webnovel

The Liberators

Ini adalah perjalanan sekelompok remaja yang mempunyai kelebihan aneh atau bisa disebut sebagai kekuatan. bagaimana tidak, seorang dari mereka yang sudah diketaahaui bisa menghentikan waktu Ketakutan dan keadaan mendesak sering kali menjadi pemantik dari kekuatan Lachlan, tapi tak jarang ia memojokkan dirinya kedalam ketakutan untuk mengaktifkan dan mengontrol kekuatan itu tapi berujung dengan sia-sia.   Saat sore hari dimana Lachlan sedang berbelanja di swalayan, hal buruk terjadi. Toko itu di rampok tepat saat Lachlan berada didalamnya. Dan saat ia mencoba melarikan diri salah seorang perampok tepat dihadapannya mencoba menembak Lachlan. Ia melihat dengan jelas bagaimana perampok mengarahkan senjata api laras panjang dan mulai menarik pelatuk, selongsong dari peluru itu mulai keluar dari badan senjata bersamaan dengan melesatnya timah panas dari mulut senjata api itu dan mendengar detail suara orang yang berteriak saat tembakan terjadi. Sehingga membuatnya benar-benar merasa panik dan ketakutan. Peluru yang melesat dengan begitu cepatnya berhenti tepat di depan keningnya, diikuti dengan selongsong peluru yang baru setengah jalan saat akan jatuh ketanah juga berhenti ditambah keadaan menjadi hening karena semua orang berhenti bergerak. Bahkan arloji yang dipakai Lachlan juga berhenti yang menandakan kekuatanya aktif di tengah kekacauan yang terjadi. Ditengah diamnya orang-oranng bak mannequin baju yang ada di distro. Ada satu orang yang berjalan menjauhi swalayan dan tentu membuat Lachlan benar-benar terkejut. Siapakah orang misterius itu, mengapa ia tak berhenti bergerak seperti yang lain nya apa mungkin dia juga salah satu manusia berkemampuan khusus seperti lachlan. Lachlan mulai sadar jika dirinya bukan satu -satunya orang berkemampuan aneh seperti ini. Ada berapa banyak kira-kira orang seperti Lachlan di luar sana, dan apakah mereka akan bersatu?

worldside_11 · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
269 Chs

Aku Sudah Membaca Beberapa

Dengan kata lain, polisi benar benar dalam keadaan tidak siap saat kereka masuk dari samping, terlebih lagi mereka mengalihkan perhatian polisi dengan asap yang mereka buat didalam itu, Dan oprasi ini juga berlangsung sangat cepat. Itu artinya mereka sudah menargekan sesuatu yang berada tepat dibalik dinding yang mereka hancurkan dan setelah berhasil mereka langsung mundur" dalam sesaat Fekix langsung menggambarkan kejadian dan bagaimana strategi paa komplotan itu dijalankan.

"Kalau begitu, apa yang membuat mereka menargetkan kantor polisi untuk diserang, apakah polisi mencuri sesuatu dari mereka... Ah... Tidak masuk akal" sesaat setelah Felix menerangkan Ivana semakin tidak mengerti maksud dan tujuan dari mereka.

Setelah meninggalkan pekarangan sekolah, dan berjalan beberapa saat mereka melihat Mahrez yang sedang duduk santai di salah satu gerai makanan cepat saji sendirian.

"Eh... Bukannya itu Mahrez" Felix menyipitkan matanya setelah melihat kearah salah satu gerai makanan cepat saji, dan ia langsung mendekatinya tanpa ragu.

Melihat Felix mendekati Mahrez Lachlan menggelengkan kepala, "apa yang dia lakukan, apa dia ingin menyelesaikan masalah pagi tadi?" sambil menepuk dahinya Lachlan bergumam pada Ivana.

"Entahlah, kalau saja iya, mereka pasti akan berkelahi sebentar lagi" dengan kedua tangan diletakkan dipinggangnya Ivana menjawab dengan senyum pahit diwajahnya.

Melihat ekspresi Ivana Lachlan tidak bisa tidak terkejut, tadi pagi kau sangat marah saat ia mencoba berkelahi dengan Mahrez, mengapa sekarang sikapmu sangat bertentangan? Apa karena kau baru saja melewati tekanan dengan kehadiran orang beropeng itu disekolah, lalu kau butuh hiburan.

Mengapa sangat sulit mengenali sikap wanita yang satu ini, sikapnya selalu bertentangan dengan pendapatnya sendiri, apakah mereka semua begini?

"Oi..." dengan santai Felix duduk tepat dihadapan Mahrez, 'kau mungkin bisa bertindak sesuka mu di sekolah tapi diluar, lihatlah bagaimana aku akan memberimu pelajaran, mari kita lihat seperti apa mentalmu diluar sekolah.

Melihat Felix duduk tepat dihadapannya, Mahrez tidak memperdulikan dan hanya menyantap makanan yang ada dihadapannya dengan santai, seperti tidak merasakan kehadiran orang lain sama sekali.

"Apa yang kau lakukan di sini?" dengan santai dan senyum palsu di wajahnya, felix mencoba memberikan ekspresi terbaik saat memulai percakapan dengan orang yang hampir di pukulnya pagi tadi.

Mahrez yang masih mempertahankan karakter dingin nya hanya mengendus dingin setelah gigitan terakhir makanannya, meraih minuman sodanya dan pergi meninggalkan Felix tanpa sepatah katapun.

Sialan!

Sialan! Apa kau harus mempertahankan sikap yang berlagak keren itu? Aku mencoba untuk membalasmu tanpa pukulan, tapi kau menghindar bahkan meninggalkan satu tamparan lagi diwajahku. Bisakah kau tidak terlalu sombong? Setidaknya beli aku sedikit kesempatan untuk membalas. Sial!' Felix bergumam dalam hati sambil menatap Mahrez yang mulai menjauh meninggalkan mereka.

