webnovel

THE BIG BOSS BRONDONG

Sinopsis Alex, remaja 16 tahun. Tampan, Tinggi, tapi bermasalah, dikeluarkan dari sekolah, diremehkan dan dikucilkan. Sejak  Ayah dan Ibu Alex meninggal karena kecelakaan. Alex hidup luntang-lantung. Saudara-saudaranya mengusirnya karena Alex bukan saudara kandung mereka. Pria Arab, Waleed Alan Tabarak, mengaku sebagai Ayah kandungnya. Menjemputnya paksa dan menjadikan dirinya sebagai CEO di perusahaan minyak cabang Indonesia. Dia menjadi CEO termuda sepanjang sejarah. Bahkan, Alex harus melanjutkan sekolahnya di SMA meskipun dia seorang CEO. Nama belakang Alex menjadi Alex Waleed Tabarak. Ayahnya merupakan salah satu pangeran Arab yang pernah menikahi perempuan Indonesia. Seketika hidup Alex berubah drastis. IG: @i_karameena

IrmaKarameena · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
23 Chs

Nona Pelayan Baru

22.

Nona Pelayan Baru

~Aku mencintaimu, suara yang akan selalu kau dengar setiap pagi.~

 

Alex.

©copyright Irma Karameena

***

Alex membuka pintu mobil. Sedangkan Marco membawakan kopor Pupus ke dalam bagasi.

"Masuk!" kata Alex.

"Apa maksudnya ini?" tanya Pupus.

"Nanti kujelaskan," Alex mendorong tubuh Puspa ke dalam. Marco duduk di sebelah sopir.

"Alex, apa yang kau lakukan?" tanya Puspa, "mobil siapa ini?"

"Udahlah jangan banyak omong! Aku mau tidur," kata Alex merebahkan kepalanya ke belakang jok.

Alex memejamkan matanya. Puspa masih tampak bingung dan linglung. Bagaimana mungkin anak gembel ini masuk mobil mewah? Pikirnya. Alex sebenarnya tak ada rencana membawa Puspa. Tetapi melihat perlakuan Pras padanya, dia tidak tega.

Sesampai di Westiny hotel. Marco membawa kopor Pupus ke dalam. Dan Alex keluar dari mobil. Sedangkan Puspa masih terlihat bengong.

"Kau mau di situ terus?" tanya Alex, "ayo turun!"

Puspa menurutinya.

"Alex, kau ini apa sih?" tanya Puspa merangkul lengan Alex.

Setelah mereka naik lift. Alex membawa Puspa ke penthouse. Puspa kaget saat pintu penthouse terbuka dengan otomatis. Berjejer pelayan-pelayan berseragam dan beberapa personil bodyguard.

"Antarkan dia ke kamar pelayan," kata Alex.

"Apa? Kau ingin aku menjadi pelayan di sini?" tanya Pupus.

"Setidaknya kau akan punya tambahan uang dan nggak perlu ketemu Pras," kata Alex masuk ke dalam kamarnya, lalu dia berganti pakaiannya.

Pupus masih memandangi sekitar. Karena saking mewahnya tempat itu.

"Wah...!" Mata Puspa berbinar-binar. Puspa bahkan menyentuh benda-benda yang ada di sana. Puspa menggigit ujung jarinya.

"Nona, kamar nona di sana. Mari saya antar," kata Marco.

Puspa mengikuti Marco dari belakang. Dia melewati lorong-lorong untuk menuju ke kamarnya. Kamar-kamar pelayannya saja mirip kamar hotel. Cukup mewah juga. Tetapi itu tidak sebanding dengan isi penthouse tadi. Kamar-kamar pelayan ada di pojokan penthouse ini.

Klik!

Paman Marco membukakan pintu kamarnya. Seorang pelayan laki-laki memberikan sesuatu pada Marco. Seperti sebuah pakaian seragam pelayan.

"Nona, Tuan muda Alex ingin nona menjadi pelayan khusus Tuan Muda," kata Marco memberikan seragam itu pada Puspa yang masih kebingungan. Dia masih celingak-celinguk.

"Tunggu, maksudmu? Brandal itu Tuan muda?" tanya Puspa.

"Jangan memanggil Tuan muda kami brandal, Nona. Karena para bodyguard di sini tidak akan tinggal diam," kata Marco dengan melamparkan senyum pada Puspa.  

Marco mengerti apa yang sedang terjadi akhir-akhir ini. Marco belum tahu kalau Alex sudah berpacaran dengan Kreci. Hanya sopir yang tahu. Jadi Marco mengira Tuan Muda Alex naksir pada sepupunya sendiri.

"Apa ini?" tanya Puspa menanyakan seragam ditangannya.

"Tuan muda ingin mulai sekarang nona berhenti jadi office girl dan menjadi pelayan di sini," kata Marco.

Puspa langsung berang, "enggak bisa!" Puspa membuang seragam pelayannya itu, "dia harus menjelaskannya padaku kenapa dia tiba-tiba jadi kaya raya seperti ini?"

"Tuan muda bilang, besok dia akan menjelaskannya. Beliau sekarang ingin tidur karena lelah seharian bekerja," kata Marco.

"Kerja? Apa iya dengan menjadi tukang karcis pasar malam dan penjaga toko ritel langsung mendadak kaya gini? Apa dia ngepet?" kata Pupus pada Marco yang sejak tadi hanya mesem-mesem.

"Bukan, Nona. Tuan muda memang bekerja sangat keras akhir-akhir ini," kata Marco, "baik Nona, karena ini sudah malam. Saya pamit dulu. Selamat malam."

