webnovel

DIRENDAHKAN SEPUPU JILY

Ada ada saja!

Joe berjalan sambil memegangi lengannya yang terluka. Penampilannya sangat berantakan sekali.

Sepertinya aku harus mengganti bajuku, pikir Joe. Karena itu dia mengarahkan kakinya melangkah ke outlet baju yang berjejer di pinggir jalan. Tidak mungkin dalam keadaan lusuh begini masuk ke dalam mall, bukan.

Hanya beberapa lembar kaos biasa yang dia beli untuk dia kenakan sementara menggantikan pakaiannya yang sobek. Sekaligus dia membeli perban dan obat luka cair untuk mengobati lengannya.

"Hei Joe! Sedang apa kau di jalanan seperti ini!"

Suara lantang yang berbicara dengan nada kasar seperti itu adalah Mona. Dia sepupu Jilly yang sangat tidak suka dengan Joe. Sebenarnya tidak juga. Karina hanya iri pada Jilly lantaran lebih mengungguli mendapatkan cowok tampan ala model eropa. Namun, begitu Joe masuk ke dalam penjara, Mona seketika saja ilang feeling pada Joe. Justru dia memilih mencari selingkuhan lain untuk memuaskan hasratnya yang tidak bisa dia dapatkan dari suaminya, Enriko, yang berbadan gemuk.

Mona lagi berada di dalam mobil mewah Enriko. Mereka berdua menghiasi wajahnya dengan senyuman remeh menatap Joe.

"Gembel ini baru saja mengemis baju bekas di toko itu!" Seru Enriko sambil menunjuk toko baju yang ada di belakang Joe.

Kebetulan sekali Joe memegangi plastik kresek hitam untuk menyimpan sisa baju yang lain yang baru saja dia beli.

"Iyalah! Dia hanya mampu membeli pakaian di tempat murahan seperti ini! Hei Joe, apa kau sudah melihat bagaimana Jilly begitu bergairah dengan Vino?" Cibirnya tajam. Dia sengaja memanas manasi Joe yang memang lagi sakit hati lantaran istrinya.

Panas hati dan telinga Joe mendengarnya. Sambil itu dia mengerang kedua rahang sangat keras. Hingga garis garis tegas yang mengukir begitu nampak di kedua pipi.

Tangan Joe mengepal, sambil itu dia bersiap ingin menghampiri mobil Enriko. Hanya saja begitu Joe mendekat, Enriko sudah menancap gas kencang. Akibatnya, genanangan air yang ada di aspal berlobang menciprati wajah Joe.

Semua orang yang melihat itu tertawa terbahak. Termasuk Mona dan juga Enriko yang terpingkal pingkal menertawai Joe sepanjang jalan.

Sial! Awas kau! Gerutu Joe.

Joe pun mencari kamar kecil umum untuk membersihkan dirinya. Selepas itu, Joe teringat bugati Veyron yang harus segera dia ambil. Dia sangat membutuhkan kendaraan untuk mencari Kiara. Joe bertekad untuk tidak kembali ke negeri Menara sebelum dia menemukan Kiara dan berhasil meringkus siapa pembunuh adik kandungnya.

Langsung saja Joe mencari taxi untuk mengantarkannya ke showroom union car.

"Union Car Showroom, pak," pinta Joe.

"Baik, tuan."

Tidak lama, hanya sekitar setengah jam perjalanan Joe sudah sampai di tempat penjualan mobil mobil mewah berkelas. Hanya ada satu di kota ini.

Namun saat yang bersamaan, rupanya Enriko dan Mona pun berada di tempat yang sama. Enriko berkeinginan untuk membelikan istrinya mobil. Tentu saja wajah Mona berbinar mendengarnya. Karena itu, semenjak turun dari mobil, Mona tidak melepaskan rangkulan tangannya pada lengan Enriko karena dia tau, sebentar lagi dia akan memiliki mobil sendiri dan tidak perlu harus menunggu Enriko mengantarnya ketika ingin berpergian kemanapun. Itu juga sangat memudahkan Mona mendatangi selingkuhannya yang berada di luar kota. Sepertinya dia sangat bangga sekali jalan bersama pria gendut ini.

Namun begitu mereka melintasi pit khusus yang memamerkan mobil mobil mewah, pandangan Enriko menitik pada satu kendaraan supercar yang sangat memanjakan matanya.

"Hei, apa mobil ini sudah ada pemiliknya?" Tanya Enriko kepada pegawai.

"Sudah tuan," jawabnya.

"Tentu saja orang itu sangat kaya sekali. Ini mobil edisi khusus dan hanya lima buah diproduksi di dunia," ungkap Enriko.

"Sayang, apa kamu tidak mampu membelinya?"

Seketika itu juga Enriko langsung menelan ludah. Tentu saja akan sesak napas kalau sampai Mona merongrong dirinya untuk membeli mobil seharga hampir seratus milliar. Satu mobil super mewah ini sebanding dengan dua puluh mobil miliknya. Sayangnya, Enriko yang hanya bekerja sebagai kepala cabang pada satu bank tertentu hanya mampu membelikan mobil biasa untuk istrinya.

