webnovel

Chapter 01 - Temukan Dokter Kekaisaran

***

~ Reruntuhan Tatesia ~

"Enert, kau bisa gunakan nama depanmu untuk menemukan orang ini," --- menunjukkan gambar seorang wanita muda berambut perak panjang.

"Ca - Va - Ni - Sa Lina? Tapi Paman, bukankah nama depan ini terlihat seperti ejaan?" Tanya Enert atas coretan nama di pojok kanan bawah gambar.

"Kau tanyakan saja padanya. Jadi sekarang kau bersiaplah untuk pergi,"

"Yah, aku sudah tidak sabar untuk segera berpetualang. Dan satu lagi, aku juga sudah tidak tahan dengan suara dengkuran Paman setiap malam yang seperti keledai,"

"Pergi sana anak nakal!" seru --- sambil menutup pintu rumah dengan keras.

Enert lalu memasukkan semua barang bawaan ke dalam kotak paralel. Lalu dia berjalan ke arah jalan setapak yang mengarah ke matahari yang mulai menunduk dari balik awan senja.

.... Sepertinya aku pernah melihat wajah wanita itu sebelumnya. Tapi rasanya ada yang berbeda, atau hanya perasaanku saja ....

"Anesha! Ayo kita berangkat!" seru Enert. Lalu dari belakang rumah itu, muncul Elbeast Phoenix berwarna putih dengan beberapa garis biru di kedua sayap.

"Yey ..!" seru Anesha sambil memperbesar bentuk tubuhnya. Lalu Enert melompat untuk naik ke punggung Anesha dan terbang menyusuri langit bersama.

***

~ Desa Latensia ~

Setelah melewati beberapa hutan, akhirnya Enert tiba di sebuah desa yang cukup besar dan terlihat makmur dengan beberapa bantaran persawahan yang subur.

Lalu Enert turun dari Anesha, dan Anesha langsung masuk ke dalam kotak paralel. Namun tiba-tiba, perut Enert berbunyi karena sepanjang jalan dia tidak makan dan hanya tidur.

Akhirnya Enert pergi mencari kedai makan di desa itu, hingga dia berhasil menemukan sebuah kedai makan yang cukup besar bernama 'Lantern Eatery', atau kedai makan bernama Lantern.

"Paman, apakah masih ada tempat kosong? Aku lapar sekali,"

"Sepertinya masih ada yang kosong di lantai atas. Charlen, antar pelanggan kecil ini ke tempatnya,"

"Baik Bos ... Adik, ayo ikut denganku." Ajak Charlen ke lantai atas dan diikuti Enert.

Di lantai atas itu tersisa satu meja di bagian samping tengah. Dan pelanggan di beberapa meja itu adalah para ksatria Kekaisaran yang tengah merayakan atas bebas tugasnya setelah kepergian seorang Putri Kekaisaran dalam kunjungan tahunan.

Charlen lalu menunjukkan sebuah meja kosong dan mempersilakan Enert duduk. Namun saat Enert duduk, seorang dari pasukan ksatria menghampiri Enert dan langsung menodongkan pedangnya.

"Hey bocah, apa kau tidak tahu dimana tempatmu duduk?" tanya Ludwig, Ketua dari pasukan ksatria.

Namun Enert hanya diam sambil memperhatikan pedang yang terlihat jelas di depan matanya itu.

.... Pedang Platina tingkat sedang. Sepertinya aku bisa menggunakan pedang pengganti ini untuk mencari bahan yang ada di hutan ....

"Hahaha ... kau sial sekali bocah. Kau akan menjadi pelampiasan atas kemarahan Ketua," ucap Steve.

"Beri pelajaran pada bocah tak tahu tempatnya itu Ketua," sahut Letan.

"Yah, aku memang sedang kesal gara-gara Putri sialan itu. Bisa-bisanya dia tidak membawa kelompok lama kita dan memilih kelompok yang baru saja dibentuk," ujar Ludwig kesal.

"Maaf Tuan Ludwig, adik ini sudah pesan lebih dulu. Dan Tuan juga tidak memesan meja ini sebelumnya," jelas Charlen.

"Kau jalang sialan, berani sekali wanita rendahan sepertimu menyelaku," sahut Ludwig sambil menodongkan pedangnya ke wajah Charlen.

"Maaf Tuan, Saya tidak bermaksud menyela,"

"Hey Paman ksatria, aku sudah memesan meja ini. Lagipula mereka juga lihat kau tidak duduk di meja ini," balas Enert.

"Hahaha ... apa kau berasal dari lingkungan kumuh, hingga kau tidak tahu dimana tempatmu," sahut Letan.

