Markas pemberontak terasa semakin mencekam. Setelah peringatan dari Cipher, semua pemberontak tahu bahwa waktu mereka semakin menipis. Zephyr memberikan perintah dengan ketenangan yang tak tergoyahkan, memastikan setiap anggota kelompok bersiap menghadapi serangan yang bisa datang kapan saja. Namun, meskipun seluruh markas dipenuhi dengan kegelisahan, Orion tampak berbeda. Dia berdiri di sudut ruangan, menatap ke kejauhan dengan ekspresi yang hampir damai.
Raven melihatnya dari kejauhan, ragu sejenak sebelum memutuskan untuk mendekat. Sejak percakapan pertama mereka, dia merasa ada sesuatu yang lebih besar di balik ketenangan Orion. Ada kedalaman yang tidak dia pahami, tetapi terasa penting. Raven tahu, di tengah semua persiapan perang dan strategi, ada pertempuran lain yang sedang berlangsung—sebuah pertempuran ideologi yang bisa menghancurkan atau menyelamatkan mereka.
"Orion," panggil Raven pelan ketika dia mendekat. "Apa yang kau pikirkan?"
Orion perlahan menoleh, ekspresinya tetap tenang, seolah-olah dia tidak terpengaruh oleh kekacauan yang terjadi di sekitarnya. "Aku memikirkan dunia yang kita tinggali ini, Raven. Dunia yang pernah aku kenal. Dunia yang hancur karena teknologi yang kita buat dengan tangan kita sendiri."
Raven menyipitkan mata, mencoba memahami. "Apa yang kau maksud?"
Orion menghela napas panjang, mengalihkan pandangannya kembali ke cakrawala yang kelam. "Aku pernah menjadi bagian dari dunia yang terobsesi dengan teknologi. Seperti Zephyr, kami berpikir bahwa teknologi akan menyelamatkan kita. Kami percaya pada keajaiban yang bisa dilakukan oleh NexusNet. Tapi itu semua kebohongan. Teknologi, pada akhirnya, mengambil lebih banyak daripada yang pernah bisa kita berikan. Aku kehilangan keluarga, komunitasku...semuanya."
Kilasan rasa sakit terlihat di wajah Orion, meskipun dia berusaha untuk menyembunyikannya. Bagi Raven, ini adalah pertama kalinya dia melihat sisi yang lebih manusiawi dari pemimpin spiritual yang misterius ini. Cerita tentang kehilangan Orion memberinya pemahaman baru tentang mengapa pria itu begitu keras menentang teknologi.
"Ketika NexusNet pertama kali mengambil alih," lanjut Orion, "teknologi yang dulu kita percayai menjadi senjata yang membelenggu kita. Mereka menggunakan teknologi yang kami kembangkan untuk mengendalikan pikiran dan tubuh kami. Dan ketika kami akhirnya melawan, kami tidak hanya kehilangan kebebasan—kami kehilangan kemanusiaan kami."
Raven diam sejenak, merenungi kata-kata itu. Selama ini, dia melihat teknologi sebagai alat—sesuatu yang bisa digunakan atau dihancurkan. Tapi Orion melihat lebih dalam. Dia melihat teknologi sebagai sesuatu yang berbahaya, bukan hanya karena kekuatannya, tetapi karena bagaimana ia mempengaruhi pikiran dan jiwa manusia.
"Jadi kau percaya, kita tidak bisa melawan NexusNet dengan teknologi mereka?" tanya Raven.
Orion menatapnya tajam, ekspresinya serius. "Jika kita menggunakan teknologi mereka, kita menjadi seperti mereka. Setiap kali kita bergantung pada mesin dan jaringan mereka, kita menyerahkan sedikit dari diri kita. Ini bukan hanya tentang menang atau kalah dalam pertempuran. Ini tentang menjaga siapa diri kita sebenarnya."
Raven menghela napas dalam-dalam. Sebagai seorang prajurit, dia terbiasa melihat teknologi sebagai sekutu di medan perang. Tapi sekarang, dia mulai melihat sisi lain dari itu—sisi gelap yang mungkin telah menghancurkan dunia ini.
