Paola mendekati Chelsea lalu memeluk perempuan itu dengan erat.
"Chelsea, kita akan sering bertemu karena aku menjadi brand ambassador pakaian kamu," kata Paola.
"Sayang, kalian akan ketemu terus. Jadi sekarang kita berduaan saja," kata Alder mencubit pipi Chelsea.
"Sayang, sakit," rengek Chelsea manja sambil mencebikkan bibirnya.
"Aku pamit pulang. Terima kasih untuk hari ini," kata Paola.
"Paola, terima kasih juga. Sampai ketemu lagi nanti," balas Chelsea.
"Iya terima kasih. Paola mau diantar Harry ke kamar kamu?" tanya Alder.
"Alder, tidak perlu. Aku bisa sendiri, kuncinya aku bawa kok," jawab Paola.
"Oke, hati-hati. Nanti berkabar lagi," kata Alder.
"Iya," balas Paola.
Paola membalas senyuman Alder dan Chelsea. Dia keluar dari kamar hotel meninggalkan sepasang kekasih yang terlihat sangat bahagia. Wajah Paola berubah menjadi datar kembali saat sudah di luar.
"Pasangan yang menyebalkan," kata Paola.
Paola berjalan menuju kamarnya yang tidak jauh dari kamar sepasang kekasih tadi. Dia masuk ke dalam kamarnya lalu mengambil rokok yang ada di meja. Dia menyelipkan rokok itu di bibir dan menyalakan apinya.
"Segar sekali," gumam Paola.
Paola duduk di sofa kamar hotelnya sambil memandang langit malam yang terlihat sangat sepi.
"Menjijikkan, memuakkan. Aku benci dengan semua yang aku lihat hari ini, tapi misiku harus berjalan lancar. Beberapa langkah lagi aku akan bisa menghancurkan mereka. Kalian akan merasakan bagaimana jadi aku," kata Paola.
Paola melihat rokoknya sudah hampir habis mengambil rokok yang baru. Dia terus menatap langit malam sambil mengingat kejadian masa kecilnya yang buruk.
"Aku sedih kalau mengingat papa kandungku yang mati bunuh diri karena ulah mamaku, tapi itu semua tidak terlepas dari keluarga Bowie. Aku harus bersenang-senang malam ini," kata Paola.
Paola tertawa dengan kencang, tapi tidak lama tawa itu digantikan suara isakan tangisnya. Dia sangat merindukan papanya yang sudah tidak ada.
"Aku harap tidak ada yang akan menghalangi rencana aku kali ini," kata Paola.
Paola mendengar suara bel apartemen berjalan mendekati pintu dengan rokok di tangannya. Dia melihat seorang pria berdiri tepat di hadapannya.
"Paola, aku datang," kata Jayden dengan senyum lebar.
"Masuk. Aku bentar lagi baru bersiap. Jayden temani aku," kata Paola.
"Aku selalu menemani kamu kok. Nasib aku begini amat, hanya sebatas teman," balas Jayden.
"Cukup, kamu jangan drama," kata Paola sambil mencubit pipi Jayden.
"Kita mau langsung pergi atau mendengarkan cerita kamu hari ini?" tanya Jayden.
"Kamu duduk dulu, aku mau ganti baju. Nanti kita pergi ke bar," jawab Paola.
"Oke. Jangan terlalu seksi, sudah cukup kamu seksi di panggung," kata Jayden.
"Masa aku pakai daster ke bar. Kamu ada-ada aja," balas Paola.
Paola berjalan menuju kopernya. Dia mengambil baju lalu pergi ke kamar mandi.
"Paola, kamu cantik. Aku sebenarnya tidak setuju kamu terjun ke dunia model demi ambisimu itu," kata Jayden.
"Jayden," panggil Paola.
"Astaga, kamu bikin kaget aku!" teriak Jayden.
"Kamu lucu banget. Ayo kita pergi ke bar," kata Paola menarik tangan Jayden.
Mereka berpegangan tangan lalu pergi ke bar dengan menggunakan lift.
"Bar itu di lantai berapa?" tanya Paola.
"Seingat aku di lantai tujuh belas. Itu ada tulisannya," jawab Jayden.
"Iya aku sudah lihat. Besok kita jadi ikut penerbangan ke New York?" tanya Paola.
"Iya, aku sudah pesan tiket pesawat dan hotel untuk kamu. Sekalian aku juga ada urusan bisnis di sana," jawab Jayden.
"Kamu tidak lelah? Sudah jadi manajer model kayak aku, tapi kamu juga mempunyai usaha sendiri, Jujur aku tidak enak sama orang tua kamu," kata Paola.
"Paola, dari kita lulus sekolah sampai kuliah bareng aku selalu berusaha mendukung kamu, mereka juga mendukung kamu. Aku dan orang tuaku berharap kamu tidak salah langkah," balas Jayden.
