webnovel

The Troublemaker

Sudah seminggu Andrew di Singapore. Dan seminggu itu juga Alyssa menghindarinya. Hal itu sangat membuatnya uring-uringan. Jelas! Siapa yang tidak uring-uringan ketika alasan yang membuatnya datang justru menjauh.

Di ruangan kerjanya Andrew terus menatap layar monitor komputernya tanpa menghiraukan Tristan yang juga berada di ruangan yang sama.

"3 hari lagi adalah jadwalmu kembali ke Manhattan. Right?"

"Hmm"

"Dan itu artinya hari ini juga adalah hari terakhir kau memperlakukan ku sebagai budak!" Tristan sengaja menekan kata terakhirnya

"Hmm"

Tristan mendelik kesal mendengar jawaban Andrew. Ia berjalan menghampiri Andrew. Dan Tristan memutar bola matanya ketika melihat gambar di monitor komputer Andrew.

"Sejak kapan kau dapat mengakses CCTV Divisi Marketing kami?" Andrew melipat tangannya di depan dada.

"Arrrgh!" Tristan menoleh ke arah komputer Andrew ketika mendengar lenguhan dari mulut sahabatnya itu.

"Memonitor kekasih orang. Terlebih lagi kekasih wanita itu sedang duduk dihadapannya. Cih"

"Dihindari dan diabaikan. Apa itu yang disebut pasangan? Cihh seperti aku tidak tahu saja kebenarannya" dengus Andrew.

"Maksud mu?"

*Flashback*

Sehari setelah kedatangan Andrew. Andrew meminta Alyssa menemuinya. Awalnya Alyssa menolak tapi atas bantuan Tristan akhirnya Alyssa menurutinya.

Saat ini Alyssa dan Andrew duduk berhadapan di Living Room penthouse milik Andrew.

"Aku minta maaf" Alyssa yang sedang menunduk mendongakan kepalanya. Andrew menumpukan tangannya pada kedua lututnya.

"Soal kemarin. Aku benar-benar tidak tahu kalau dia akan datang. Dan yang kamu lihat itu semuanya tidak benar" Alyssa berdehem

"Maaf sebelumnya Pak. Tapi sungguh saya tidak apa-apa. Saya sudah melupakan hari kemarin. Jadi bapak tidak perlu minta maaf. Justru saya yang ingin minta maaf karena saya sudah lancang" Andrew mendelik. Astaga apa-apaan ini. Kenapa jadi Alyssa yang meminta maaf.

"Bukan gitu maksud ku. Aku hanya merasa tidak enak sama kamu Al. Aku janji. Kejadian kemarin enggak akan terulang lagi. Dan soal tawaran saya..."

"Maaf Pak. Saya harus..."

'CUP' perkataan Alyssa terpotong ketika Andrew tib-tiba menciumnya. Alyssa terpaku. Seluruh aliran darah seolah-olah terhenti. Yang ia rasakan hanya detak jantung yang berdetak kencang.

Alyssa mencoba meronta dan melepaskan diri dari dekapan Andrew. Tapi tenaga Andrew jauh lebih besar. Andrew mencium paksa Alyssa. Pagutannya baru terlepas ketika ia merasakan ada aliran air mata mengenai ujung bibirnya.

"Kenapa kau selalu memaksa ku?" Alyssa berkata sangat pelan, Alyssa menatap Andrew dengan pandangan nanar.

"Al..."

"Kenapa kalian selalu berbuat seenaknya?"

Andrew mengernyit. Kalian? Kalian siapa yang dimaksud Alyssa?

"Tristan menyuruhku berpura-pura menjadi kekasihnya dihadapan kamu. Sekarang kamu memaksaku berpura-pura betunangan agar media berhenti memberitakan soal kamu? Apa menurutmu aku ini sebuah game yang bisa kalian setting sesuka hati? kalau kalian ingin aku menjadi seseorang yang bisa kalian permainkan, maaf tapi aku tidak bisa"

Alyssa pergi begitu saja meninggalkan Andrew dengan pemikirannya.

