webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Cómic
Sin suficientes valoraciones
289 Chs

Tidak Masuk Akal

Badai bintang-bintang, warna mengkilap yang berjatuhan dari runtuhnya atap yang menopang Alam Semesta.

Terkubur oleh deburan warna itu, sesosok bangkit dalam kehampaan tiada akhir. Dilatari oleh suasana dan warna yang gelap, jatuhnya cahaya yang tampak seperti bintang itu menciptakan aurora yang sangat indah.

"Aku tidak tahu bahwa energi kekacauan bisa terlihat sangat indah..."

Seorang wanita dengan rambut pirang dengan linglung menatap langit-langit. Dia dalam keadaan itu sejenak dan tanpa disadari, dirinya sudah terkubur oleh deburan bintang yang terus jatuh dari waktu ke waktu.

Dia bahkan tidak sadar dengan betapa parahnya kondisinya saat ini. Menopang seluruh tubuhnya dengan kaki yang cacat, kehilangan kedua lengan, dan bahkan hanya kepalanya saja yang masih utuh sepenuhnya. Sisa bagian tubuhnya yang lain sudah hancur.

Tubuh aslinya terekspos.

Tubuh seperti logam, dengan otot-otot yang berwarna-warni seperti kabel terlihat keluar karena tubuhnya yang hancur itu, lalu inti yang hangus dan berasap. Dia bahkan tidak bisa beregenerasi karena kehabisan energi.

"Kau sebelumnya berbicara tentang kesopanan seorang wanita. Lihatlah dirimu, apakah kau masih berani menyebut dirimu seorang wanita?"

Suara seorang pria tiba-tiba terdengar, dan Meido tanpa sadar langsung menoleh ke arahnya. Matanya membelalak sebelum ekspresinya tiba-tiba menjadi jatuh.

"Jadi begitu, aku ... untuk pertama kalinya ... mengalami ... kekalahan..!"

Asheel telanjang bulat saat kondisinya sendiri terlihat sangat normal, seolah benturan sebelumnya tidak menimbulkan luka apapun padanya dan hanya menguraikan pakaiannya. Tapi posenya yang digunakan saat ini mirip seperti 'The Creation of Adam', dengan menopang dirinya di kehampaan, mengekspos Naga Sejati sepenuhnya.

Melihat tubuh asli Meido yang seperti robot, Asheel menggelengkan kepalanya. Inilah kenapa dia tidak pernah tertarik pada Meido, bahkan saat yang terakhir menunjukkan dirinya sebagai wanita cantik.

Itu karena dia bukan wanita sepenuhnya! Lihat, adik laki-lakinya bahkan tidak bereaksi saat dirinya ditatap oleh mata hijau Meido yang tampak acuh.

Memang Meido terlahir sebagai seorang wanita, tapi demi meraih kekuatan yang lebih besar, dia mengorbankan kewanitaannya dan sebagai penutupnya, dia didesain oleh Supreme One dan D sebagai seorang wanita dengan tetap menggunakan penampilan aslinya.

Terlalu terbelit-belit.

"Anda salah jika berpikir bahwa saya telah meninggalkan kewanitaan saya sepenuhnya. Jika Anda melihat daging tubuh saya yang asli, Anda akan langsung terpesona olehnya." Meido berada dalam konsisi memulihkan diri sambil mengajak Asheel berbicara.

"....." Asheel memiringkan kepalanya dengan aneh. "Darimana kepercayaan diri tak berdasar itu?"

"Ini ada dasarnya, yaitu karena saya adalah seorang wanita cantik. Payudara saya juga sangat lembut, tapi saya tidak akan mengijinkan seseorang yang tidak suci seperti Anda menyentuhnya."

"Kau terlalu melebih-lebihkan dirimu. Apa gunanya cantik jika kau membuang tubuhmu sendiri?!" Asheel tidak setuju dengannya.

Tidak peduli apakah yang dikatakan Meido masuk akal atau tidak, sebagai orang yang tidak pernah akur dengannya, Asheel tidak akan dengan mudah menyetujui apapun yang berasal dari mulut Meido.

Hal itu juga berlaku untuk Meido, dia sebenarnya juga merasa dirinya tidak akan pernah akur dengan Asheel.

"Di situlah Anda salah, semua yang berkaitan dengan wanita cantik adalah hal yang masuk akal. Seorang pria seperti Anda tidak akan bisa menolaknya." Meido semakin mengatakan hal yang sama sekali tidak masuk akal.

