Mereka duduk berlima sambil menyantap kue buatan Silvia. Athena tiba-tiba diam, tak tahu harus mengatakan apa.
"Kenapa begitu hening?" Silvia merasa suasana sedikit berbeda. "Kalian saling kenal?"
Hukk..Athena tersedak mendengar pertanyaan Silvia.
"Ya.. " Juan langsung melirik ke arah Athena, "barusan kami berkenalan. " wajah kecewa terlihat dari raut Juan. Bagaimana ia bisa lupa, pria itu merupakan firstnight nya.
"Ah, ya. Juan sudah beristri, sudah lima tahun namun mereka belum mempunyai anak. " ujar Fildan yang tampak tak mengerti situasi.
"Aku tak bertanya. " Athena memberikan tatapan tajam ke arah Fildan, ada maksud apa Fildan memeberikan informasi seperti itu.
"Bagaimana jika malam ini kita memanggang daging, sudah lama aku ingin melakukan hal itu. " Silvia mengeluarkan idenya yang langsung disetujui oleh Fildan.
"Tidak, aku-"
"Ayolah, sesibuk apapun kau harus ada waktu untukku. "
"Sean, " Fildan mengerti.
"Biar aku yang mengabarkan kepadanya bahwa kau bersama ku. "
Ting..nong..
"Pria itu sudah disini. " ucap Athena.
"Bisakah sehari saja kau tidak bersama dengan Sean? Kau seperti menginjak permen karet di jalan. " kesalnya.
"Ayolah, dia tak terlalu menyusahkan. " sebenarnya ia yang memberi pesan agar Sean mendatanginya, karena ingin kabur dari tempat ini.
Malam tak terlalu dingin, mereka duduk sambil memanggang daging. Athena sibuk dengan laptopnya, karena ada sedikit pekerjaan.
"Sebelum aku membanting laptop itu, sebaiknya kau bergabung menikmati daging. " mendengar hal itu Athena segera bergabung, mulutnya langsung di sodorkan daging matang oleh Fildan.
Tak terasa sudah tengah malam, Silvia dan Fildan masuk ke dalam rumah. Sean membeli beberapa minuman, akhirnya hal yang di hindari oleh Athena terjadi. Di tinggal berdua bersama juan merupakan hal yang sangat ia hindari, keadaan seolah dipertemukan kembali dengan mantan pacar. Yang masalahnya adalah Athena karena menghilang tanpa kabar.
"Sudah sepuluh tahun kau menghilang tanpa kabar. " okey, Athena tak bisa berkata-kata. "Kau menghilang tanpa jejak, dan kini tiba-tiba datang seolah tak terjadi apa-apa. " Juan dikenal dengan manusia hemat kata, namun tidak jika berhadapan dengan Athena.
"Ada kondisi dimana aku tak bisa berbuat apa-apa. " ujar Athena. Athena mengingat malam itu dengan sangat jelas, bagaimana Juan memperlakukan dirinya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Kemana saja kau sepuluh tahun ini? " pertanyaan yang tak ada jawaban.
"Bukan urusanmu. " faktanya Juan sudah beristri, ini berarti tak ada lagi kesempatan untuknya.
Mendengar hal itu Juan semakin tak bisa menahan dirinya. Dulu banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan pada wanita itu, namun begitu bertemu pertanyaan-pertanyaan itu hangus entah kemana.
"Athena! Aku membelikan kau daging lagi! " Sean sudah sangat mabuk berat, dua kantung plastik besar ia bawa. Athena yakin itu semua barang-barang yang diborong oleh Sean, percayalah pria itu akan sangat menyesal begitu sadar dari mabuknya.
"Kau bawa daging? Berikan padaku. " pinta Athena sambil meraih kantung plastik.
"Aku belikan daging yang paliiing terbaik, setiap aku melihat daging aku selalu mengingat mu. Hekk.. " wajah merah Sean dan sedikit cegukan, raut wajah yang sangat jarang dilihat oleh Athena.
"Daging ini..aku ingat! Dulu kau bercerita jika impian mu hanya ingin makan daging! Lihatlah, betapa miskinnya kau dulu.. Hahaha. " tawanya begitu mengingat momen ketika Athena bercerita tentang mimpinya.
Juan yang mendengar hal itu langsung menyadari satu hal. Athena merupakan perempuan yang selalu ia cari saat berusia 15 tahun. Sekarang semua terlihat jelas.
"Sekarang kau mampu membeli semua daging di dunia ini! "
"Kau mabuk, masuklah ke rumah. " ujar Athena dan mendorong Sean untuk masuk ke dalam rumah.
Juan tetap diam di posisinya membuat Athena sedikit bersalah, yah Sean sangat ribut jika sudah bertemu alkohol.
"Kau mau minum? " tawar Athena menyodorkan kalengan bir padanya.
"Thanks, " ucapnya sambil tersenyum tipis. "Kau tak mabuk? "
"Tidak, "
"Padahal dulu kau tak mampu minum. "
Yah, Athena tak ingin jatuh di lubang yang sama.
"Sudah mulai terbiasa. "
Sudah tiga kaleng di habiskan oleh Juan, wajah nya sudah sangat merah dan terasa begitu panas. Kesadarannya mulai menghilang, namun masih tetap menahan agar tidak tumbang.
"Athena Diera.. Zilgasta.. Kau tahu betapa tersiksanya aku hanya karena cinta satu malam? " ucapan Juan sudah mulai tak sinkron.
"Aku sudah mencarimu selama sepuluh tahun! Kau tahu! Sepuluh tahun!-" racaunya.
"Kau mabuk, Jeff. "
"Jeff, panggilan itu..panggilan itu yang sangat ku rindukan, bisakah kau memanggil ku sekali lagi? " ucapnya memelas, mendekati Athena yang berusaha menenangkan detak jantungnya.
"Jeff, "
Cup, kecupan itu semakin membuat Athena tak bisa lagi mengendalikan kecepatan jantungnya. Helaan nafas Juan yang tenang, dan wangi parfum yang digunakan oleh pria itu membuatnya semakin gila.