.... Bagaimana caraku menolong Kakak pelayan dari sekumpulan sampah Kekaisaran ini? Dan bisa-bisanya mereka dibiarkan bebas berbuat seperti ini ....

"Nona Charlen, apa aku sudah boleh pesan makanan?" tanya Enert.

"Ah, tentu saja," balas Charlen pelan.

"Dan bisakah ksatria payah ini diam dan tidak berisik?" sambung Enert.

Mendengar Enert menyebut dirinya ksatria payah, membuat Ludwig sangat marah.

"Beraninya kau bocah sialan!" seru Ludwig, lalu menyerang Enert dari belakang.

Namun tiba-tiba tekanan udara di sekitar Enert berubah menjadi berat. Dan dari arah kanan Enert, seseorang ninja bayaran dengan penutup wajah kain merah mendekatinya sambil melepaskan hawa membunuh yang cukup kuat.

Enert menghela nafas, lalu melihat ke arah Ninja itu dengan tatapan kesal. Lalu seketika itu Enert langsung menghilang hingga membuat ninja itu kaget.

Tak lama kemudian, Enert muncul di depan ninja itu dan langsung menyentuh dada ninja itu dengan jari telunjuk hingga membuatnya mati langkah. Setelah tubuh ninja itu sedikit terdorong ke belakang, Enert lalu menjentikkan jari kanan hingga menyebabkan efek tekanan yang kuat.

Setelah efek tekanan itu hilang, ninja itu langsung terhempas jauh hingga membuat kerusakan pada bagian depan kedai makan itu. Dan Ludwig yang sebelumnya ingin menyerang Enert tiba-tiba sudah tergeletak di lantai dengan wajah pucat.

Setelah apa yang terjadi di lantai atas itu, suasana langsung menjadi hening. Seakan tidak ada yang berani membuat masalah dengan Enert.

Enert lalu berjalan menuju lantai bawah untuk menemui Paman pemilik kedai dan bermaksud membayar ganti rugi.

.... Koin yang diberikan Paman harus aku gunakan untuk biaya ganti rugi. Apa yang harus aku lakukan setelah ini ....

Namun saat Enert ingin membuka kotak paralel, Paman pemilik kedai langsung menghampirinya.

"Hohoho ... Adik kecil, kau lebih perlu koin itu daripada Paman," ucap Paman bernama Kelvin itu.

"Eh, kenapa bisa begitu? Apa aku memang tidak perlu mengganti rugi?"

"Hohoho ... sudah ada seseorang yang menggantinya. Dan orang itu juga menitipkan ini untukmu," jelas Paman Kelvin sambil memberikan sebuah gulungan kertas putih dengan pita merah.

***

~ Hutan Greeneville, Wilayah Kekaisaran Mitavia ~

Enert tiba di hutan perbatasan yang terletak di seberang jalan depan Kekaisaran. Lalu dia membuka kotak paralel untuk melihat isi dari gulungan yang diberikan seseorang.

.... Sepertinya gulungan ini sengaja diberikan untukku. Atau hanya perasaanku saja? Aku malas berpikir, jadi untuk sekarang lebih baik mencari bahan lebih dulu ....

Enert menyimpan kembali gulungan itu dan bergegas pergi ke dalam hutan.

Sesampainya di dalam hutan, Enert menemukan beberapa Magia Leaf, atau daun yang mengandung sihir. Dia lalu memungut daun itu dan mengikuti jejak itu berasal. Namun tiba-tiba terdengar suara pertarungan, dan dia pun bergegas untuk melihatnya.

Elbeast kucing tipe petarung dan Elbeast liar. Meski jiwa si kucing itu belum sempurna, tapi dia sudah sekuat itu. Eh, bukankah itu dahan pohon Magia Leaf yang aku cari ...?

Melihat Elbeast kucing itu akan menyerang dengan dahan Magia Leaf, Enert langsung melempar pedang ke arah Elbeast liar itu dan berhasil membunuhnya.

"Apa aku mengganggumu?" Tanya Enert sambil mengambil pedangnya. Namun tidak ada jawaban dari Elbeast itu.

"Gadis kucing putih, aku sedang bertanya padamu. Kenapa kau tidak menjawab?"

.... Eh ... apa dia bisa melihat bentuk jiwaku ....

Elbeast itu terkejut sambil menjatuhkan dahan Magia Leaf itu. Dan dengan santai Enert mengambil dahan itu lalu menyimpannya ke dalam kotak paralel.

Lalu dari arah lain, seorang gadis rambut coklat muncul sambil membawa potongan dahan Magia Leaf yang berbeda. Namun gadis itu tidak memperhatikan Enert di tempat itu.

