webnovel

The Misterious Man

Ini tentang pembalasan dendam karena kehilangan. Teror demi teror berkelebatan, teka teki demi teka teki meminta untuk di pecahkan. Di iringi rasa dendam yang bersatu dengan rasa cinta, sungguh membuat siapa pun dilema. Greysia tidak tahu menahu soal itu, namun dia justru menjadi sasaran untuk pembalasan dendam. Hidupnya di penuhi oleh banyak teror dan percobaan pembunuhan atas dirinya. Gadis itu di kelilingi dua orang pria misterius. Salah satu dari keduanya bagaikan Malaikat Penolong bagi Greyisa di setiap keadaan, dan satu yang lainnya bagaikan Malaikat Maut yang selalu meneror dan berusaha membuat Greysia celaka. Bagaimana jika Greysia justru salah dalam mencintai dua laki-laki itu? Apakah Greysia mampu mengungkap identitas dari kedua laki-laki misterius itu? Apa sebenarnya alasan yang membuat Greysia selalu di teror?

Uul_Ulhiyati · Horror
Sin suficientes valoraciones
16 Chs

3. Siapa dia?

Pertarungan yang terjadi antara si pria berjubah hitam dengan laki-laki berjaket hitam yang entah dari mana datangnya semakin lama menjadi semakin sengit. Mereka berdua saling memukul, saling menerjang, dan saling menyerang satu sama lain. Tidak ada yang mau mengalah, meskipun mereka sudah jatuh bangun, terguling-guling di atas tanah yang basah dengan hujan yang semakin deras dan di iringi suara petir yang saling menyambar, tetapi keuda laki-laki itu masih saja bertarung sengit.

Mungkin jika wajah keduanya tidak tertutup masker, sudah bisa di pastikan kalau wajah mereka habis babak belur akibat pertarungan itu. Setelah sekian lama bertarung seperti hidup dan mati, sang pria berjaket hitam memberikan serangan yang cukup telak pada laki-laki berjubah itu. Dia menghajar punggung si pria jubbah hitam dengan menggunakan balok kayu yang tergelatak di sana. Pria berjubah hitam itu sampai tersungkur akibat terkena pukulan yang cukup keras, tapi rupanya si pria jubbah hitam adalah orang yang cukup kuat, sehingga dia tidak sampai pingsan meski terkena pukulan di tulang kering bagian punggung belakang.

Meski begitu, laki-laki berjubah hitam itu segera berlari tunggang langgang dengan sedikit sempoyongan, mungkin karena dia tahu bahwa energinya sudah terkuras habis, jika dia melanjutkan lagi pertarungan itu maka sudah dapat di pastikan bahwa dia akan kalah dan semua rencananya akan hancur berantakan.

Alih-alih pergi menjauh dari sana, Greysia justru malah terus menangis histeris sambil memeluk lututnya, dia masih terduduk lemas di atas tanah. Matanya tak bisa berhenti menyaksikan pertarungan sengit tadi.

Greysia baru bisa bernapas sedikit lega ketika melihat laki-laki berjubah hitam yang tadi akan membunuhnya itu sudah lari tunggang langgang. Kini tinggal ada dirinya dan juga pria berjaket. Tapi sedetik kemudian rasa takut itu kembali menghantuinya, karena dia tidak tahu apakah laki-laki berjaket hitam itu benar-benar baik ataukah justru sama-sama mempunyai niat jahat padanya seperti orang berjubah hitam tadi.

"Kenapa hari ini aku sangat sial, aku didatangi oleh dua orang aneh. Mereka semua berpakaian hitam-hitam, sangat menyeramkan sekali. seandainya mereka memakai baju putih atau pink, mungkin aku tidak akan merasa setakut ini," gerutu Greysia dalam hati. Sementara air matanya masih saja berjatuhan tercampur dengan air hujan yang menerpa wajahnya.

Laki-laki berjaket hitam itu mendekat ke arah Greysia yang sudah bersiap akan kabur, bagaimana pun caranya meski dia harus merangkak sekali pun, yang terpenting ia bisa selamat dari laki-laki di depannya.

"Jangan berani-berani mendekat, aku … aku akan berteriak sekencang-kencangnya," ancam Greysia, dia berusaha memberanikan diri untuk melawan orang itu.

Tetapi laki-laki tadi justru malah mengulurkan tangannya yang di balut sarung tangan hitam kepada Greysia. Gadis itu mengerutkan kening, dia sedikit kebingungan dengan sikap laki-laki tersebut.

"Apa orang itu benar-benar datang untuk membantuku? Atau ini hanya jebakan saja? Bisa jadi nanti setelah aku menerima uluran tangannya, dia justru malah menggenggam tanganku dan menyeretku agar aku ikut dengannya. Siapa tau mereka memang masih komplotan. Tidak, aku tidak mau, itu sangat mengerikan. Aku bagaikan baru saja keluar dari kandang singa dan sekarang malah masuk ke kandang buaya," kata Greysia dalam hatinya sambil terus menatap tajam kea rah laki-laki itu.

