webnovel

The Dangerous Love Zone

Azami Furuichi, mengalami perampokan di malam hari saat dirinya dan sang adik perempuan tengah berjalan menyusuri trotoar untuk mencari tempat tinggal baru. Sebelum ini, satu minggu yang lalu kedua orang tuanya mengalami kecelakan pesawat. Para sanak saudara yang mengetahui jika keluarga Azami adalah keluarga yang sangat berada pun langsung memperebutkan harta peninggalan kedua orang tuanya, sampai membuat dirinya dan sang adik harus kehilangan tempat tinggal mereka selama ini. Juza Chigasaki, anak pertama dari keluarga gangster yang menyamar menjadi pemilik kafe datang menemukan Azami dan sang adik saat akan melakukan pertemuan dengan kelompok gangster lain. Juza membawa Azami untuk tinggal ditempat kediamannya dan memberikan pekerjaan di kafe. Juza merasa kehidupannya berubah saat Azami dan sang adik tinggal dikediamannya. Hatinya yang terkenal dingin dan tidak tersentuh, kini mulai menghangat dan bermekaran.

DGiunia · LGBT+
Sin suficientes valoraciones
190 Chs

The Dangerous Love Zone - 08

"Azami-kun, tolong antarkan pesanan ini ke meja nomor delapan ya." Ujar Tenma yang baru saja meletakan sebuah nampan berisikan dua piring pesanan pelanggan.

"Baik Tenma-san." Balas Azami yang kini sudah mengambil nampan milik Tenma dan berjalan menuju meja nomor delapan, dimana terdapat dua orang perempuan yang sepertinya seumuran dengannya.

"Ini pesanan kalian. Selamat menikmati." Ucap Azami tanpa menunjukan ekspresi apapun diwajahnya. Setelahnya Azami pun berjalan menjauhi meja nomor delapan tanpa menghiraukan pekikan dari kedua perempuan itu.

"Kyyaaa! Dia tampan sekali!"

"Ah, ini benar-benar kafe yang sangat memanjakan mata pelanggannya."

Bokuto yang kebetulan melewati meja nomor delapan dan mendengar pekikan kedua pelanggannya itu mengulaskan seringai kecil diwajahnya.

"Haru-san, tolong antarkan pesanan ini untuk meja nomor dua puluh!"

"Baik Julian-kun."

Suasana kafe siang ini cukup ramai, karena hari ini hingga dua hari kedepan kafe sedang mengadakan potongan harga untuk beberapa menu yang merupakan menu paling diminati oleh para pelanggan.

"Azami-kun, tolong antarkan cake ini untuk pelanggan dimeja nomor lima belas." Ujar Daichi sambil mengulurkan sebuah cheese cake strawberry berukuran sedang.

"Baik Daichi-san." Balas Azami yang kini mengamil alih kue tersebut.

"Ehm, Azami-kun. Tunggu sebentar." Ucap Daichi menahan bahu Azami saat pemuda itu hendak pergi menuju meja pelanggan.

"Ekhm, itu. Aku mendapat kabar jika salah seorang perempuan dimeja tersebut hari ini sedang berulang tahun. Apakah kau tidak keberatan untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada pelanggan tersebut?"

Azami mengerutkan dahinya heran menatap Daichi. "Baiklah, aku akan mengucapkan selamat ulangtahun kepadanya."

Daichi menghela nafas lega mendengar perkataan Azami. "Terimakasih Azami-kun."

Azami menganggukan kepalanya, sebelum dirinya pergi menuju meja nomor lima belas.

Toshiro dan Julian yang sedari tadi memperhatikan interaksi antara Daichi dan Azami pun saling melemparkan tatapan mata pada satu sama lain sebelum mereka berjalan menghampiri Daichi yang masih memperhatikan Azami.

"Tidak biasanya ada pelanggan yang meminta untuk diucapkan selamat ulang tahun oleh salah satu dari kita." Ujar Julian dan disetujui oleh Toshiro.

Daichi yang mendengar perkataan Julian mengulaskan senyum meringis diwajahnya.

