webnovel

Survive

Alyssa menghapus air matanya, ia memang sering mengingat kejadian-kejadian semasa sekolahnya dulu, tapi bukan berarti Alyssa memiliki dendam kepada teman-temannya, Tidak! Justru Alyssa mengenang kejadian dimasa lalunya itu semata-mata untuk membuatnya semangat, ia selalu menjadikan kenangan pahit sebagai motivasinya agar menjadi lebih baik. Ia sudah memaafkan semua perlakuan kasar teman-temannya dulu. Tapi memaafkan bukan berarti melupakannya kan?

"Mom, are you okay?" Alyssa tersadar ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang gadis cantik yang sedang berdiri disebelahnya, Alyssa menoleh dan tersenyum

"Yes, I am" Anak gadis itu menatap Alyssa lama, Alyssa yang merasa diperhatikan langsung menaikan alisnya

"I don't think so, you're not!" Anak gadis itu langsung duduk di sebelahnya sambil bertopang dagu menatap Alyssa.

"Bunda baik-baik aja kok, cuma sedikit pusing aja, biasalah soal kerjaan di kantor. Ayo sarapan dulu" Alyssa menyiapkan sarapan untuk putrinya.

Ya, Alyssa kini memiliki seorang putri yang berusia 14 tahun. Satu-satunya harta yang paling berharga yang Alyssa miliki. Nama putrinya adalah Jade Nicole Glyn, dulu ia sempat frustasi, marah, dan benci pada dirinya sendiri saat mengetahui fakta bahwa dirinya tengah mengandung, sempat terbesit difikirannya untuk menggugurkan kandungannya, untunglah akal sehatnya bekerja dengan baik sehingga niat buruknya ia urungkan, dan seorang sahabat yang selalu mensupport dirinya. Sejak saat itu Alyssa mencoba menerima semua takdir yang terjadi dihidupnya, Alyssa benar-benar sangat bersyukur karna kini ia memiliki seorang putri yang sangat cantik dan baik, hampir 15 tahun berlalu sejak kejadian memilukan itu Alyssa hampir tidak percaya akan mendapatkan kebahagiaan seperti sekarang, kebahagiaannya adalah bersama Jade putri cantiknya.

"Mom hari ini apakah boleh Jade mampir ke toko buku setelah pulang sekolah?" Jade mendapat info kalau penulis favoritenya sudah menerbitkan sebuah novel baru dan ia tidak mau melewatkannya.

"Kamu hari ini pulang sekolah jam berapa?" Alyssa menyuap makannya sambil memperhatikan Jade yang sedang fokus dengan sarapannya

"Hari ini hanya akan ada pengumuman jadwal untuk Test minggu depan, mungkin pulang sedikit lebih cepat. Apakah boleh?" Jade menatap Alyssa yang sedang berfikir dengan Puppy Eyes andalannya.

"Oke, tapi ingat! Jangan pulang terlalu sore!" Alyssa memang melarang Jade untuk pulang lewat dari jam 4. Alyssa benar-benar sangat memprotect Jade. Dan untunglah Jade mengerti sifat Bundanya yang seperti itu, ia mengerti kalau Bundanya sayang.

"Sip Mom!" Jade menyelesaikan sarapannya dan siap-siap berangkat ke sekolahnya. Alyssa pun membersihkan bekas sarapan mereka. Ya Alyssa memang tidak menggunakan jasa House Keeper. Ia ingin mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri dan menyiapkan keperluan mereka sendiri karena dari dulu ia sudah terbiasa melakukan itu semua.

"Oke, I have go to school now! Take care your self Mom, have a nice day, Te Amo! Bye" Jade mencium pipi Alyssa dan langsung pamit pergi

************

Alyssa bekerja di Dalas Hotel salah satu anak Perusahaan properti dari sebuah perusahaan Dalas Group yang berpusat di Manhattan, USA. Dalas Group Mendirikan beberapa Perusahaan Real Estate, Pusat Perbelanjaan, Rumah Sakit dan Industri! Alyssa bekerja sebagai Staff di Divisi Marketing di Dalas Hotel. Sudah hampir 8 tahun Alyssa bekerja di Hotel ini.