"Memang benar, tapi kau tidak akan pernah menjadi salah satunya!" Asheel menanggapi perkataannya yang tidak masuk akal dengan ketidakmasukakalannya sendiri.

"Anda...!"

Keduanya mulai berdebat sekali lagi, setelah beberapa detik, Asheel akan berbicara, tapi tiba-tiba dia menunjukkan kerutan yang dalam pada ekspresinya.

Meido langsung berhenti menghinanya setelah menyadari ada yang tidak beres dengan Asheel.

"Gah!!"

Seperti yang dia pikirkan, Asheel tiba-tiba berdiri dan muntah darah saat hal yang sama juga keluar dari tujuh lubangnya. Tidak selesai sampai disitu, darah mulai muncrat di segala penjuru otot pada tubuhnya.

"I-Intiku ... terluka!?" Asheel melihat genangan darah di tangannya sendiri dengan ekspresi yang unik di wajahnya.

"Oh, apakah Anda akhirnya sekarat?" Meido mengambil kesempatan itu untuk mengejeknya.

Asheel malah tertawa, "Haha, apa kau benar-benar ingin melihatku sekarat?"

Mengetahui apa yang dimaksud, Meido buru-buru menggelengkan kepalanya. "Setelah dipikir-pikir, akan lebih baik jika Anda sehat. Saya bisa memukuli Anda tanpa rasa bersalah."

"Oho, seorang pecundang berani berbicara besar?"

"Luka Anda tidak lebih baik dari saya. Saya masih mengambil sedikit kemenangan karena berhasil membuat Anda terluka sejauh ini."

"Jangan konyol, aku terluka karena terkena dampak seranganku sendiri!"

"Kalau begitu, saya juga bisa menggunakan alasan yang sama sebagai penyebab kerusakan pada tubuh saya."

"Masih berbicara besar, sudah jelas jika seranganku lebih kuat dari milikmu."

"Oh, apakah Anda telah menjadi buta karena tidak bisa melihat kebodohan Anda sendiri?"

"SUDAH CUKUP!!!"

Suara pihak ketiga terdengar, menghentikan pertengkaran mereka berdua.

Keduanya menoleh ke sumber suara, dan segera mereka menjadi tenang kembali.

"Asheel, kau sudah menghancurkan beberapa property milik Ayah. Apakah kalian masih mau melanjutkan?" Sera muncul dan langsung memarahi pacarnya.

"Eh, kenapa hanya aku? Aku ingat pelayan ini bilang sebelumnya jika serangannya lah yang telah menghancurkan celah ruang ini."

Meido menatap Asheel dengan tatapan yang tidak bisa dimengerti. "Anda sangat tidak tahu malu. Beberapa detik yang lalu, Anda membanggakan diri jika serangan yang Anda lancarkan mampu meledakkan semua bagian Omniverse milik Tuan."

'Kapan aku mengatakan itu?!' Alis Asheel berkedut kesal. "Jadi kau sudah mengakui kemampuanku, pecundang?"

"Bahkan jika Anda lebih kuat dalam menghancurkan, bakat saya terlahir untuk memukuli Anda."

"Hah...?!"

Keduanya bertengkar lagi.

"Sudahlah, kalian berdua yang salah!"

Keduanya menjadi tenang kembali setelah mendengar suara Sera, tapi tatapan mereka masih bermusuhan.

Sera menaruh kedua tangannya di pinggang, menatap keduanya seolah sedang melihat anak nakal yang saling bertengkar. Meski ekspresinya terlihat sangat galak saat ini, hatinya sedang berbunga-bunga:

'Apa ini? Imut sekali! Asheel terlihat sangat imut! Apakah aku harus terus memarahinya? Hanya melihat wajah enggan Asheel saat mendengar perkataanku sudah sangat imut! Ahh~, aku tidak bisa menahannya lebih lama lagi! Aku ingin segera memeluknya dan menelanjanginya!'

"Sera?"

Mendengat suara Asheel, lamunannya langsung buyar.

Sera pura-pura batuk, "Ehem, lebih baik kita kembali ke kuil dulu."

Sera akan berbalik dan menghilang ke dunia Asheel, tapi yang terakhir memanggilnya:

"Tunggu!"

"Ada apa?" Sera berbalik menghadapnya.

"Gendong aku, aku tidak bisa bergerak."

Blush!

...

Beberapa hari kemudian, Kuil Kekacauan.

"Pada akhirnya, Merlin kembali dengan teman-temannya. Dunia ini berhasil selamat dari bencana alien, mereka pasti sedang berpesta."