"Iya semoga saja," kata Paola.
Tidak lama lift berhenti tepat di lantai tujuh belas. Suara dentuman musik terdengar, mereka masuk ke dalam bar. Di sana banyak pengunjung yang sedang berdansa dan ada juga yang minum.
"Kita ke tempat teman-temanku duduk," kata Paola.
Paola menatap teman-temannya yang melambaikan tangan. Dia membalas lambaian tangan mereka.
"Teman-teman yang beracun," kata Paola dengan suara kecil.
"Kamu tetap saja menyambut mereka, padahal mereka beracun," balas Jayden.
"Itulah hidup, sesuatu yang kita tidak mau dekat dan tidak mau kita inginkan malah datang ke kita," kata Paola.
"Sudah, kita temui teman-teman kamu," balas Jayden.
"Paola!" teriak Sari sambil memeluk Paola.
Paola memutar bola matanya. Dia memeluk teman-temannya.
"Mending kita tos dulu buat kelancaran fashion show kita hari ini," kata Rose.
Rose menuangkan minuman ke gelas-gelas kecil yang berada di depannya. Mereka lalu saling mendentingkan gelas.
"Semuanya, menari di sana yuk!" teriak Paola.
Paola menarik tangan Jayden setelah menaruh gelas di atas meja. Dia menari gila-gilaan di lantai dansa. Paola membuat tangan Jayden memutari tubuhnya.
"Paola, kamu gila. Nanti dilihat orang, model papan atas menggila di lantai dansa," kata Jayden.
"Jayden, kita rayakan hari ini. Kamu pasti tahu apa yang aku maksud, aku senang misi pertamaku berhasil," balas Paola.
Paola menangkup wajah Jayden hingga wajah mereka saling berhadapan.
"Paola, iya selamat atas keberhasilan kamu," kata Jayden.
Jayden ikut menari dengan heboh. Bahkan dia juga berteriak-teriak.
"Wow, kita rayakan kesuksesan Paola!" teriak Jayden.
Beberapa menit telah berlalu, mereka akhirnya memutuskan untuk duduk kembali.
"Kalian berdua gila, menari lama banget," kata Rose sambil memakan kentang goreng.
"Sudah malam masih makan kentang, enggak salah?" tanya Paola.
"Makan kentang goreng dikit tidak akan buat kalian gendut," jawab Rose.
"Gue beda sama lu, gue harus selalu menjaga berat badan gue karena gue model papan atas," kata Paola.
"Iya, tapi masa ke bar hanya untuk makan salad saja. Itu tidak mungkin," balas Jenny.
"Kalian memang mau berapa lama di sini?" tanya Paola.
"Sampai puas," jawab Sari terkekeh.
"Oke," kata Paola.
Paola mengeluarkan rokoknya, tapi tiba-tiba tangan dia ditahan oleh Jayden.
"Paola cukup," kata Jayden.
Jayden mengambil rokok di tangan Paola dan membuangnya ke asbak depan mereka.
"Jayden, kamu ini apa-apaan sih?" tanya Paola.
"Tidak baik ngerokok mulu," jawab Jayden.
"Dengarkan tuh apa kata manajer kesayangan kamu," balas Rose.
"Sudahlah, gue pamit. Besok gue ada penerbangan ke New York," kata Paola.
"Oke," balas Rose.
"Buru-buru amat sih, tidak asyik deh," kata Jenny dengan raut wajah kesal.
"Asyikin aja," balas Paola.
Paola keluar dari bar diikuti oleh Jayden. Pria itu mengusap wajahnya kasar saat mereka sudah di luar.
"Paola, aku tidak ada maksud membuat suasana hati kamu buruk," kata Jaydea.
Paola bersama Jayden memasuki lift. Dia melihat Jayden terus menatap ke arah dia meminta pria itu untuk kembali ke kamarnya sendiri.
"Apa kamu tidak marah sama aku?" tanya Jayden.
"Iya aku marah karena kamu sudah mencampuri urusan aku. Tugas kamu itu hanya mengurusi karier aku saja," jawab Paola.
"Karier dan rencana pembalasan dendam kamu," kata Jayden menatap mata Paola.
"Terserah," balas Paola kesal.
Paola melangkahkan kaki menuju kamarnya saat pintu lift sudah terbuka. Dia melihat Jayden masih mengikuti dia menatap ke arah Jayden.
"Masuk saja, aku hanya ingin menjaga kamu," kata Jayden.
"Baiklah," balas Paola.
Paola menempelkan kuncinya lalu masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.
"Aku harap kamu tidak salah mengambil jalan. Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kamu," kata Jayden.
Jayden menatap nanar pintu itu. Dia langsung berjalan menuju kamarnya setelah memastikan di sekitar hotel tidak ada yang mencurigakan.