Sebelumnya Alyssa pernah bekerja Part time di salah satu Café di Australia. Memiliki Jade membuat Alyssa harus bekerja keras untuk menghidupi kehidupannya sehari-hari. Alyssa memang tiak memiliki orang tua sejak dirinya berumur 16 tahun. Ayahnya meninggal saat bertugas ke Sumatera, Ayahnya seorang pekerja bangunan, pekerjaan itulah yang menuntut Ayahnya untuk berpindah-pindah tempat. Ayahnya menginggal ketika proyek bangunannya mengalami insiden akibat robohnya bangunan Apartemen yang sedang dikerjakannya.

Kejadian itu sontak mengagetkan Alyssa dan Ibu nya. Ibunya mengalami keterkejutan luar biasa sehingga membuat penyakit Jantungnya kambuh. Selang beberapa minggu di rawat, ibunya menyusul Ayahnya pergi dan meninggalkan Alyssa seorang diri.

Sejak saat itu Alyssa harus menghidupi dirinya sendiri. Ia menjalani hidup yang bahkan orang lain jarang mengalaminya. Apalagi diusia yang terbilang masih di bawah umur saat itu ia baru saja menyelesaikan SMPnya. Tapi itulah hidup. Mau tidak mau Alyssa harus mengahadapinya.

******

Alyssa berjalan memasuki lift menuju ruangannya. Sudah tidak aneh kalau orang-orang memandangnya dengan pandangan mencemooh. Alyssa sendiri sudah terbiasa diperlakukan seperti itu. Menurutnya selama mereka tidak mengusik kehidupannya dan merugikan. Alyssa tidak pernah mengambil pusing, biarlah orang berfikir macam-macam tentangnya. Yang Alyssa fikirkan hanyalah bagaimana caranya bertahan hidup! Dia bekerja di Hotel ini semata-mata untuk mencari uang bukan sekedar untuk bergossip apalagi mencari perhatian.

'TING'

Pintu lift terbuka. Alyssa keluar dengan cepat, ruangan Alyssa bekerja memang berada di lantai 19. Hotel tempatnya bekerja memiliki lantai sampai 26. Dan sudah semua karyawannya ketahui kalau Lantai teratas adalah Penthouse. Sedangkan ruangan Direktur Utama berada di lantai 24

Hari ini akan diadakan meeting untuk membicarakan tentang perencanaan promosi iklan. Sekali ia melirik jam tangannya. Pukul 07:20 Alyssa melebarkan matanya. Ia TELAT!!! Alyssa berlari, lantai yang licin dan sepatu High Heels yang cukup tinggi membuat Alyssa harus berhati-hati, Tapi kali ini yang ia inginkan adalah segera sampai diruangannya dan bersiap-siap menuju ruang meeting.

'BRUK'

"ADUUUUH!" Ketika hampir sampai didepan ruangannya kaki Alyssa tiba-tiba saja terkilir. Alyssa meringis menahan sakit

"Astaga! Bu Alys?" Alyssa menoleh dan melihat seorang Office Boy berlari kearahnya sambil membawa kain pel.

"Nurman cepat tolong bantu saya! Kaki saya terkilir" Alyssa berusaha berdiri. Nurman dengan sigap memapah Alyssa sampai diruangannya.

"Kaki ibu memar, mau saya panggilkan tukang pijet? Saya punya kenalan tukang pijet di daerah sini bu, kalau mau biar saya panggil" Nurman merasa tidak enak melihat atasannya itu meringis kesakitan sambil memegang pergelangan kakinya. Alyssa menggeleng. Tangannya sibuk mencari berkas untuk meeting.

"Tolong kasih Map ini ke Calysta sekalian ambilkan saya balsem sama koyo ya Man" Nurman mengangguk, Alyssa melirik jam, pukul 07:30! Sudah terlambat. Alyssa merutuki High Heels nya yang sudah patah. 3 kali Alyssa mengalami insiden seperti ini, akibat High Heels yang dipakainya. Kualitas sepatu Alyssa memang jauh dari kata Standart . Alyssa tidak seperti teman-teman dikantornya yang sering berakaian serba bermerk, Alyssa lebih memilih menggunakan uangnya untuk membelikan segala kebutuhan Jade. Ah Jade, anaknya itu selalu membuatnya rindu.