"Berpura-pura? Jadi mereka berpura-pura menjadi sepasang kekasih? Cih trik murhan Trist!" Andrew berdecak sinis

*Flashback End*

Tristan menghela nafas kasar. Rencananya gagal....

"Mau sampai kapan kau trus seperti ini? Kembali pada jati dirimu. Lupakan dia dan fokus pada urusan kantor! Kalau kau terus seperti ini. Aku tidak yakin dengan masa depan DG"

Andrew menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan menutup matanya.

"Seminggu Trist. Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Aku sendiri bahkan tidak mengerti dengan sikapku belakangan ini, aku merasa asing tapi aku juga merasa nyaman. Apa ini yang namanya jatuh cinta?" Andrew memadang Tristan. Tristan menyelipkan rokok dibibirnya dan menjentikan korek api.

"Jatuh cinta atau hanya rasa obsesi yang kau sebut cinta?" Tristan menghembuskan asap rokoknya

"Apapun itu. Aku akan trus mengejarnya sampai aku mendapatkan jawaban dari ini semua"

"Ada hal yang harus kau ingat. Hubungan kau dan dia adalah Boss dan Staff. Bukankah kau sendiri yang memberi peraturan kalau tidak boleh ada Affair ?

"Aku bukan pegawai, aku Boss sekaligus pemilik DG. Jadi? tidak ada yang melanggar kan?" Andrew tertawa penuh kemenangan.

"Tapi tetap saja dunia kalian berbeda, dalam artian status sosial kalian berbeda, jangan lupakan fakta itu Trist. Lakukan apa yang menurutmu benar, tapi ingat! Jangan sampai ada yang terluka terlebih Alyssa!" Andrew mengeluarkan rokoknya dari saku jas.

"Setahuku, Tahta dan Harta tidak masuk dalam UUDJT" Tristan mengerutkan keningnya

"UUDJT?"

"Undang-Undang Dasar Jatuh Cinta hahah. kecuali kalau oarang itu masih memiliki pemikiran kuno seperti kau ini" Tristan berdecak, Sahabatnya ini selalu saja mengejeknya

"Tidak waras kau Drew!" Tristan mematikan rokoknya lalu pergi.

****

Di tempat lain, Sarah sedang berbicara dengan seseorang yang  menatap jauh pemandangan kota.

"Aku sudah menuruti kemauan mu. Tapi sampai sekarang tidak ada hasil" Sarah berdecak

"Bukan tidak tapi belum"

"Kalau dalam 3 hari tidak ada perubahan aku akan kembali ke Dubai, aku akan meminta tolong Uncle Anthonio!"

"Kau bercanda?! Dengar Sarah! Ayahku adalah kolega bisnis Mr. Dalas! Dan mereka berencana ingin menjodohkan adik ku dengan Andrew! Kalau kau mengadu padanya, menurutmu apa yang akan terjadi?" Sarah terbelalak.

"Jadi? Apa yang harus ku lakukan? Dan mengapa kau ingin membantuku mendapatkannya? Bukannya lebih bagus kalau kalian terjerat hubungan keluarga? Akan lebih mudah mengembangkan dua kerajaan bisnis, right?" Orang itu berbalik mentap remeh Sarah

"Kalau bukan karena Alyssa. Mana sudi aku membantu mu dengan suka rela? Lagi pula aku tidak berniat menjalin hubungan dengan keluarga Dalas"

"Brengsek kau Gab! Kau benar-benar memanfaatkan ku!"

"Yes I am. Tapi si brengsek ini orang yang kau sukai dulu kan?" Sarah memalingkan wajahnya.

Ya, Gabriel memang bekerja sama dengan Sarah untuk merebut masing-masing pujaan hatinya. Sebenarnya Gabriel hanya memanfaatkan Sarah untuk menjauhkan Andrew dari Alyssa. Karena dengan begitu akan lebih memudahkannya mendekati Alyssa.

"Sudahlah! Pokonya aku tidak mau tahu! Segeralah bertindak cepat Gab! Aku sudah muak melihat Alyssa berdekatan dengan Andrew!"

