Satu-satunya hal yang Lyra tahu, ia hanya ingin terus hidup dengan Martin. Itu pun kalau Lyra punya celah. Kalau tidak, Lyra sudah cukup berjuang.
Hidup Martin memang tidak sederhana. Lyra harus tahu di mana dan posisinya berpijak. Di mana pula Martin menepatkan Lyra di sisi berpikir lelaki itu.
Setidaknya untuk saat itu Lyra cukup realistis. Realistis itulah yang membuat Lyra lebih sadar diri. Ia tidak boleh lemah. Otak Lyra membuntu, akan tetapi Lyra tahu ia tak sangat buruk mengambil tindakan.
Banyak celah untuk Lyra mengatasi masalah.
"Lyra, Martin."
Deg. Jantung Lyra sekan berhenti berdetak. Di depan sana ada Felix dan Arsy. Air liur terasa menyangkut di tenggotrokan ketika Lyra lihat kedua orang itu tengah menatap lurus padanya. Hidup Lyra rumit dikelilingi orang-orang yang tak kalah rumit. Orang-orang itu membuat Lyra pusing. Orang yang paling berpengaruh adalah Martin.
Lyra kalah.
***
"Silahkan diminum."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com