Greysia menyembunyikan kedua tangannya di balik punggung, dia tidak akan pernah sudi menerima uluran tangan orang itu. Tetapi lagi-lagi Greysia di buat terkejut oleh tingkah laki-laki tersebut, dia sedikit membungkuk untuk bisa meraih tangan Greysia. Tidak ada tarikan kasar, tidak tanda-tanda akan menyeret, justru gerakan tangannya terkesan sangat lembut. Dia meraih tangan Greysia yang di sembunyikan di balik punggungnya. Sedangkan gadis itu masih terbengong-bengong, tidak tahu harus apa. Dia diam saja ketika pria berjaket tersebut menuntun tangannya untuk membantu Greysia berdiri.

Sebenarnya sedari tadi Greysia berusaha untuk menatap mata sang pria, namun karena orang itu memakai topi terlalu bawah, membuat Greysia kesulitan untuk sekedar melihat matanya. Mungkin orang itu sengaja ingin agar identitasnya sulit di kenali, karena bukannya tidak mungkin ada orang yang bisa mengenalinya hanya dengan melihat mata saja.

Pria itu menuntun tangan Greysia, agaknya dia tahu bahwa kaki gadis itu sedang terluka. Sisa ketakutan dalam diri Greysia membuatnya tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun, dia diam saja mengikuti langkah sang pria yang menuntun tangannya di depan.

Selama perjalanan laki-laki itu pun tetap diam, langkahnya semakin lama semakin di percepat. Awalnya Greysia khawatir akan di bawa pergi olehnya, tapi laki-laki itu membawa Greysia ke arah rumahnya. Laki-laki itu sudah seperti sangat hapal ke mana arah rumah Greysia.

"Bagaimana bisa dia tau jalan menuju ke rumahku? Apa selama ini dia memang sudah mata-mataiku? Jangan-jangan dia memang sudah mengintaiku. Tapi siapa dia? Postur tubuhnya sangat idelal, ada banyak sekali laki-laki yang mempunyai postur tubuh seperti itu, termasuk laki-laki yang tadi hampir membunuhku." Greysia terus mengoceh dalam hatinya sembari berjalan terpincang-pincang. Matanya yang sedikit pedih karena air hujan terus ia paksakan untuk mengamati laki-laki di sampingnya.

Greysia pikir akan sangat sulit mengungkap Identitas kedua laki-laki yang sangat misterius itu karena postur tubuh mereka sangat mirip, hanya saja pakaian yang mereka kenakan jauh berbeda, yang satu memakai jubah dengan tudung hitam sementara yang satu lagi memakai celana, jaket, sarung tangan, serta topi dan masker yang serba hitam.

Ketika Greysia sudah sampai di depan pagar rumahnya, laki-laki itu segera melepaskan tangan Greysia seraya berlalu, dia seperti orang yang sedang terburu-buru.

"Tunggu," seru Greysia menahan laki-laki itu agar tidak pergi dulu.

Merasa terpanggil dia pun menghentikan langkahnya tanpa menoleh lagi ke belakang.

"Terimakasih banyak karena kamu sudah menolongku, dan kamu juga sudah mengantarkan aku pulang sampai ke rumah dengan selamat," ucap Greysia yang masih berdiri di depan pintu pagar rumahnya.

Pandangan laki-laki itu masih lurus ke depan, dia hanya menjawab ucapan Greysia dengan anggukan kepala saja, lalu setelah itu dia buru-buru pergi dengan berjalan cepat.

Greysia menatap punggung pria yang sudah menolongnya hingga dia berbelok di gang dan tidak terlihat lagi. Gadis itu masih tidak mengerti, bagaimana bisa ada seorang laki-laki yang tiba-tiba saja dating menolongnya entah dari mana asalnya.

"Apa dia malaikat yang di kirim Tuhan untuk aku? Kenapa bisa sangat pas seperti ini. Ketika aku berdo'a agar Tuhan mengirimkan seorang penolong, lalu tak lama dari itu tiba-tiba saja ada seseorang yang datang menolongku di waktu yang tepat. Ah, tapi aku masih tak bisa percaya ini, aku tidak terlalu percaya pada takhayul," pikir Greysia, gadis itu hanya bisa geleng-geleng kepala karena tak habis pikir dengan semua yang terjadi padanya malam ini.

Greysia Putri adalah seorang gadis kelas 3 SMA yang baru berusia 17 tahun. Selama ini hidupnya memang tidak selalu berjalan mulus, dia hanyalah anak yang berasal dari keluarga menegah ke atas dan sudah tidak memiliki seorang Ibu.