webnovel

The Cold Season

Untuk sebagian besar hidupnya, Xiao You Ren merasakan ketidakberuntungan yang teramat besar. Setiap luka baru akan muncul di sisa-sisa malamnya. Luka yang membuatnya mengerang sakit akibat rasa ngilu yang menyentuh hatinya. Dia selalu menggigil di setiap malam yang dingin, mengharapkan sebuah tangan melingkar di tubuhnya. Pada setiap orang dia menjeritkan pertolongan. Memohon untuk obat yang dapat menghilangkan rasa sakitnya di musim dingin. Akan tetapi, tidak ada satu orang pun yang mampu memberikan hal itu padanya. Hingga dia terlibat sebuah hubungan dengan seorang laki-laki yang menawarkan obat. Alih-alih mendapatkan penawar bagi lukanya, dia justru menerima racun. Yang membuatnya menjadi kebal terhadap rasa sakit, bahkan meminta untuk mendatangkan perasaan itu terus-menerus. Xiao You Ren kian menggila sesaat setelah laki-laki itu menyuntikkannya sedikit rasa ‘diinginkan’. Seumur-umur Xiao You Ren tidak pernah merasakan hal menggelitik permukaan hatinya, hingga membuatnya menjadi sangat egois.

evilesther3 · LGBT+
Sin suficientes valoraciones
262 Chs

A Thousand Things Will Change 2

Bulan bersembunyi bersama bintang seraya mereka terbenam. Perlahan langit berubah dari gelap menjadi terang. Xiao You Ren membuka matanya, melirik pada celah tirai jendela yang terbuka dan menampilkan keceriaan pagi. Atensinya kemudian beralih pada sosok berbulu yang masih memejamkan mata di sampingnya. Tidak tahan untuk tidak mengulurkan tangan dan mengelus lembut kucing kesayangannya yang meringkuk. Xiao You Ren pun melayangkan sebuah kecupan pada pucuk kepala Lie dan mengusak hidungnya.

Puas bermain-main dengan Lie, dia beranjak dari baringannya dan bergegas masuk ke kamar mandi. Membersihkan diri dengan baik dan memakai pakaian kerja dengan model leher panjang, menutupi bakas memerah yang kentara dengan kulitnya. Meskipun tubuhnya belum benar-benar pulih, tapi Xiao You Ren merasa sanggup untuk menghabiskan hari di kantor. Lagipula dia memiliki sedikit pembicaraan serius dengan temannya, Zhao Yuzi, mengenai kucing peliharaannya.

Xiao You Ren berniat menitipkan kucing tersebut di kediaman Zhao Yuzi untuk waktu yang tidak ditentukan. Dia tidak ingin jika Wang Xian Wei yang mengambil alih pekerjaan mudah seperti itu, hal sebenarnya ditakuti oleh Xiao You Ren ada kemungkinan buruk yang terjadi. Melihat Wang Xian Wei yang menendang kucingnya tanpa rasa bersalah, bukan tidak mungkin jika laki-laki itu pun mampu membunuhnya dengan mudah. Xiao You Ren tidak menginginkan hal seperti itu terjadi.

Usai membersihkan diri dan menata penampilan, Xiao You Ren kembali ke kamar dan memberikan kecupan ringan pada Lie. Kemudian menghubungi pelayanan kebersihan untuk membersihkan apartemennya. Biasanya Xiao You Ren melakukan hal itu sendiri, untuk mengurangi biaya bulanan. Akan tetapi, untuk kasus hari ini sangat terpaksa dia memesan jasa kebersihan. Selain tubuh yang masih agak lemah, juga keadaan apartemen yang terlalu kotor.

"Lie, aku berangkat," katanya lembut. Membawa tas kerja dan melenggangkan langkah keluar, menuju area parkir kemudian membawa mobilnya ke kantor.

Orang-orang memberikan tatapan aneh. Penampilan Xiao You Ren cukup mencolok dengan pakaian seperti itu. Meskipun bukan musim panas, tapi udara tidak begitu dingin sampai-sampai mengharuskan seseorang menggunakan pakaian yang begitu tertutup. Xiao You Ren mengacuhkan setiap hal yang terjadi di sekitar, pikiran-pikiran aneh orang lain tentang dirinya, juga bincang-bincang yang tidak benar-benar dia ketahui. Baginya kejadian seperti ini sudah sangat biasa. Sejak sekolah dulu hingga kuliah, ketika dia memakai pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi cuaca, maka semua orang akan menggunjingnya. Bahkan jika seluruh orang di dalam kantor itu membencinya dan melayangkan tatapan menjijikkan, Xiao You Ren tidak akan peduli lagi. Meskipun akan ada rasa tertekan yang dialami.

"Ren Ren." Zhao Yuzi dengan senyum cerahnya menghampiri Xiao You Ren. Dia sudah datang beberapa menit lebih dulu dan tengah menanti di depan lift karyawan. Melihat penampilan Xiao You Ren yang seperti itu, Zhao Yuzi merasa biasa saja, bahkan terlalu biasa. Tentu karena dia mengetahui alasannya, tapi untuk menghentikan obrolan di sekitar mengenai Xiao You Ren, dia pun angkat bicara dan berkata, "Ah, Ren Ren, kamu masih sakit!," serunya agak nyaring. "Seharusnya tetap beristirahat di rumah sampai benar-benar pulih, Sir Xian Wei pasti mengerti!" lanjutnya lagi dengan sengaja.