Lamunan Alyssa terhenti ketika Nurman datang dan menyodorkan sesuatu kepada Alyssa "Bu, ini balsem sama koyonya"

"Terimakasihh. Oh ya lain kali kalau kamu ngepel jangan terlalu basah. Masih untung saya yang jatuh. Kalau si Boss yang jatuh kamu bisa dipecat" Alyssa sengaja menakut-nakuti Nurman. Perkataan Alyssa sontak membuat Nurman menahan nafas, wajah Nurman berubah pucat. Dalam hati Alyssa tertawa.

"Saya bercanda" Nurman melebarkan matanya dan langsung mengusap dadanya

"Bu Alys bikin saya takut saja" Alyssa tersenyum

"Hmm Man ini saya ada rezeki buat kamu. Engga besar sih tapi cukuplah untuk sekedar beli susu formula anakmu" Alyssa memberi Nurman uang. Nurman sudah beberapa kali menolak, pasalnya bukan hanya kali ini aja Alyssa memberinya uang. Bahkan hampir setiap bulan Alyssa memberinya uang.

Kehidupan Nurman yang membuat hati Alyssa tergerak untuk selalu membantunya, ya walaupun usahanya tak seberapa tapi cukup buat hidup mereka. Nurman hidup serba kecukupan. Ia memiliki 3 anak dan tinggal dipinggiran kota. Ketiga anaknya masih di bawah umur apalagi istrinya baru melahirkan. Alyssa merasa kehidupan Nurman sama dengan yang ia alami dulu, berjuang untuk menghidupi anak.

"ALYSSA GLYN!!!" Teriakan memekakan telinga berasal dari ujung pintu membuat Alyssa menoleh. Nurman melihat beberapa atasannya sudah kembali datang langsung berpamitan setelah berterimakasih kepada Alyssa

"Apasih Cal. Ini masih pagi. Lagian ini juga di kantor bukan di hutan, kenapa harus teriak-teriak segala sih kaya Tarzan aja" Alyssa memfokuskan dirinya pada layar komputer di hadapannya.

Calys melebarkan matanya 'WHATTTTT? TARZAN? HELL!!!!' "iiiishhhhh Jahat banget! Masa udah cantik wangi gini disamain sama Tarzan sih!" Calys meregut. Alyssa hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Calys

"Oh ya Cal, gimana tadi Meetingnya? Kok selesainya cepat banget?" Calysta berjalan lalu menarik bangku dan duduk di sebelah Alyssa.

"Tadi hanya penyerahan konsep yang kita kumpulin beberapa waktu yang lalu. Nih Map kamu, tadi si Bossnya absen. Jadi tidak terlalu penting, apalagi pemipin Meeting tadi itu Celine. Hufttt aku kira Meeting kali ini bakal dihadiri si Boss, kan lumayan cuci mata" Calysta melamun sambil membayangkan Boss tampannya itu.

"Kamu sangat menyukainya?" Pertanyaan Alyssa seperti pertanyaan aneh bagi Calys

"Yaiyalah! Boss setampan Dia masa tidak ada yang suka? Cuma orang yang mengalami kelainan yang nggak tertarik sama Dia!" Jawaban calys di tanggapi anggukkan oleh Alyssa

"Maksudmu aku ada kelaninan?" Fokus Alyssa masih pada layar Komputernya. Sedangkan Calysta masih asik melamun, membayangkan sosok Bossnya itu.

"IYA! Jujur, aku masih tidak mengerti sama kamu. Kok bisa sih kamu tidak punya rasa tertarik sama si Boss? Atau perasaan lebih misalnya? Nih ya, kamu tuh aneh banget. Disaat hampir seluruh pegawai menyukainya tapi kamu malah sebaliknya" Alyssa memutar kursinya, jadi posisinya menghadap Calysta

"Cal, soal hati itu tidak bisa dipaksa. Kalau kamu mengira aku tidak punya rasa sama Dia, kamu salah. Aku punya rasa tapi rasa yang aku suka berbeda dengan rasa yang kamu miliki untuknya. Rasa hormat dan rasa mengaggumi antara pegawai dan atasan. Hanya sebatas perasaan itu, tidak lebih. Lagipula, aku cukup sadar diri, Dia terlalu jauh untuk digapai. Ya kamu tahu kan maksudku?" Calysta terdiam, perkataan Alyssa memang ada benarnya

"Jadi perasaan aku ini salah?"

