webnovel

The Lovely One

Starla selalu menjadi gadis baik-baik bagi orang tuanya, sampai di saat teman-temannya mulai memiliki kekasih, ia mulai merasa kesepian dan iri. Starla ingin merasakannya juga, tapi pemuda-pemuda di sekolahnya tidak menaruh suka padanya karena ia dari keluarga terpandang. Ada anak baru di sekolahnya takkan berpengaruh baginya, benar?

Nona_ge · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
309 Chs

Tes

"Pemanasan sudah selesai, pelajaran hari ini adalah lompat jauh."

Semua murid mengangguk.

"Untung sekali kau, Starla." Luna berbisik.

Starla bingung. "Apanya yang beruntung?" ia akan masuk klub bola voli bukan klub lompat jauh lagi pula tidak ada klub lompat jauh.

Untunglah juga semester satu tidak ada pelajaran bola voli.

Yang sudah-sudah, ketika grup perempuan bermain bola voli tidaklah semenyenangkan grup lelaki, kebanyakan mereka hanya bisa servis bawah tanpa bisa membalas bahkan terkadang servis bawah pun tidak bisa, jadi membosankan.

"Bola voli kan sering melompat, kan?" tanya Luna dengan polosnya.

Starla menepuk keningnya. "Bukan seperti itu cara bekerjanya," katanya. "Sudah, perhatikan saja instruksi Pak Abdul, nanti dimarahi."

"Aku yakin lompatanku takkan jauh." kata Luna.

Starla memutar bola matanya; mengeluh sebelum mencoba, tipikal Luna. Ia mencari tempat strategis agar bisa melihat dan mendengar jelas penjelasan Pak Abdul.

"Jadi kalian bersiap di garis sini," Pak Abdul menunjuk garis berwarna hitam. "Kemudian berlari sampai garis di sana kalian melompat ke bak pasir, nanti akan diukur sama Hendra berapa jauh kalian melompat. Kalian semua bisa mencoba terlebih dahulu sekali."

"Eh? Kenapa cuma sekali, Pak?" para Murid mengeluh.

"Kalian memang mau dilihatin anak-anak sekolah yang berdatangan nanti?" tanya Pak Abdul.

Teman-temannya terdiam, tentu saja mereka tidak mau.

Starla di sisi lain syok, tentu saja ia juga tidak mau, inilah kenapa ia terkadang tidak suka pelajaran olahraga, jika beruntung mereka akan olahraga di stadion, bebas dari tontonan murid, jika tidak ya seperti sekarang, seakan dikejar waktu. Nomor absennya juga berada di bawah, besar kemungkinan jika bagian ia, murid-murid sudah ramai.

Starla tidak ingin Aozora melihatnya olahraga sebab ia yakin akan mengganggu konsentrasinya lagi, nanti nilainya bisa jelek.

Kenapa juga namanya bukan Annora Starla? Kenapa harus Starla Annora?

Memiliki nomor absen bawah memang ada untung dan ruginya.

Starla memerhatikan teman-temannya mulai melakukan percobaan pertama mereka.

Ada beberapa yang berhasil mencapai dua meter kebanyakan lelaki, dan ada juga yang tidak sampai satu meter mungkin karena gugup diperhatikan oleh teman-temannya.

Starla yang sedikit bosan, iseng melihat sekeliling sekolahnya, dan mulai panik ada beberapa murid yang mulai masuk, ia heran padahal baru jam setengah tujuh tetapi ada yang sudah sampai sekolah.

Aozora kan naik bus jadi kemungkinan pemuda itu sampai jam tujuh seperti kemarin.

"Starla Annora."

Starla terkesikap namanya dipanggil, tidak ingin buang-buang waktu, ia segera berdiri di tempat garis start berada, dan segera berlari, entah karena gugup dilihat teman-temannya atau murid lain, ia melewati garis lompatan yang ditentukan tetapi ia mendarat dengan baik di bak pasir.

"Permulaan yang kurang bagus, Starla." kata Pak Abdul.

Starla membersihkan bajunya dari pasir dan kembali ke tempatnya penuh kecewa.

'Aku bisa lebih dari itu.'

"Jangan bersedih, La. Baru percobaan," Gea menyemangati. "Kalau kau gugup anggap saja mereka tidak ada."

"Aku akan coba," walaupun Starla yakin sulit, ia memang tipe yang tidak senang menjadi pusat perhatian orang, ia memiliki demam panggung hingga terkadang apa yang sudah dikuasainya bisa hilang, makanya ia selalu tertunduk jika disuruh presentasi atau di tes seperti ini.