"Menurutmu aku tidak? Tapi kau tenang saja, karena saat ini aku satu langkah di depannya"

"Maksudmu?" Gabriel menunjukan foto yang terpampang dilayar ponselnya

"Siapa dia?" Gabriel tersenyum smirk. Dan Sarah terbelalak ketika mengingatnya

"Jade?!!! Putri Alyssa???" Gabriel tersenyum sangat manis ketika melihat foto Jade yang ia bidik diam-diam ketika ia berkunjung beberapa hari yang lalu.

"Bagaimana bisa??? Lalu, apa Alyssa tahu kalau kau mengunjungi Apartement nya?" Gabriel tidak menjawab. Ia sibuk memainkan ponselnya

"Gab!!! Answer me!" Gabriel mengangkat tangannya.

"Arrrrgh damn you!!!"

****

Keesokan harinya.....

07:00 PM

Alyssa, Jade dan Calysta jalan bersisihan disekitar Bugis Street.

"Al...menurutmu ada hubungan apa ya antara Mr. Andrew dengan si Sarah itu?" Alyssa memasuki salah toko pernak pernik tanpa menghiraukan perkataan Calysta. Calysta mengerucutkan bibirnya dan Jade terkikik.

Alyssa merasakan de javu. Belasan tahun lalu ketika ia masih duduk di bangku SMA ia pernah melakukan hal yang sama.

Dulu ketika ia masih menetap di Indonesia ada sebuah pameran di dekat rumahnya, ia memasuki toko accessories untuk membeli kado untuk orang specialnya bisa dibilang kekasihnya. Ia membeli sebuah Bracelete, harganya memang tidak mahal tapi itu ia beli dengan uang tabungannya. Demi kekasihnya ia rela mengorbankan uang jajannya. Dan hasilnya tak sia-sia. Kekasihnya sangat menyukai pemberiannya. Itu sudah cukup membuat Alyssa senang.

Air mata menetes dari pelupuk mata Alyssa ketika mengingat moment itu. Alyssa buru" menghapus bekas air matanya.

"Mom apa kau ingin membelinya?" Jade menyentuh pinggang Alyssa. Alyssa terperanjat kaget

"Ah?"

"Kalau Mom ingin membelinya, pilihlah. Disini semakin banyak orang yang berdesakan. Aku takut kita akan kemalaman"

"Mom pilih..."

"How much?"

"How much?" Siapa yang sangka kalau Ucapan Alyssa berbarengan dengan Orang disebelahnya. Dan entah kebetulan atau apa, mereka memilih barang yang sama.

Alyssa terdiam, benar-benar terpaku. Bukan karena ia terkejut karena memilih barang yang sama dengan orang disebelahnya tapi lebih kepada Bracelet yang dipakai oleh orang itu.

Orang itu membayarnya dan langsung pergi begitu saja. Sedangkan Alyssa baru saja tersadar ketika Calysta menepuk bahunya.

"Al..?" Aly mengerjapkan matanya. Dan ketika benar-benar sadar, ia langsung panik.

"Cal, boleh aku minta tolong? Aku titip Jade. Ada hal yang harus aku pastikan. Kalian pulanglah duluan. Oke?" Calys hanya mengangguk, sedangkan Jade hanya tersenyum.

"Come on Aunty"

****

Alyssa meminta maaf kepada orang yang tidak sengaja ia tabrak. Ia mencari orang itu, orang yang memakai kemeja putih dan pastinya Bracelet itu! Bracelet yang sangat ia kenal.

Nafas Alyssa tersengal-sengal tapi orang yang dicarinya belum juga ketemu.

"Apa mungkin ini hanya halusinasiku saja karena kebetulan sedang memikirkan dia?" Alyssa menatap keramaian disekelilingnya

"Ya pasti aku hanya halu" Alyssa memijit pelipisnya. Lalu pergi.

"Maafkan aku sayang. Bukan aku tidak ingin menemuimu. Aku hanya tidak tahu apa yang harus ku lakukan ketika berhadapan dengan mu. Aku terlalu brengsek untuk menemuimu setelah sekian lama. Tapi aku janji, cepat atau lambat kita pasti akan bertemu. Wait me baby" Orang itu menatap Alyssa dari kejauhan. Lalu pergi ketika melihat Alyssa berjalan menjauh.