Marco meninggalkan Puspa yang masih kebingungan. Lantas, Puspa memungut seragam pelayannya. Apa dia benar-benar akan menjadi pelayan di rumah adiknya sendiri? Mau tidak mau, Puspa masuk ke dalam kamar yang sudah disediakan untuknya. Well, jauh lebih nyaman dari kosan Pras. Puspa melompat ke ranjang empuknya. Dan, tidur.

***

Pagi-pagi sekali. Saat matahari naik dengan semburat cahaya kuning emasnya. Banyak hal yang tersembunyi di balik cerita dan biasanya kebenarannya tak mudah tampak. Namun, kebenaran itu selalu ada jalan ke permukaan. Sama halnya dengan terik matahari dipagi hari, di sana ada embun pagi yang menyelinap di setiap dedaunan. Menyegarkan dan membumikan. Derap langkah kaki terdengar pagi itu. Suara mengetuk pintu agar rindu dapat dituntaskan.

Brak! Brak! Brak!

Ada yang mendobrak-dobrak kamar Puspa. Gadis sirine ini bergeliat. Dia cukup tidur nyenyak malam ini. Dan selimut masih menempel ditubuhnya. Terdengar ada seseorang yang memanggilnya sambil mendobrak-dobrak pintu.

"Hei kebo! Pelayan kebo! Bangun!" Alex menggedor-gedor pintu kamar Puspa.

Karena kesal Pupus akhirnya membuka pintu.

"Apa sih?" tanya Puspa dengan mata melotot.

"Ingat ya, sekarang kau pelayanku. Cepat kerja, siapkan aku makanan! Aku mau makan masakanmu!" kata Alex.

Kali ini Alex menggunakan piyama mewah masih melekat ditubuh Alex. Puspa melihatnya dengan seksama. Dan terheran-heran setiap kali melihat barang yang dikenakan Alex. Tidak ada yang murahan.

"Kau Alex yang disekolah itu kan?" tanya Puspa, "kau penipu! Cuih!" lagi-lagi Pupus meludahinya. Untunglah Alex menghindar dengan cepat.

"Kau benar-benar gadis tak tau diri ya?! Aku memungutmu hoiii nona miskin!!!" kata Alex, "kau mau kembali ke tempat Pras? Lalu dia menjualmu dan merampas semua uangmu?!"

Puspa terdiam. Ada benarnya juga ya? Pikir Pupus.

"Oke, baiklah!" kata Puspa.

"Sekarang! Cepat! Jangan lupa bersihkan ludahmu dilantai mahal itu. Menjijikkan! Baunya saja sampai ke sini!" Alex membalikkan tubuhnya.

"Baik Tuan!!!" kata Puspa dengan suara sirinenya, sambil melet-melet dan memiring-miringkan bibirnya. Dia sedang mengejek Alex dengan ekspresinya.

Kurang ajar si Puspa! Batin Alex.

Puspa memasak nasi goreng untuk Alex. Dulu, Pupus sudah terbiasa memasak nasi goreng sebelum berangkat sekolah. Dan dia juga memasakkan untuk Alex waktu itu. Sekarang kejadian itu terulang lagi. Dalam suasana berbeda.

Puspa menyajikan itu pada Alex. Dan dia juga duduk di depan Alex, di meja yang sama.

"Siapa yang menyuruhmu duduk juga?" tanya Alex. Puspa langsung berdiri lagi.

Alex mulai mencicipi masakan Puspa. Rasanya tetap sama seperti dulu. Tak berubah. Rasanya itu agak-agak asin gimana gitu.

"Jadi kau hanya menyuruhku menonton kau makan?" kata Puspa.

Alex merentangkan tangannya, "seperti yang kau lihat. Semua pelayan berdiri di sana bukan?"

Puspa melihat ke arah para pelayan yang berdiri berjejer rapi dan berseragam. Dan beberapa pelayan melakukan tugas masing-masing.

"Mana mungkin aku memperlakukanmu berbeda dari mereka? Aku harus adil," kata Alex sambil mengunyah masakan Puspa.

Puspa hanya diam saja dengan merutuki Alex di dalam hati. Puspa menekuk wajahnya. Ini sudah jam 6 pagi. Dia juga harus bersiap ke sekolah.

"Apa artinya kalau aku jadi pelayanmu? Apa aku tidak bisa sekolah, hah?!!!" tanyanya dengan setengah berteriak.

"Sssttt!" Alex menutup telinganya, "pelankan suaramu! Aku nggak suka berisik. Dasar sirine!"

"Lalu? Artinya kau menghancurkan hidupku kan? Ini semua rencanamu untuk balas dendam, iya?!!"

Alex menghentikan kunyahannya.

"Ck, kau nanti berangkat sekolah denganku saja!" jawab Alex ketus dan dingin.

"Katakan padaku, dimana Alex gembel itu? Tadi malam dia yang membawaku kemari!" kata Puspa dengan wajah bodoh dan kesal.

"Dasar bodoh! Katanya kau rangking satu! Mencerna situasi saja nggak bisa!" kata Alex, lalu dia bangkit dari duduknya, "aku mau bersiap-siap. 15 menit lagi kau harus sudah siap!"

Alex pergi meninggalkannya mematung seorang diri.

"Kemana sih Alex gembel itu? Kenapa sekarang jadi Alex monster?" katanya setengah berlari menuju kamarnya. Puspa ingin bersiap-siap ke sekolah. Kan gak lucu kalau dia ditinggal tebengan.

***

 

to be continued...