Sera menoleh ke Asheel dan tidak mengatakan apa-apa.

"Tapi kenapa pelayan rendahan ini mengikuti kita?" Asheel mengeluhkan keberadaan Meido di Kuil Kekacauan.

Sera hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa daya. "Kukira kalian berdua sudah akrab setelah melewati pertempuran yang begitu menghancurkan itu."

"Saya tidak akan pernah berbaikan dengan Asheel-sama selama sisa hidup saya. Tapi saya merasa senang saat saya berhasil membuatnya kesal."

"....Hubungan kalian terlalu aneh!" Sera memandang keduanya dengan curiga.

"Bukankah lebih baik jika kau pulang saja? Aku yakin tua bangka itu sangat membutuhkanmu saat ini! Dia ingin menyentuh bokong palsumu itu." Asheel mengusirnya sambil mengejeknya.

Meido menutup matanya dengan tenang saat ditangannya membawa segelas teh hijau. "Tuan belum memanggil saya."

"Sera, kenapa kau menyajikannya minuman?" Asheel menatap Sera dengan tidak masuk akal.

"...Eh, dia yang menyeduh teh untuk dirinya sendiri. Aku tidak melakukan apa-apa, sungguh!"

Asheel hanya bisa menatap Meido dengan permusuhan, yang ditangkis oleh Meido dengan tenang.

'Apakah ini sudut pandang Asheel ketika aku bertengkar dengan Daevon?' Sera bertanya-tanya sendiri dalam benaknya.

Harus diakui, perasaan ini cukup unik.

...

Beberapa jam kemudian.

Sera dan Asheel berkumpul di ruang makan.

"Dimana pelayan itu?" Asheel bertanya karena dia tidak melihat Meido dimanapun. Bahkan dia tidak bisa merasakan hawa kehadirannya.

"Aku tidak tahu, dia belum terlihat semenjak mandi sore tadi." Sera mengangkat bahu.

"Hah, apakah robot bahkan perlu mandi?"

"Robot yang bisa menandingimu, kan?" Sera tersenyum nakal padanya. "Omong-omong, kau menjadi berapi-api hari ini."

"Aku benci mengakuinya, tapi pelayan itu berkontribusi besar dalam membangkitkan emosiku. Dia berhasil membuatku marah dan kesal hanya dengan melihat keberadaannya!"

Sera memutar matanya dan bergumam, "Apakah ini yang dinamakan benci untuk mencintai?"

Setelah menggelengkan kepalanya, dia bertanya lagi: "Jadi bagaimana? Kurasa itu pertarungan terbesarmu selain saat kau bertengkar dengan Ayah."

Asheel terdiam sejenak, terlihat keraguan-raguan hanya untuk menjawabnya: "Dia berhasil memuaskanku, bocah nakal itu."

Sebutannya tentu saja mengacu pada Meido, karena memang jika dibandingkan dengan umur Asheel, Meido seperti anak kecil baginya.

"Tapi itu belum semua, kan?"

"Tentu saja, tubuh pelayan itu tidak bisa menahan tekanan kekuatan yang digunakannya sendiri. Kita hanya bisa mengakhirinya dengan satu serangan."

Sera tersenyum tipis, "Kau mengusulkannya karena tidak ingin pertarungan yang kau dambakan berakhir dengan menyedihkan, kan?"

"Haa, meski peringkatnya berada di atasku, dia jauh dari bisa mengalahkanku."

"Tapi kau sering dipukuli olehnya."

Asheel tersedak, "Uhuk, uhuk! Semua itu hanya untuk lelucon, oke?"

"Lupakan, berpikir jika kau masih menahan diri melawan makhkuk terkuat sepertinya. Meh, kau hanya diam-diam tidak membencinya."

"Berisik!"

Tidak jauh dari sana, Meido yang menyembunyikan hawa kehadirannya hanya bisa merasakan teh yang sudah dingin di mulutnya.

Dia adalah seorang Seraph, terlebih lagi tubuhnya sudah seperti tidak memancarkan hawa kehadiran lagi. Jadi, bersembunyi secara terang-terangan adalah keahlian tertingginya.

Pada saat ini, ekspresinya berubah serius saat tangannya terkepal erat. Kondisinya seperti telah mengesampingkan semua kehormatan dan kesopanan yang selalu dia tampilkan.

'Berpikir jika aku telah dikasihani saat aku telah berpuas diri ... aku benar-benar menyedihkan!"