"Yah, tadi salah satu dari teman yang sedang ulang tahun hari ini meminta ku untuk menyuruh Azami-kun mengucapkan selamat ulang tahun. Karena dia bilang, Azami-kun merupakan tipe pria yang disukai oleh temannya itu."

Julian dan Toshiro berdecak kagum mendengar perkataan Daichi.

"Wah, wah. Tidak disangka, padahal hari ini hari pertama Azami-kun bekerja disini."

"Tapi dia sudah memiliki fans saja." Sambung Julian meneruskan perkataan Toshiro.

"Ya meski aku juga seorang pria, tapi aku mengakui jika wajah Azami-kun itu sangat memikat sekali untuk di pandang." Ucap Daichi yang disetuji oleh Toshiro dan Julian.

"Kau benar. Apa menurut kalian, Azami-kun itu berasal dari keluarga yang terpandang?"Tanya Toshiro kepada Daichi dan Julian.

"Hmm, dari bagaimana sikap tatakrama nya, menurut ku dia berasal dari keluarga terpandang." Jawab Julian disetujui oleh Daichi dan Toshiro.

"Yu-chan juga benar-benar terlihat seperti putri bungsu dari keluarga terpandang." Sahut Daichi yang mengingat bagaimana sikp manja Yuri kepada Azami.

"Kau benar. Tapi jika mereka berdua berasal dari keluarga terpandang, kenapa mereka berdua bisa berada disini? Belum lagi mereka habis menjadi korban perampokan."

Daichi dan Toshiro terdiam mendengar pertanyaan Julian.

"Mungkin lambat laun nanti kita akan mengetahui hal yang sebenarnya." Sahut Tema yang baru aja datang dan sontak langsung membuat Daichi, Toshiro dan Julian mengalihkan tatapan kearahnya.

Tenma yang menjadi pusat perhatian ketiga rekannya hanya menaikan sebelah alisnya heran."Kenapa? Kalian bukannya bekerja tapi asik mengobrol seperti ini. Jika Goshi-kun melihat kalian kalian akan dimarahi olehnya."

Daichi, Toshiro dan Julian kompak langsung menolehkan kepala mereka ke kanan dan ke kiri untuk memastikan jika Goshi tidak berada di sekitar mereka saat ini.

"Goshi-kun sedang pergi menemui Juza-san. Kemungkinan akan kembali sekitar jam tiga."

Daichi, Toshiro dan Julian kompak melayangkan tatapan tajam mereka kepada Tenma yang hanya mengangkat kedua bahunya tanpa merasa bersalah.

"Daichi-san, aku sudah mengucapkan selamat ulang kepada pelanggan tadi."

Kini tatapan mata Daichi, Toshiro, Julian dan Tenma beralih kepada Azami yang baru saja datang menghampiri mereka.

"Ah, terimakasih Azam-

"Azami-kun, maaf mengganggu."

Perkataan Daichi terpotong saat seorang perempuan datang menghampiri Azami.

"Ya? Apa ada yang ingin kau pesan lagi?" Tanya Azami kepada perempuan itu.

Perempuan itu menggelengkan kepalanya. "Tidak. Itu, apa aku boleh meminta nomor ponsel mu?"

Azami terdiam menatap perempuan itu. "Maaf bukannya aku tidak ingin memberikan nomor ponsel. Tetapi saat ini aku belum membeli ponsel baru."

Kedua bola mata perempuan itu membulat terkejut. "Apa ponsel mu rusak? Atau ponsel mu hilang?"

Azami menggelengkan kepalanya. "Bukan, beberapa hari lalu aku habis mengalami perampokan. Jadi sampai saat ini aku belum membeli ponsel baru."

Terlihat jelas raut wajah kecewa di wajah perempuan itu. Azami yang tidak tega pun langsung mengeluarkan book note miliknya dan memberikannya kepada perempuan itu beserta dengan pena nya.

"Kau bisa menuliskan nomor ponsel mu disini. Nanti jika aku sudah mempunyai ponsel baru aku akan menghubungi mu."