Lachlan dan Ivana yang mengamati dari jauh pun tidak bisa tidak tertawa melihat usaha temannya memdapatkan hasil dengan kegagalan total. Lachlan sambil menepuk dahinya berjalan mendekati Felix yang sudah tenggelam dalam rasa canggung.

"Kau seharusnya memperhitungkan sikapnya, mengapa kau selalu gegabah seperti ini?" tertawa ringan Lachlan menggelengkan kepalanya, dan ia menginteruksikan pada pelayan gerai makanan itu untuk membawakan mereka makanan dan minuman soda.

"Gagal balas dendam, ha?" sambil terkekeh ringan juga Ivana berjalan mendekat dan duduk disampik Felix, "berhentilah bersikap seperti anak anak, Apa gunanya mengganggu orang itu?" tambahnya.

Felix yang sudah kehabisan kata katapun hanya bisa menggosok gosok glabellanya [1] sambil tersenyum pahit, niatnya yang ingin membalas Mahrez dengan sarkasme gagal total karena Mahrez tidak memberinya kesempatan.

"Bagaimana soal soal ujian tadi, apa kalian bisa mengatasinya?" melihat ekspresi canggung yang masih terpaancar jelas diwajah Felix, Ivana mencoba mengganti topik pembicaraan.

"Kupikir aku bisa menjawab banyak tadi, setidaknya soal soal yang serupa dengan apa yang kita bahas kemarin" sambil menggaruk garuk kepalanya Lachlan menjawab dengan malu malu.

Sebenarnya dia hanya mengingat beberapa konten yang diajarkan Ivana , beberapa soal serupa muncul dan dia bisa menjawabnya namun itu tidak bisa dikatakan banyak, hanya karena beberapa konten yang dihafalnya terdapat pada soal dia menjawab sesuai apa yang dia ingat, dan kalau dilihat kebenaran dari jawabannya sendiri sebenarnya Lachlan sendiri sangat meragukannya.

Karena dia hanya mengetahui beberapa kata yang terkandung didalam soal, dan mengaitkannya dengan konten yang dihafalnya, jadi itu tidak bisa dipercaya sepenuhnya.

Berbeda dengan dirinya, Felix yang terbiasa berlatih catur dengan mengingat banyak langkah dengan rumus dan formasi, mudah untuk mengingat konten yang mereka pelajari dan menganalisa soal untuk menentukan jawaban yang tepat, sepertinya Felix lebih bisa diandalkan dalam hal pelajaran dibandingkan Lachlan.

"Aku juga sangat bersemangat menjawab soal soal itu tadi, sayangnya mereka mengacaukan ujian kita dihari pertama" dengan suara yang sedikit kurang jelas karena roti didalam mulutnya, Felix menambahkan jawaban Lachlans dengan santai.

"Bagaimana denganmu? Aku penasaran bagaimana para jenius menjawab soal soal ujian mereka sampai bisa mendapat nilai sempurna" terkekeh ringan Lachlan bertanya.

Bagaimana dia bisa tidak penasaran sementara soal yang mereka kerjakan terkadang sulit untuk dipahami maknyanya, apalagi untuk menjawabnya jadi bagaimana cara orang orang jenius meenjawab soal dengan baik dan tepat.

"Itu... Kurasa aku sudah hampir menjawab semua soal tadi..."

Uhuk! uhuk!

Mendengar Ivana sudah hampir selesai menjawab soal Felix dan Lachlan tersedak saat menggigit makanan mereka, betapa terkejutnya mereka mendengar kalau ternyata Ivana sudah hampir selesai menjawab semua soal bahkan disetengah waktu yang diperlukan.

Sementara mereka harus bekerja keras untuk mengingat pelajaran yang mereka pelajari selama setahun penuh ditambah bimbingan eksklusif yang diberikan Ivana hanya untuk menjawab beberapa soal.

Melihat Felix dan Lachlan saling tatap saat ia menjawab pertanyaan Lachlan tadi, Ivana tertawa sambil melanjutkan "Aku sudah membaca dan mempelajari materi serupa yang dikeluarkan guru saat ujian tadi, jadi ya... tidak terlalu butuh waktu lama bagiku menjawabnya, namun ada beberapa soal juga yang sulit kupahami, seperti tiga soal pertama, dan soal nomor dua belas juga... Hei! Ada apa" belum selesai Ivana melanjutkan, lagi lagi Felix batuk dan kali ini sepertinya sedikit lebih parah.

Uhuk! Uhuk hmm..

mendengar Ivana tidak bisa menjawab beberapa soal sebenarnya bukan persoalan aneh untuk didengarnya. Namun, soal yang disebutkan Ivana adalah soal yang dia jawab dengan remeh saat ujian tadi. Jadi bagaimana dia bisa tidak terkejut saat Ivana sendiri mengakui kesulitan soal itu sementara ia menjawabnya bahkan memandang rendah soalnya.

'Apa? Tiga soal pertama? Bukannya itu mudah, mengapa kau masukkan itu kedalam soal yang sulit kau pahami, tidak bisakah ini sedikit bagus bagiku kerena bisa menjawab mereka dengan mudah, tapi... Jika Ivana sendir kesulitan, apa hak bagiku untuk menjawabnya dengan sangat mudah bahkan meremehkannya, sepertinya kesalahan total adalah kepastian dari tiga soal pertama dalam ujian tadi.

Sambil mengelus elus dada nya karena sesak saat batuk beberapa kaki tadi, menghirup udara segar dan menghela napas Felix menjawab "ini... Tidak, aku baik baik saja, hanya sedikit tersedak"

[1] glabella adalah area di antara alis