webnovel

Ketenangan Ilusi

Rumah keluarga Syuhada,

Nou menghalau anak rambutnya dari depan wajah, "Lea, bantu aku dengan Jose. Pergilah ke rumahnya".

Cangkir di letakan, "Nou, wanita itu sudah di penjara. Orang-orang ku akan membuatnya kapok agar tidak lagi menyukai pria yang sudah menikah. Untuk apa aku ke rumah Jose" ujarnya mengelak lebih jauh.

Taman belakang rumah selalu membuat Nou nyaman tapi kali ini, perasaan tersebut hilang entah kemana. Lea mengamati perubahan wajah Nou seperti ada beban di kepalanya.

"Lea, kamu tidak mengerti. Pria itu rumit"

"Huh?"

"Kamu belum menikah jadi tak tahu apapun"

"Katakan Nou, kamu masih berharap pada Jose? bukankah kamu sudah memiliki kekasih lain? kedudukan sudah di tangan, harta juga, keturunan juga ada. Nou, kamu bisa bermain di belakang Jose, aku rasa tidak akan ada yang curiga".

Nou melirik sekilas, mengangkat cangkir dari tempatnya untuk menyesap berulangkali. Lea menunggu dengan wajah heran.

"Kekasih? aku tidak punya. Hatiku hanya untuk Jose seorang. Aku tidak berminat cari masalah dalam waktu dekat"

"Tapi..."

"Itu hanya rumor Lea, kamu selalu melihatku di rumah mengurus Feri. Mana ada waktu untuk hal lainnya"

Lea mengipasi dirinya dari udara panas yang mendadak muncul di teras. Mereka berdua berada di teras rumah bagian belakang, pelayan datang menyingkirkan beberapa peralatan kosong di meja dan mengantikan seperangkat minuman dingin disertai makanan ringan.

"Pergilah Lea"

"Aku tahu... aku tahu tapi aku harus punya alasan kuat untuk ke rumahnya. Aku tak mau di salah pahami orang"

"Tidak akan. Kamu sahabat ku, semua orang juga tahu. Jangan terlalu ambil pusing perkataan orang"

"Nou..."

"Lea, perasaanku tidak enak. Aku rasa di balik pernikahan Jose masih ada yang tidak aku ketahui jelas"

"Apa maksudmu?"

"Dimana Venom? kamu sudah mendapatkan kabar darinya?"

"Belum"

"Ini yang aku maksudkan"

Lea hendak mengangkat gelas berisi teh lemon dengan es batu di dalamnya ketika Nou melihatnya dengan pandangan tajam.

"Pergilah! aku tidak mau terlambat tahu"

Dengusan dingin Lea tidak membuat Nou berubah pikiran, "Pergi sekarang! aku butuh sahabatku untuk membantu bukan orang yang berikan beban tambahan" ujarnya sinis.

"Baiklah...baiklah aku pergi sekarang", Lea mengambil tas di atas kursi teras, beranjak dengan kesal disertai gelengan kepala dari Nou.

Kepergian Lea dilihat Feri dari jendela kamarnya, tangan mengepal marah tapi tidak berdaya. Usianya masih tujuh tahun, tidak ada yang percaya jika dikatakan malam itu, bukan seperti itu kejadiannya.

~>

Keluarga Zong

"Hao, apakah putri kita akan baik-baik saja di dalam kantor polisi?"

Hao mengelengkan kepalanya dengan lemah, "Mae, aku dengar Reina berada di penjara besar sekarang" jawabnya ragu.

"Apa!"

"Reina telah membuat marah Nou Syuhada"

"Tapi, sepanjang waktu Reina bersamaku. Bagaimana bisa membuat Feri terluka?"

"Aku juga tidak tahu. Beberapa kenalanku tidak bersedia membantu"

"Hao, aku takut Reina..."

"Jangan berfikir banyak. Berita tentang Reina tidak ada di kolom berita, mana mungkin terjadi sesuatu padanya"

"Cari tahu dulu, Hao. Reina putri kita satu-satunya. Kita yang menjerumuskan, bagaimana bisa..."

"Aku akan cari tahu, kamu tunggu telepon dariku"

"Baiklah"

Hao bergegas pergi tinggalkan rumah, di kepalanya kalut mengingat Reina putri satu-satunya jadi terlibat intrik dunia orang kaya.

~>

Rumah tua Keluarga Syuhada,

brak! prang...

Vas bunga palsu dilempar ke arah Jose, beruntung bisa mengelak dengan cepat ke arah kanan sehingga menghantam dinding dan hancur di bawahnya.

"Bodoh! kamu mempermalukan keluarga kita seperti ini Jose!"

"Ibu..."

"Usiamu tidak muda, untuk apa bermain-main lagi. Dimana cucuku sekarang?"

"Bersama Nou"

"Feri keturunan satu-satunya kelangsungan hidup keluarga Syuhada, seharusnya kamu lebih memperhatikan ibu anak ini"

"Ibu!"