Namun, sebelum Raven bisa menanggapi, suara langkah kaki berat terdengar dari belakang mereka. Zephyr mendekat, ekspresi tegang di wajahnya. Dia melirik Orion sejenak sebelum beralih ke Raven.
"Pasukan NexusNet sudah dekat," kata Zephyr dengan nada dingin. "Kita harus bersiap sekarang."
Orion tidak bergerak. "Aku sudah mengatakan apa yang perlu aku katakan. Jika kita menggunakan teknologi mereka, kita hanya akan mempercepat kehancuran kita."
Zephyr menahan kemarahan yang jelas mulai mendidih di dalam dirinya. "Ini bukan saatnya untuk berdebat, Orion. Kita harus bertindak sekarang, atau kita semua akan mati."
Orion tetap berdiri dengan tenang, tidak goyah sedikit pun oleh ancaman yang semakin dekat. "Aku tidak akan membiarkan diriku atau orang-orangku bergantung pada sesuatu yang menghancurkan kita. Jika kita kalah dengan menggunakan teknologi mereka, kita tidak akan lebih baik daripada budak NexusNet."
Zephyr melangkah maju, wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Orion. "Jika kau tidak membantu kami melawan, maka kau adalah pengkhianat bagi seluruh kelompok ini."
Suasana di sekitar mereka semakin tegang. Pemberontak lain yang sibuk mempersiapkan senjata mulai memperlambat gerakan mereka, memperhatikan percakapan yang memanas antara dua pemimpin mereka.
Zephyr mengepalkan tangannya, suaranya penuh ketegangan. "Kau mungkin percaya pada semacam kebebasan murni yang hanya bisa dicapai tanpa teknologi. Tapi kau tahu apa yang akan terjadi jika kita tidak bertindak sekarang? NexusNet akan datang dan menghancurkan kita tanpa ampun. Ini bukan soal ideologi, ini soal bertahan hidup!"
Orion menatap Zephyr dengan ketenangan yang hampir menakutkan. "Dan jika kita melawan menggunakan senjata mereka, kita sudah kalah sebelum pertempuran dimulai."
Ketegangan antara mereka begitu kuat hingga Raven merasa seolah-olah udara di sekitar mereka menegang. Dia bisa merasakan ketakutan dan kebingungan di antara para pemberontak lainnya. Jika perpecahan ini terus berlanjut, mereka mungkin akan hancur sebelum NexusNet bahkan sempat menyerang.
Namun, sebelum konflik bisa semakin memuncak, suara sirene tiba-tiba memecah keheningan. Bunyi peringatan yang keras menggema di seluruh markas, membuat semua orang bergerak cepat. Cipher muncul dari balik pintu, wajahnya pucat pasi.
"Mereka sudah di sini," bisiknya dengan nada tegang. "Pasukan NexusNet sudah mendekati perimeter kita."
Zephyr segera mengambil kendali situasi. "Semua orang, bersiap! Kita tidak punya banyak waktu!"
Pemberontak langsung bergerak cepat, mempersiapkan diri untuk pertempuran yang akan datang. Namun, meskipun keadaan semakin genting, Orion tetap diam di tempatnya, memandang Zephyr dengan tatapan penuh keyakinan.
"Kita tidak akan bertahan jika kita terus berdebat," kata Zephyr dengan tegas. "Raven, kau bersamaku. Kita akan melawan mereka dengan apa pun yang kita miliki—teknologi atau tidak. Ini tentang bertahan hidup."
Orion tetap diam, namun matanya tetap tertuju pada Raven, seolah-olah sedang menunggu jawabannya. Di antara dua pemimpin ini, Raven merasa seperti terperangkap di antara dua dunia yang berbeda—satu yang percaya pada kekuatan teknologi, dan yang lain yang mempercayai kekuatan manusia yang murni.
Namun, di tengah suara sirene dan langkah kaki pasukan NexusNet yang semakin mendekat, Raven tahu bahwa dia harus membuat pilihan. Tidak ada waktu lagi untuk ragu.