"Sepertinya akan aku pikirkan nanti, sayang."

Jawaban yang ambigu sengaja Enriko katakan agar Mona juga tidak memandang remeh dirinya. Namun dalam hati, Enriko juga begitu penasaran. Siapa orang kaya yang memiliki mobil ini?

Kebetulan di pintu masuk sana, Joe baru saja datang. Seorang marketing perempuan berpakaian seksi dengan gincu merah tebal serta rambut panjang terurai, menyambutnya dengan tatapan menghina.

"Maaf, kami tidak menerima pengemis di sini," ujarnya tajam. Begitu saja dia menilai Joe dari penampilannya.

"Apa aku kelihatan seperti ingin meminta sesuatu padamu?" Joe membalasnya santai.

Wanita itu menyeringai, sinis. Sungguh sangat tidak sopan kelakuannya sebagai pegawai yang ditugaskan untuk menyambut pelanggan yang seharusnya dituntut ramah penuh dengan senyum, namun dia bersikap begitu sinis dan angkuh pada Joe.

"Maaf, kau mau cari siapa? Atau kau pengantar makanan?" Karena melihat kantong kresek yang Joe bawa, wanita itu mengira Joe adalah kurir.

"Hei kalian, apa ada yang memesan makanan online?" Wanita itu bertanya pada semua rekannya.

Kompak semua menggelengkan kepala.

"Sepertinya kau sudah salah alamat. Di sini tidak ada yang memesan makanan. Pergilah!" Usirnya.

"Aku ke sini ingin mengambil mobil," ujar Joe.

Langsung saja wanita itu tergelak sambil melipat kedua tangan di atas dada. "Haha. Apa aku tidak salah dengar?" Cibirnya.

"Kalau telingamu sehat, kamu tentu sangat jelas mendengar perkataanku," sahut Joe.

Merasa disindir tajam, wanita itu panas hati. "Dasar gembel! Kau membuang buang waktuku saja! Pergi!" Bola matanya melotot tajam membelah wajah Joe.

"Hei Elsa,apa yang terjadi?" Seru temannya. Kemudian, dia menghampiri sahabatnya itu.

"Pria ini ingin mengemis di sini!" Sahutnya.

"Sebaiknya anda pergi saja, pak. Maaf, kami dilarang memberikan uang pada pengemis," kata sahabat yang Joe baru ketahui kalau nama wanita itu Elsa.

"Aku bukan pengemis. Aku ke sini untuk mengambil mobil," bantah Joe.

"See. Dia sudah membuatku jengkel!"

Di tengah perdebatan, Enriko yang sedang merangkul Mona pun muncul dari dalam. Spontan saja mereka kaget karena mendapatkan Joe ada di tempat ini. Sungguh, ini jadi permainan yang mengasikan untuk Enriko.

"Rupanya ada si gembel di sini," sinis Vino.

Sungguh, Joe pun kaget mendapatkan laki laki yang sudah membuat bajunya kotor terciprat air lumpur ada di hadapannya.

"Tuan Enriko kenal dengan pemuda ini?" Tanya Elsa.

"Tentu aku kenal. Dia mantan suami sepupuku," sahut Enriko dengan gaya angkuhnya.

Beat!

"Dan juga mantan narapidana yang baru saja kabur dari penjara!"

Tercenganglah kedua wajah pegawai showroom mendengar itu. Terutama Elsa, jantungnya berdebar karena tau laki laki ini mantan napi. Di benaknya sudah kepikiran yang macam macam. Aduh, bagaimana kalau dia dendam lalu aku diperkosaaanya? Dan setelah itu aku dibunuhnya? Anggapan Elsa, kalau mantan napi adalah monster yang sangat mengerikan.

"Hei Joe! Mau apa kau ke sini? Mengemis? Sayangnya di sini tidak ada mobil yang bisa dikasih secara gratis seperti baju yang kau pakai itu!"

Semuanya tergelak, menertawakan Joe layaknya badut yang sedang beraksi di depan mereka.

Hanya saja Joe malas meladeni orang orang tidak penting seperti ini.

"Katanya, dia ingin mengambil mobilnya, tuan," sahut Elsa.

"Benarkah?" Enriko pun semakin terpingkal pingkal. Sampai perutnya yang besar itu ikutan bergoyang seirama dengan gelak tawanya.

Sungguh sangat menjijikan!

"Hei Joe! Kenapa kau harus pura pura kaya begini? Sepertinya setelah Jilly meninggalkanmu, otakmu sudah rusak. Kau pikir di sini tempat mobil rongsok yang bisa kau minta seenakmu, hah!" Ujar Mona sinis.

"Benar juga. Jangan jangan dia mengira kalau di sini penampungan mobil rongsok. Wajar saja, Joe itu tidak pernah datang ke tempat tempat seperti ini," timpal Enriko.

"Hei! Sebaiknya kau pergilah! Sebelum manager kami datang dan kau akan semakin sulit," saran temannya Elsa.

Bagaimana kalau aku langsung saja memperlihatkan kunci mobilnya pada mereka? Tentu mereka akan tercengang, batin Joe.