Jose dibuat stres dengan perkataan ibunya. Tak ada kata kompromi dalam segala hal termasuk pernikahan yang diatur ibunya.

"Masalah sudah seperti ini, kamu masih saja berpura-pura tak tahu. Keluarga Syuhada tujuh generasi tidak pernah alami , dipermalukan!"

"Ibu, aku ingin bercerai. Aku harus bagaimana agar ibu mengerti, Nou termasuk wanita jalang"

Keluhan dan rengekan Jose sudah bukan satu dua kali di ucapkan pada ibunya tetapi harga diri dan nilai kehormatan lebih di junjung tinggi.

"Keluarga Syuhada tidak ada perceraian atau menikah dua kali. Kamu simpan saja, wanita yang kamu suka tapi jangan buat kotor dan malu nama keluarga di balik dinding"

"Bagaimana bisa ibu berkata begitu? apa ibu tahu perkataan seperti ini..."

"Menurutmu adikmu berasal darimana! perbedaan kalian mencolok, hanya orang buta yang tidak tahu"

Jose mengangguk, jadi perkiraan selama ini benar namun, terkait siapa ayah dari adiknya, enggan ditanyakan.

brak!

"Ibu...."

Mereka berdua melihat arah pintu, "Mengapa jam segini kalian berada disini? apa aku salah rumah?" sindirnya.

"Jangan buat keributan"

"Hahaha kakak, tenanglah. Aku datang ingin bicara tentang wanita yang semalam kakak ipar titipkan di penjara besar"

Ibu Jose memandang wajah kedua putranya, walau bukan berasal dari satu bapak tapi jelas terlihat kesamaan jika berhubungan dengan wanita.

"Jangan sentuh wanita itu"

"Aku tidak akan menyentuh tapi sahabat kakak ipar mempunyai orang di dalam"

"Biar aku yang urus. Usahakan saja kakak ipar mu tidak tahu kejadian di penjara besar"

"Apa maksud kakak?"

"Tuan Venom Xi menginginkan, kamu jaga baik-baik"

"Venom Xi?"

Ibu Jose melepaskan sarung tangan yang dipakai untuk memangkas tanaman di pot, "Mengapa keluarga Xi tertarik wanita seperti itu?" tanyanya heran.

"Tuan Venom merasa tekanan keluarganya terlalu berlebihan sementara dia sendiri tak tertarik dengan pernikahan jadi aku rasa, wanita ini pilihan tepat agar tidak terganggu"

"Kata siapa?"

"Tuan Venom sendiri yang minta aku segera mengurus pembatalan pernikahan tapi aku memilih untuk menceraikan saja"

"Caramu sudah tepat. Jangan berurusan dengan keluarga Xi, kalian dengar!" , pandangan tajam terarah kepada dua anaknya , ia benar-benar tidak ingin anak-anaknya terlibat.

"Baik Bu" kata mereka berdua secara kompak tetapi dalam hati bertanya-tanya, sebenarnya apa yang dilakukan keluarga Xi hingga ibunya mengingatkan.

~>

Rumah tua keluarga Xi,

Uap panas mengepul di atas mangkok besar, didalamnya ada bermacam-macam sayuran dan daging berwarna gelap.

"Nyonya tua, apakah Venom akan bertindak kali ini?"

"Cucu sialan, dia pasti akan lakukan!"

"Tidak baik mengumpat nyonya tua"

Wanita berumur 80 tahun yang dipanggil nyonya tua adalah nenek Venom. Terlihat tua tapi tenaga dan kekuasaannya sangat kuat sehingga lawan takut bertemu.

"Mae, kapan aku bisa tenang dengan cucuku ini. Aku ingin mengendong cicit"

"Aku rasa tidak lama lagi. Nyonya tua harus jaga kesehatan jika ingin melihat cicit"

"Wanita ini, apakah baik?"

"Aku akan selidiki"

Usai berkata begitu, Mae pergi keluar ruangan dengan wajah tegang. Di tengah lorong bertemu Wo, "Sayang..."panggilnya pada ayah Venom.

"Ada apa?"

"Venom"

"Biarkan saja. Dia sudah dewasa, waktunya berfikir tentang masa depan"

"Tapi nyonya tua tidak sabar dengan pilihan yang dibuat Venom"

"Siapa?"

"Reina Zong"

Dasi yang mengikatnya di tarik sedikit lebih ke bawah, "Tidak usah pikirkan. Kamu ingat kamu berasal darimana. Bantu aku urus mandi" katanya bergerak masuk ke dalam ruangan lain di dekatnya.

Mae mengikuti tanpa bantahan. Mau memikirkan apapun hanya akan menyakiti dirinya, sebaiknya pikirkan nanti.

Masa lalu dibuat untuk masa depan. Jikalau ada yang mengungkit, lapang dada di perlukan dan diperluas.