****

Dari mulai sampai selesai menyantap sarapannya Jade melihat Alyssa hanya melamun menatap sarapannya dengan pandangan kosong.

"Mom.." Jade melipat tangannya diatas meja. Alyssa menolehkan kepalanya

"Semalam, mengapa mom berlari mengejar laki-laki itu?" Alyssa menjatuhkan sendok ditangannya.

"Ah i...it..itu Mommy..mmm" Alyssa tidak tahu harus menjawab apa.

"Apa mommy teringat sesuatu? Kekasih dimasa lalu misalnya?" Jade bertanya takut-takut. Alyssa gelagapan. Mulutnya tiba-tiba kelu.

"Ah tidak. Mommy tidak memikirkan apa-apa" Jade mengelus punggung tangan Alyssa.

"Aku melihat figura foto yang Mommy simpan di bawah tumpukan buku di Night Stand kamar Mommy. Aku tahu kalau seseorang yang difoto itu adalah kekasih Mommy. Dan aku pun tahu alasan Mommy berlari ketika di toko Accesories itu. Karena Mommy teringat Laki-laki itu kan?" Alyssa terdiam, ia hanya menunduk menunggu lanjutan perkataan Jade.

"Aku mengerti. Mommy pasti teringat kekasih Mommy sejak SMA itu kan?" Alyssa mendongakan kepalanya.

"Masa lalu itu bukan untuk dilupakan Mom. Tapi untuk dikenang. Mommy selalu bilang sama aku kalau Masa lalu yang buruk dijadikan pelajaran sedangkan Masa lalu yang indah itu dijadikan kenangan"

Air mata Alyssa mengalir. Jade berdehem

"Mom apa Mommy benar-benar merindukannya?" Alyssa terkejut bukan main. Ia tidak menduga Jade akan bertanya seperti itu. Alyssa bangkit

"Hentikan omong kosong mu itu dan segeralah pergi ke sekolah. Mom akan pergi. Dan jangan lupa makan bekal mu" Alyssa menyambar Tasnya dan mengecup dahi Jade. Jade tertawa kecil melihat pipi Mommynya memerah. Is she blushing? So cute..

Jade merogoh saku baju seragamnya, ia mengetik pesan untuk seseorang

'Uncle, Mommy sudah pergi. Kau bisa menjemputku di depan gerbang'

"Yes, done!" Jade menatap ponsel ditangannya dengan perasaan campur aduk. Ponsel keluaran terbaru berlambang Apple dibelakangnya.

"Aku harus kembalikan ini"Jade memasukan ponselnya ke dalam saku seragamnya.

*****

Andrew hari ini memaksa mengemudi sendiri karena ia ingin mampir sebentar ke apartement Alyssa. Kalaupun Alyssa sudah berangkat paling tidak ia bisa bertemu Jade. Andrew tersenyum membayangkannya. Ia sudah tidak sabar...

Bru saja Andrew tiba di depan lobby dan hendak membuka Seat Belt. Gerakannya langsung terhenti ketika melihat pemandangan di depanny. Seluruh aliran darahnya tiba-tiba saja membeku dan hanya gejolak panas yang dirasakannya mengalir dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Bastard!!!" Andrew memukul kencang stir mobilnya saat melihat mobil didepannya berlalu dari gedung apartement.

"Kenapa selalu dia??? Alyssa! Ya aku harus memastikannya pada Alyssa!" Andrew menginjak gasnya kencang. Ia ingin segera sampai kantor sekarang juga!

****

Tiba di sekolah Jade. Seluruh pandangan siswa mengarah padanya. Lebih tepatnya ke arah laki-laki yang membukakan pintu untuk Jade.

"Uncle El. Seharusnya uncle menurunkan ku dijalan saja tadi. Aku tidak enak menjadi sorotan seperti sekarang"

"Tidak apa-apa. Oh ya, nanti siang akan ada orang yang menjemputmu. Kita lunch sama-sama ya" Jade mengangguk. Orang itu berlalu dengan mobilnya.

