002 Kec. Bumiaji Batu. ---------- #Mohon maaf kalau ada sedikit garam,merica,dan cabai dalam setiap Chapter# Thanks guys for reading this story I hope You always fine and enjoyed with the story I will tell you something You are the Best.

1996Tama · Real
Sin suficientes valoraciones
10 Chs

#Pupus Harapanku

"Bukkk, lihat ini!"

Ujarku kegirangan sambil berlari menunjukkan formulir itu pada Ibu.

Ibu bingung melihatku yang begitu aneh pada saat menghampirinya.

"Ada apa to nak? Hati-hati loh, ayo duduk sini jelaskan sama Ibu" ungkap Ibu sembari memintaku untuk segera duduk di sebelahnya.

"Ada apa to nak?" tanya Ibu dengan pelan.

Aku masih tidak bisa menahan rasa gembira yang aku rasakan saat ini. Karena rasanya semuanya seperti mimpi bagiku.

"Gini lo Buk, Pak Lurah tadi itu Hmm aku gak tahu namane.... "

"Pak Parman nak!"

"Oh iya Pak Parman itu tadi kesini datang untuk ngasih ini!"

Aku menunjukkan amplop yang berisikan formulir kepada Ibuku, dan tentunya aku juga menceritakan semuanya dengan jelas apa yang tadi Pak Parman jelaskan kepadaku.

Namun aku jadi bingung pada saat aku selesai bercerita Ibu malah hanya diam dan bangkit berdiri, tidak menjawab atau menimpali ke antusiasanku.

"Loh Buk ada apa? Bukannya ini malah lebih Bagus, karena sekolahnya gratis dan Ibuk gak perlu keluarkan uang. Ini lo hanya perlu uang dua puluh ribu saja untuk ngurus fotocopy dan surat-surat lainnya!" jelasku pada Ibu mencoba untuk membuatnya percaya dengan apa yang aku katakan...

"Bukan itu masalahnya nak, kalau memang kamu mau ya gak papa, tapi kalau kamu nanti di sana tiba-tiba pindah agama jadi Kristen gimana? Kan khas nya sekolah di Batu kayak gitu semua sekolahnya Kristen semua. Ibu juga tidak yakin kalau Bapak kamu menyetujuimu atau tidak" jelas Ibu kemudian duduk di sampingku kembali.

"Buk ya gak mungkinlah kalau aku nanti pindah agama disana jadi Kristen, kan aku tahu agamaku apa dan tujuanku kesana ya untuk sekolah dan menimba ilmu to Buk!" engkel ku kepada Ibu, dan tetap bersikeras untuk bisa daftar ke sekolah gratis itu.

"Hmm Ibu hanya bisa ngasih do'a yang terbaik buat kamu. Kamu harus izin Bapak kamu dulu!"

Ujar Ibu kemudian melanjutkan memasak kembali untuk sarapan pagi ini.

Aku terdiam dan bingung ketika Ibu menyampaikan hal tersebut. Karena kalau Ibu setuju namun Bapak tidak kan rasanya juga tidak enak kalau menjalani sekolah disana namun orang tuaku sendiri pun gak ngizinin.

"Buk, Bapak dimana?" tanyaku langsung pada Ibu.

"Lagi benerin motor tadi di belakang!"

Dengan cepat aku langsung berlari ke halaman belakang untuk mencari Bapak. Semoga saja bapak mengizinkan aku juga.

"Pak dimana?"

Teriakku sambil mencarinya di belakang rumah.

"Pak?"

Aku melihat sekeliling namun tidak menemukan dimana Bapak berada...

"Pak Bayu mau ngomong!"

"Kenapa Bay, Bapak di dapur nak!"

Teriaknya dari dalam dapur.

Loh Ibu tadi kan bilang kalau Bapak lagi di belakang, kok malah sekarang ada di dapur sih.

Tanpa pikir panjang aku langsung berlari ke arah dapur.

"Pak! Bayu mau ngomong!"

"Ada apa to nak kok kelihatannya kayak penting banget!"

"Jadi gini Pak, Bayu mau nunjukin..."

Loh dimana amplop yang berisikan formulir tadi yang tak taruh di meja sini ya?

Rasanya aku benar-benar taruh di atas meja, kok sekarang sudah gak ada.

"Lagi nyari apa toh?" tanya Bapak sambil menghisap rokok yang berada di tangan kanannya.

"Tadi itu Bayu naruh amplop coklat di atas meja sini pak!"

Jawabku sambil melihat kesana kemari mencari Amplop yang sebelumnya aku taruh meja tadi.

"Tadi Bapak habis nyalakan api di tungku, di minta Ibu kamu pake amplop warna coklat itu buat bakar apinya!" ujar Bapak dengan sangat santai.

