Pandangan mata Kris masih terarah kepada Alex. Lama-lama air yang mnggenang di pelupuk mata itu meleleh perlahan-lahan membasahi pipi.
"Kris…" desah Alex dengan lembut.
Kris segra menghambur ke deppan. "Alex…!"
Kris pun memeluk Alex kuat-kuat. Tangisnya mengisak di sela pelukan itu. Sedangkan Alex terpaksa meringis kesakitan. Nyaris terpekik. Luka di perutnya tergencet tubuh Kristiana yang memeluknya rapat-rapat. Alex menahan rasa sakit itu mati-matian, sampai ia tak bisa berkata apa pun yang bersifat menegangkan guncangn jiwa Kristiana.
Malam semakin kelam. Sepi menghadirkan gemuruh dingin. Angin membawa gumpalan hawa dingin yang menusuk tulang. Kris di biarkan terbaring di ranjangnya. Alex tidak mau mengganggu ketenangan Kris sedikit pun.
Alex lebih suka duduk di depan perapian yang ada di ruang tengah itu. Nyala api menghangatkan badan. Udara hangat itu membuat otak Alex tidak tinggal beku di dalam tepurung kepalanya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com