"Inikah rasanya diantar oleh seseorang ke sekolah? Menyenangkan" Jade senyum-senyum sendiri membayangkannya.

****

Dalas Hotel...

Andrew membuat kehebohan dengan berlari menerobos masuk ruang Divisi Marketing. Ia berjalan ke arah kubikel Alyssa.

Kebetulan Alyssa sedang pergi ketoilet. Andrew menghampiri Calysta yang duduk tidak jauh dari meja Alyssa.

"Kemana dia pergi?" Calysta mengerjapkan matanya.

"Ah.. i..it..itu dia..." Nafas Andrew tersengal-sengal. Seluruh pegawai memusatkan perhatiannya kepada Andrew.

"Ada apa ini ribut-ribut?" Suara Tristan seketika membuat suasana yang tadinya ricuh menjadi hening seketika. Andrew duduk dibangku Alyssa tanpa menghiraukan Tristan yang sudah berdecak pinggang menatapnya. Calystaa sendiri masih terpaku ditempatnya.

"Kembali pada kerjaan kalian masing-masing" Mendengar titah Tristan, pegawai disana langsung kembali ke kubikelnya masing-masing.

Alyssa keluar dari toilet dan langsung dihadang oleh temannya. Alyssa mengernyit ketika melihat temannya terlihat panik.

"Al kau harus cepat kembali ketempatmu!!!" Alyssa tidak mengerti.

"Aduh cepat Al!!! Kau akan tahu nanti! Cepat!"

Alyssa seketika panik dan berlari ke ruangannya. Perasaannya tidak enak. Semoga saja tidak ada apa-apa.

Sesampainya di ruangannya. Pertama yang ia lihat adalah Tristan lalu Calysta. Alyssa melihat Calysta memberinya kode. Dan pandangannya langsung bersiborok dengan tatapan Andrew. Andrew berjalan ke arah Alyssa dan langsung mencengkram pergelangan tangan Alyssa. Semua itu tidak luput dari perhatian para pegawai.

Tristan memijit pelipisnya. Tidak tahu harus berbuat apa. Sikap Andrew benar-benar membuatnya pusing.

Andrew berbisik ke telinga Tristan

"Aku pinjam ruanganmu" Andrew menepuk bahu Tristan dan berjalan sambil menarik tanan Alyssa. Alyssa menatap Tristan anar tapi Tristan hanya mengangguk. Seolah-olah berkata Kau akan baik-baik saja.

****

Andrew menghempaskan Alyssa ke sofa diruangan Tristan. Ia berdiri di hadapan Alyssa.

"Apa-apaan ini?!!" Alyssa sudah tidak tahan dengan sikap Andrew.

"Jelaskan padaku semuanya!" Andrew membuka jasnya dan melemparnya ke sofa disamping Alyssa. Alyssa mengenyit bingung

"Jelaskan apa?" Andrew berdecak, ia menggulung lengan kemejanya

"Jangan memancingku untuk memaksamu Al!"

"Apaan sih kamu! Aku benar-benar tidak mengerti dengan ucapanmu! Jelaskan apa? Kau ingin aku menjelaskan apa?"

"Tadi pagi aku melihat Jade..." baru saja Andrew ingin menjelaskan. Derig ponselnya tiba-tiba menginterupsinya. Andrew hampir saja mengumpat keras. Ternyata panggilan masuk dari Ken. Andrew menggerutu

"Awas saja kalau kau menelponku untuk hal yang tidak berguna!"

"Drew aku baru dapat kabar kalau Gabriel saat ini berada di Singapore. Dia pergi meninggalkan Dubai bersama Sarah!" Ken benar-benar panik. Ia takut hal buruk terjadi. Andrew terpaku, pandangannya menatap tajam Alyssa. Alyssa sendiri merinding ditatap sebegitu tajam oleh Andrew.

"Aku tidak tahu kalau ternyata dia datang bersama Sarah. Dan ternyata dugaan ku benar" Andrew mencengkram ponselnya erat

"Kau sudah tahu???"