"Olivia, kau berhasil membunuh Elbeast liarnya. Kalau begitu kita bisa kembali dengan semua bahan yang diperlukan Master,"

"Kana, sebenarnya bukan aku yang membunuhnya," ucap Olivia.

"Aku tahu, kau kan sangat kuat. Mungkin Elbeast liar itu menyerah dan lebih memilih bunuh diri," ucap Kana dengan bangga.

"Hey, aku yang membunuhnya," sela Enert.

"Ha..! Bikin kaget saja! Siapa kau?!" Seru Kana.

"Aku Vane Enert. Panggil saja Enert,"

"Vane kau bilang? Hah, lupakan. Lalu apa yang kau lakukan di hutan wilayah Kekaisaran?"

"Aku sedang mencari bahan untuk diberikan kepada seorang Dokter yang katanya jenius. Dan menurut kabar, dia tinggal di dekat Kekaisaran. Namanya Dokter Lina," jelas Enert.

"Apa kau mengenal Master ku?"

"Oh, jadi kau muridnya? Kebetulan sekali, apa kau bisa antar aku pada Master mu?"

"Baiklah ... kalau begitu ikuti aku, dan jangan kecewa jika kau tidak bisa bertemu dengan Master ku,"

"Terima kasih kalau begitu," balas Enert sambil mengikuti Kana keluar dari hutan.

Sementara itu, Olivia yang berjalan di sebelah Kana masih penasaran dengan Enert. Dia merasa ada hawa hidup di dalam jiwa Enert yang hampir sama dengannya. Namun dia juga merasa ragu karena masih ada hawa hidup lain yang berbeda.

***

~ Villa Kekaisaran ~

Setelah melewati beberapa anak tangga utama, mereka sampai di depan pintu sebuah ruangan. Lalu Kana mengetuk pintu itu lima kali dan tiga kali sebagai tanda jika itu darinya.

"Hey, perlu kau ketahui. Master ku bukanlah orang yang mudah untuk ditemui. Apalagi bertemu dengan orang asing yang menggunakan nama depan Master ku,"

"Aku bukan orang asing. Dan nama depanku memang Vane,"

"Awas saja kalau kau menggunakan nama Master untuk menipuku,"

"Terserah kau bilang apa. Aku hanya ingin bertemu dengan Master mu,"

Tak lama kemudian, pintu ruangan itu terbuka dan seorang Dokter wanita dengan memakai kacamata berdiri di sebelah pintu.

"Kau sedikit berantakan Kana. Apa kau sudah mendapatkan bahan yang aku minta?" Tanya Dokter itu sambil mengarahkan mereka masuk.

"Lihat Master, Olivia juga mendapatkan beberapa bahan yang lain. Jadi Master tidak perlu keluar untuk mencari bahan lain,"

"Oh, terima kasih atas kerja kerasmu Olivia,"

Olivia membalasnya dengan mengangguk pelan. Dia merasa ragu untuk menjelaskan, jika bahan dari Elbeast liar itu semua sebenarnya didapatkan karena Enert.

.... Em ... ada bahan langka yang seharusnya tidak mungkin mereka mampu dapatkan dengan mudah ....

"Master, aku juga membawa orang aneh yang berani memakai nama depan Master untuk bertemu," jelas Kana dengan kesal.

Dokter Lina perlahan mengamati Enert dengan serius. Dia merasa ada sesuatu yang dia lewatkan. Dia lalu melihat ke arah bawah perut Enert dan memang ada yang berubah.

"Sepertinya adik kecilmu sudah bertambah besar. Hahaha ... aku sangat merindukanmu, anak nakal kesayanganku," ucap Dokter Lina dan langsung memeluk Enert dengan erat.

.... Eh! Kenapa Master tiba-tiba memeluk si kurang ajar ini? Eh, Master tadi bilang anak nakal kesayangan ....

"Bibi hentikan. Aku bukan anak kecil, dan aku juga sudah membawa semua bahan yang sebelumnya kau minta pada Paman,"

"Baiklah, maafkan Bibimu ini. Dan terima kasih untuk bahan-bahannya,"

"Yah, Bibi memang belum berubah,"

"Hahaha ... anak nakal, aku adalah Bibimu. Jadi kau tidak perlu sungkan padaku,"

"Anu, Master ... apa ada yang bisa aku lakukan?" tanya Kana kebingungan.

"Ah, maaf Kana. Aku lupa kau masih disini. Kalau begitu, bantu aku menumbuk dahan Magia Leaf ini,"

"Baik Master," sahut Kana.

Kana langsung mempersiapkan tempat dan alat untuk menumbuk dahan Magia Leaf.

***