Perkataan gadis itu sukses membuat orang-orang merasa sedikit bersalah. Bagaimana bisa mereka menggunjingkan hal-hal bodoh tanpa memiliki dasar.

Zhao Yuzi kemudian menyeret paksa tubuh Xiao You Ren memasuki lift. Menerobos antrian karyawan lainnya yang menatap tidak suka. "Permisi, dia sakit. Tolong beri jalan!" Mendengar hal itu, Xiao You Ren tidak bisa melakukan apa-apa selain dari memberikan senyuman tidak enak hati pada orang-orang di sekitar. Sebelum pintu lift tertutup, Xiao You Ren sedikit membungkukkan badan dan berujar, "Maaf." Ketulusan itu mengusik hati beberapa karyawan, meski tak benar-benar mengikis perasaan dongkol sebagian lainnya.

"Yuzi, ada yang ingin kubicarakan denganmu saat istirahat nanti, apa bisa?" tanya Xiao You Ren. Mereka berjalan ke luar dari lift, hendak ke ruangan masing-masing.

Zhao Yuzi menatap lamat pada laki-laki di sampingnya. "Tidak. Aku sangat sibuk," jawabnya serius. Tidak ada gurat candaan di wajah dan nada suara itu.

Mendengar jawaban gadis itu, Xiao You Ren sedikit merasa bersalah di hatinya. Dengan wajah yang sedikit murung dia membalas, "Maafkan aku."

Di detik berikutnya, tawa renyah menggelegar memenuhi gendang telinga Xiao You Ren. Laki-laki itu pun menoleh ke samping dan menemukan Zhao Yuzi yang terus saja tertawa. Pandangan Xiao You Ren pun berubah, kernyitan halus mulai mengisi dahi.

"Aku becanda, You Ren. Jangan terlalu serius, lagipula kapan aku menolakmu? Tidak pernah, kan?" jelas Zhao Yuzi. Sukses menambah jumlah kerutan di wajah Xiao You Ren.

Laki-laki itu kemudian mengangkat sebelah tangannya dan menepuk pundak gadis di sebelah. "Jangan terlalu sering becanda yang terlihat seperti sungguhan, aku bisa merasa sedih dan mempercayainya begitu saja."

Sebelum terpisah oleh ruangan, mereka meledakkan tawa ringan dan saling melambaikan tangan.

.

Seperti biasanya terjadi, jemari tangan Xiao You Ren selalu lihai dalam mengerjakan pekerjaan, seolah memang tercipta untuk itu. Sesekali raut serius pun hingga pada ekspresi laki-laki itu dan keacuhannya terhadap sekitar kian pekat. Jika berhadapan dengan pekerjaan, Xiao You Ren seperti monster yang tidak akan berhenti sampai selesai mencabik-cabik mangsa.

Dia tidak menyadari jika seseorang berjalan menghampiri dan duduk di meja karyawan sebelah. Memandangnya dengan tatapan penuh tanya, namun tampak urung untuk memulai sebuah percakapan. Alhasil orang itu hanya duduk menunggu sampai Xiao You Ren, tanpa sengaja, mengalihkan atensi padanya.

"Halo, Huanling," sapa Xiao You Ren ramah. Tersenyum dan melanjutkan pekerjaan.

Sosok yang disapa pun melayangkan senyuman sebagai balasan. Meski demikian, masih ada sudut hatinya yang merasa gelisah dan ingin mengatakan sepatah-dua patah kata pada laki-laki di samping. Setelah mempertimbangkan beberapa aspek, akhirnya Wang Huanling memberanikan diri untuk memanggil, "You Ren."

Orang yang dipanggil itu berdeham, meski tidak memalingkan muka padanya---masih menatap lamat-lamat pada komputer. Yang membuat Wang Huanling merasa sedikit tidak sabar dan dengan sengaja berdiri mendekat pada laki-laki itu. Memperhatikan gerakan tangan Xiao You Ren dan konsentrasi tingginya pada pekerjaan. Wang Huanling memalingkan perhatian dan tanpa sengaja netranya menemukan bekas kemerahan pada ceruk leher Xiao You Ren. Dari posisinya, berdiri cukup dekat dengan Xiao You Ren dan melihat laki-laki itu dari atas, sangat jelas terlihat ruam-ruam tersebut. Berbeda dengan ketika dia berada di posisi yang sejajar atau sedikit lebih tinggi bahkan rendah.

Wang Huanling bukanlah seorang pemuda yang begitu polos, meskipun tidak liar. Akan tetapi, dia mengetahui sesuatu seperti tanda pada tubuh seseorang. Wajahnya berubah datar, tatapan mata yang mendingin, dan ekspresi bingung sekaligus terkejut. Semua itu bercampur pada satu waktu yang sama. Bagaimana mungkin seorang laki-laki yang begitu murni bisa mendapatkan bekas seperti itu? Wang Huanling terkejut.