"Hmm. Tapi aku baru tahu kalau dia juga datang. Thanks for information Ken" Andrew mematikan sambungan teleponnya dengan sepihak. Rahang Andrew sudah mengeras. Entahlah rasa marah langsung menyerangnya ketika mengetahui bahwa Gabriel ternyata dekat dengan Alyssa bahkan sudah mendapat izin mengantar Jade.

"Selama ini aku telah ditipu olehmu? Aku fikir kau berbeda dengan wanita-wanita di luar sana. Tapi ternyata? Kau sama saja, Bitch !" Air mata lolos begitu saja dari pelupuk mata Alyssa. Singkat tapi menyakitkan. Cukup! Alyssa sudah tidak tahan lagi!

Andrew terdiam melihat air mata mengalir di pipi Alyssa.

"Aku sungguh tidak mengerti apa maksud mu. Aku juga tidak mengerti kenapa kau terus menyakitiku seperti ini. Aku minta maaf kalau memang aku selalu membuatmu marah" Alyssa berdiri, Andrew sendiri merasa bersalah. Bukan maksudnya berkata seperti itu, ia hanya merasa Alyssa sudah mempermainkannya. Dan ia tidak suka itu!

"Al maksudku.."

"Sekali jalang tetaplah Jalang. Itukan yang kau maksud? Aku tahu, orang lain yang melihatku pasti beranggapan seperti itu! Apalagi aku memiliki Jade. Aku tidak akan marah dengan cemoohanmu, karena aku mengerti" Alyssa menghampus air matanya.

"Dan saya tidak pernah bosan memohon dengan sangat agar bapak tidak berbuat seenaknya sama saya apalagi disekitar lingkungan kantor. Saya hanya bawahan anda Sir. Jadi jangan buang tenaga anda untuk Jalang ini. Kalau begitu saya permisi" Alyssa perg dari ruangan Tristan.

"Aaaaarrrgh sial!!!" Andrew mengacak-ngacak rambutnya.

****

Siang harinya dijam Istirahat Calysta dan Alyssa berencana untuk makan siang di luar area Kantor. Karena menurut Calysta. Alyssa butuh hiburan. Setelah melihat muka sembab Alyssa seharian ia tidak tega membiarkan sahabatnya trus murung seharian apalagi jam kerja mereka masih lama.

Alyssa dan Calysta berjalan-jalan memilih restaurant yang akan mereka singgahi.

"Sebenarnya kamu mau makan dimana sih Cal? Dari tadikita hanya keliling" Alyssa menggerutu dibelakang Calysta. Calysta mengabaikan Alyssa. Namun langkahnya tiba-tiba terhenti ketika melihat Jade disebuah restaurant Jepang sedang bersama seorang laki-laki yang duduk membelakangi.

"AL!!!" Alyssa hanya menjawab dengan deheman

"AL buruan sini!!!" Calysta menarik tangan Alyssa.

"Lihat itu!!! Bukankah itu Jade?" Alyssa terbelalak. Dan ia langsung menghampiri Jade.

"Jade!" Jade menoleh ke arah Alyssa yang tidak jauh dari mejanya. Dan seketika dua orang itu sama-sama terpaku.

"Dengan siapa kau disini?" Jade tidak menjawab, ia menatap takut-takut kearah Alyssa. Alyssa menghampiri meja Jade

"Who are...you?" Tubuhnya menegang ketika laki-laki itu menoleh kearahnya. Calysta sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Sedangkan Jade menunduk, ia takut Alyssa akan memarahinya saat ini.

"Long time no see Sayang" Alyssa mundur dua langkah ketika mendengar ucapan laki-laki itu.

Calysta menutup mulutnya karena hal ini jauh dari dugaannya. Sayang? Apa maksudnya? Siapa laki-laki ini? Kenapa Alyssa begitu terkejut ketika melihatnya dan Jade juga ternyata sudah kenal baik laki-laki itu.

"Ga..gabriel?" Alyssa masih tidak percaya. Ia hanya diam berdiri terpaku. Gabriel meminta Calysta membawa Jade kembali ke sekolahnya. Karena ia butuh bicara dengan Alyssa

Jade meminta maaf pada Mommynya dan Gabriel. Ia pergi dengan Calysta yang masih memendam rasa penasarannya.

**************