"Loh gimana sih, kan yang di amplop itu adalah Formulir pendaftaran yang di kasihkan pak Parman tadi pagi buat Bayu, dan Ibu pun juga sudah tahu. Ini Bayu mau ngasih tahu ke Bapak, agar Bayu bisa mendaftar ke sekolah Gratis yang ada di Batu itu!" jelasku sambil terduduk lemas mendengar apa yang di katakan Bapak.

"Wes gak usah daftar ke sekolah gratis yang belum jelas itu, nanti toh kamu juga akan di minta buat pindah agama jadi Kristen disana!" ujar Bapak

"Duh Bapak tuh gak ngerti kalau itu sangat berharga sekali buat Bayu Pak!!!" jawabku sambil agak meninggikan suaraku.

"GAK USAH DAFTAR!"

Bentak Bapak yang langsung membuatku terdiam detik itu juga.

Aku yang tidak tahu harus berbuat apa pada detik itu, aku langsung berlari menuju ke teras rumah.

"Bay mau kemana nak?"

Tanya Ibu, dan aku tidak menoleh ataupun menjawab apa yang Ibu tanyakan. Karena aku sudah terlanjur jengkel dengan yang di lakukan oleh Ibu dan Bapak, yang memupuskan harapanku.

Aku bingung gak tahu harus kemana setelah ini, karena pada intinya aku sedang kacau karena Pak Parman juga menyampaikan bahwa besok formulir harus di kumpulkan, lah bagaimana dengan aku? Formulirku saja di bakar sama orang tuaku sendiri.

Aku putuskan untuk pergi ke rumah tetanggaku yang sebelah kanan. Biasanya kalau aku lagi suntuk atau butuh apa-apa pasti kesini. Ya meskipun terkadang orang yang punya rumah ini gak selalu baik sama keluarga aku, namun gak selalu kok banyak baiknya juga hehehe.

Memang selalu teringat di saat masa-masa kelam yang tidak bisa ku lupakan.

Jadi di rumahku memang belum ada listrik, jadi rumahku numpang listrik ke Buk Mis, ya aku memanggilnya memang demikian.

Pernah pada waktu hujan deras sekali, dan dapur yang ada di rumahku bocor semuanya, sedangkan pagi itu harus masak nasi untuk bisa makan. Alhasil, Ibu memberanikan diri untuk meminjam alat penanak nasi milik tetangga sebelah kiri, karena sebenarnya dirumah ku tidak boleh memakai listrik banyak kecuali lampu.

Setelah meminjam, Ibu menanak nasi di dalam kamar, karena colokan listrik ada di dalam kamar. Namun hal yang di takuti terjadi. Buk Mis tiba-tiba masuk ke dalam rumah dan seolah melihat-lihat ke dalam rumah.

Tak Lama kemudian dia keluar dan tiba-tiba lampu mati seketika di rumahku.

Itulah yang membuatku berniat untuk bisa beli listrik sendiri agar tidak kesulitan kalau ingin memasak.

Alhasil hari itu kami sekeluarga tidak bisa menikmati enaknya apa itu sarapan, makan siang dan makan malam.

Dari situlah, impian pertamaku adalah ingin membelikan listrik untuk keluargaku.

"Hei Bay kok ngelamun!"

Aku langsung terkejut pada saat Buk Mis menepuk pundakku.

"Ada apa to, kok kayaknya lagi murung gitu?"

Tanya Buk Mis dengan penuh pengertian.

Seperti yang aku sampaikan sebelumnya, bahwa dia sebenarnya adalah orang yang baik. Ya cuma terkadang saja seperti itu.

"Ah Buk, lagi jengkel aja... Formulir ku di bakar sama Ibu dan Bapak, karena aku gak diijinkan buat sekolah ke Batu!"

Ujarku melas.

"Loh kok bisa, wong anaknya mau sekolah kok malah di larang!" sahutnya sambil menyantap mie goreng yang sedang Buk Mis makan.

"Memangnya gak ada lagi formulirnya?" tanya Buk Mis

"Hmmm kurang tahu juga, harusnya ada dan besok sudah terakhir untuk di kumpulkan. Tapi aku masih gak ada uang buat ngurus semua pendaftarannya!" jawabku lemas.

"Hmm memangnya berapa sih?"

"Dua puluh ribu Buk buat Fotocopy dan lain-lain!" jawabku.

"Yaelah, wes nih Ibuk kasih langsung berangkat aja... Jangan sampe orang tuamu tahu, nanti malah gak boleh!" sambil mengulurkan uang dua puluh ribu kepadaku.

"Beneran buk?" tanyaku kembali memastikan.

"Iyo wes buruan, keburu telat nanti!"

"Makasih buk, makasih!!"

Aku menyalim tanganya dan kemudian langsung pergi untuk mengurus data-datanya. Yang harus ku lakukan pertama kali adalah aku harus pergi ke rumah Pak Parman untuk memastikan bahwa formulir masih ada.

Semoga semuanya berjalan dengan lancar.

.

.

.