Raut wajah kecewa yang tadi terlukis diwajah perempuan itu kini berubah menjadi raut wajah senang. "Baik, aku akan mencatat nomor ponsel ku."

Daichi, Julian, Toshiro dan Tenma saling melemparkan tatapan pada satu sama lain, lalu mengulaskan seringai kecil diwajah mereka.

"Terimakasih Azami-kun. Aku akan sering datang ke kafe ini." Ujar perempuan itu dan direspon anggukan kepala oleh Azami.

"Baiklah, jangan lupa juga ajak teman-teman mu untuk datang kesini."

"Baik. Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa lagi Azumi-kun."

Azami kembali menganggukan kepalanya, lalu memasukan kembali book note miliknya kedalam saku apron miliknya.

"Wah Azami-kun. Kau sangat terkenal sekali ya di kalangan perempuan." Ujar Daichi yang masih mengulaskan seringai diwajahnya.

"Tidak juga. Ini baru pertama kalinya aku berinteraksi dengan perempuan selain ibu, Yuri dan bibi." Balas Azami yang sama sekali tidak merasa terganggu dengan seringai yang terulas diwajah keempat rekan kerjanya.

"Sulit dipercaya. Memang selama ini kau bersosialisasi dengan siapa saja?" Tanya Julian yang merasa penasaran sekaligus tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Azami.

"Sejak sekolah dasar aku dimasukan ke sekolah khusus laki-laki. Lalu saat menempuh pendidikan di universitas aku selalu bersosialisasi dengan para laki-laki, karena aku tidak bisa begitu akrab dengan perempuan." Jawab Azami yang sontak membuat Julian, Daichi, Toshiro dan Tenma melayangkan tatapan horor kepadanya.

"Tapi, kau masih menyukai dan tertarik terhadap perempuan bukan?" Tanya Tenma ragu-ragu yang membuat Azami mengerutkan dahinya heran.

"Ya, aku tertarik kepada perempuan. Meski sejak masih sekolah aku selalu di kelilingi oleh kaum laki-laki dan kisah percintaan mereka."

Daichi, Tenma, Toshiro dan Julian kembali melayangkan tatapan horor kepada Azami.

"Ehm, aku akan kembali ke meja ku." Ucap Julian yang langsung berjalan kembali ke tempatnya.

"Aku juga!" Sahut Toshiro yang berjalan menyusul Julian menuju tempatnya.

"Mmm, Azami-kun. Sepertinya aku harus segera kembali ke dapur." Ujar Daichi sedikit gugup dan Azami pun meresponnya dengan menganggukan kepala.

Tenma yang melihat ketiga rekannya pergi begitu saja menuju tempat kerja masing-masing tergelak geli.

"Hahaha, mereka sangat lucu sekali."

Azami memilih untuk tetap diam namun tatapannya mengikuti kemana perginya Julian Toshiro dan Daichi.

"Tenma-san, apa kau tidak ikut pegi kembali ketempat mu bekerja?" Tanya Azami kepada Tenma yang sudah selesai tertawa.

"Ya sepertinya aku harus kembali ketempat ku juga." Jawab Tenma sambil melipat kedua tangannya di depan dada dengan sorot mata yang terfokus kepada Azami.

"Azami-kun." Panggil Tenma masih tetap dengan sorot mata fokus kepada Azami.

Azami yang di tatap oleh Tenma mengerutkan dahinya heran.

"Kau memiliki wajah yang tampan." Ujar Tenma dengan mengulaskan senyuman di wajahnya.

Azami menganggukan kepalanya."Terimakasih. Tenma-san juga meiliki wajah yang tampan."

Tenma terkekeh mendengar perkataan Azami. "Baiklah, aku harus kembali ketempat kerja ku. Senang bekerja dengan mu Azami-kun."

Setelahnya Tenma berjalan memasuki dapur, meninggalkan Azami yang menatap punggung Tenma dengan sorot mata heran.

"Ku rasa, semua karyawan pria di kafe ini memiliki wajah yang tampan."