Menyadari keberadaan seseorang di sebelahnya, Xiao You Ren segera mengacuhkan layar komputer dan memalingkan wajah untuk melihat pada Wang Huanling yang masih bergeming di sampingnya. "Huanling, ada yang bisa kubantu?" Xiao You Ren mengulurkan tangan untuk mengguncang tubuh dia laki-laki itu. Namun, tepisan kasar didapat sebagai respon. Sukses membuat Xiao You Ren membeku dengan mata melebar.

Kesadaran Wang Huanling sedikitnya kembali, segera dia beranjak duduk di tempatnya dan mengulas senyum kaku. "Maaf, You Ren. Aku tidak sengaja, sepertinya tadi sedikit terbawa lamunan," jelasnya. Tentu saja hanya alasan tidak masuk akal.

Tidak mempedulikan kejadian barusan, Xiao You Ren pun tersenyum dan menanyakan hal yang sama, "Ada yang bisa kubantu?" Sangat tulus. Itulah yang tertangkap pendengaran dan penglihatan Wang Huanling, hingga membuatnya ragu akan pikiran buruk yang sempat berkelebat di benak.

"You Ren, istirahat nanti," katanya ragu. Sedikit melirik pada ekspresi wajah Xiao You Ren yang tidak berubah, masih lembut dan tampak ramah. "Bisakah kamu membantuku memberikan file ini pada Sir Xian Wei atau Phi John? Aku harus kembali ke rumah sakit saat istirahat, untuk mengurus adikku yang sedang sakit." Akhirnya Wang Huanling pun memuntahkan niatannya sejak tadi. Bukan karena tidak ada orang lain yang bisa dimintai bantuan, hanya saja dia lebih dekat dengan Xiao You Ren. Selain meja mereka yang berdekatan, juga karena mereka yang beberapa kali memiliki percakapan ringan.

Anggukan mantap diperlihatkan Xiao You Ren sebagai jawaban. Tidak memiliki alasan untuk menolak permintaan laki-laki itu, terlebih mendengar jika adiknya sedang sakit dan di rawat. Xiao You Ren semakin kesulitan untuk menolaknya.

Seperti yang sudah dijanjikan. Xiao You Ren membawa sebuah file untuk diserahkan pada atasannya. Dia datang sedikit lebih cepat karena masih memiliki janji makan siang bersama Zhao Yuzi. Xiao You Ren sudah memberitahu gadis itu tentang hal ini, jadi dia tidak perlu khawatir jika nantinya ada sedikit kendala. Tangannya bergerak hendak mengetuk pintu ruangan CEO, tapi pintu itu lebih dulu terbuka dari dalam.

Johnny keluar dari ruangan tersebut dengan beberapa file lainnya dan menatap terkejut pada Xiao You Ren yang mematung. "You Ren, ada apa?" tanya Johnny.

Ragu-ragu Xiao You Ren memperlihatkan file dalam genggamannya dan menjawab, "Wang Huanling menitipkan ini padaku, dia harus pergi sebentar."

Ekspresi paham ditunjukkan oleh Johnny dan bibirnya senantiasa bergumam, "Oh." Segera saja dia mempersilakan laki-laki itu untuk masuk, sementara dirinya dibawa pergi dari depan pintu tersebut.

Dengan gugup Xiao You Ren membuka pintu dan tersenyum seraya memberi salam pada Wang Xian Wei. Dia menutup pintu dan berjalan mendekati atasannya tersebut. Mengulurkan tangan untuk menyerahkan file yang dititipkan Wang Huanling. "Sir, ini file dari Wang Huanling."

Wang Xian Wei melayangkan tatapan biasa, layaknya seorang atasan pada pegawainya. Namun, lama-kelamaan tatapan mata itu berubah dingin dan dengan suara acuh dia bertanya, "Di mana pegawai itu?"

Bulu kuduk Xiao You Ren meremang, meski sudah sering dia mendapati ekspresi seperti itu, namun tetap saja tidak merasa terbiasa. Mereka sudah memiliki waktu yang sedikit lebih banyak untuk bertemu dari sekedar seorang atasan dan pegawai, tapi tidak bisa bagi Xiao You Ren untuk merasa akrab dan bertindak seperti mereka telah saling mengenal lebih dalam. Sehingga kekakuan enggan pergi dari sudut hatinya.

Susah payah dia membuka suara dan memberikan jawaban, "Adiknya sedang sakit, Sir, jadi Wang Huanling pergi ke rumah sakit untuk menjaganya selama jam istirahat."

"Mengecewakan," gumam Wang Xian Wei. Menatap pada file yang sudah tergeletak di mejanya.

Xiao You Ren tidak bisa mengatakan apa pun. Meski mereka akan lebih sering bertemu dan mungkin menjalin hubungan yang lebih intim, tapi mereka tetap bertindak seperti tidak saling dekat. Dan berusaha keras untuk menahan suatu hasrat yang sedikit demi sedikit berkembang dalam diri masing-masing. Akan tetapi, sampai kapan mereka bisa seperti itu?