"Tidak, sama sekali tidak ada yang salah. Setiap orang berhak memiliki perasaan lebih kepada siapapun. Hanya saja kamu harus lebih mengerti perasaan apa yang sebenarnya kamu miliki, perasaan Cinta atau hanya sebatas perasaan terobsesi karena parasnya?" Calysta mencerna dengan baik perkataan Alyssa.

"Terus aku harus bagaimana? Aduh aku galau" Calysta menutup wajah dengan kedua tangannya

"Pahami dulu perasaanmu. Kalau kamu sudah mengerti pasti kamu tahu apa yang harus kamu lakukan." Calytsa membenarkan perkataan Alyssa.

"Aaaaahhh Alyssa! You're the Best!"Calysta memeluk erat tubuh Alyssa.

Sudah tidak heran kalau pegawai wanita mengaggumi sosok Bossnya itu. Bossnya itu memang sudah terkenal dengan parasnya yang tampan, dan kharismatik yang dimilikinya membuat wanita berlomba-lomba memujanya. Hampir setiap hari Alyssa mendengar obrolan tentang Bossnya. Contohnya seperti "Menurutmu hari ini dia pakai Mobil apa? Pakai tuxedo warna apa? Pantoufel brand apa?"dan sebagainya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Bossnya akan menjadi topic yang menarik untuk dibahas oleh mereka. Mungkin hanya Alyssa dan pegawai yang bersuami saja yang tidak tertarik. Bukan Alyssa sombong atau sok. Tapi memang Alyssa tidak tertarik, memikirkan kehidupannya saja membuat Alyssa pusing apalagi kalau ditambah memikirkan soal Bossnya itu. Nanti dulu

"Ngomong-ngomong kamu kenapa telat? Kamu tidak ketinggalan Busway lagi kan?" Alyssa menghembuskan nafasya berat sambil melirik High Heels yang teronggok di bawah meja kerjanya. Calysta mengikuti arah pandang Alyssa

"Ya ampun!!! Lagi-lagi soal Heels?!" Calysta memang sering membujuk Alyssa untuk membeli sepatu yang bermerk. Bukan apa-apa hanya saja Calysta gemas dengan High Heels Alyssa yang sering rusak. Calysta pernah mencoba memberi Alyssa sepatu dari brand Valentino. Tapi Alyssa menolak dengan alasan di atidak pede memakainya. Alasan Klise...

"Pokoknya setelah jam kerja selesai, kamu harus ikut Aku! Kita beli sepatu baru buat ganti sepatu yang udah abal-abal itu! " Alyssa mengernyitkan dahinya, sebelum Alyssa protes Calysta sudah lebih dulu memandangnya galak. Baru saja Alyssa ingin berbicara tiba-tiba Calysta membentaknya

"APA??? Mau nolak lagi? Tidak! Kali ini Aku tidak mau dengar penolakan kamu, apalagi alasan kamu!" Alyssa mengerjapkan matanya, lalu menghembukan nafasnya pelan.

"Maaf Cal, hari ini waktu pulang sekkolah Jade tidak tentu, kalau aku ikut kamu, lalu ketika dia sampai Apartemen tapi tidak ada aku dan nyariin aku gimana? Kan kasihan" Calysta mengerucutkan bibirnya. Alyssa selalu saja menolak ajakannya. Padahal banyak teman-temannya yang merengek meminta Calysta meluangkan waktunya hanya untuk mengajaknya pergi berbelanja.

"Ya sudahlah kalau kamu nggak mau. Oh ya, tunggu sebentar!" Calysta bergegas ke meja kerjanya, berjongkok mengambil sesuatu dilaci mejanya. Alyssa memperhatikan apa yang sedang dilakukan Calysta. Calysta kembali ke meja Alyssa sambil membawa satu kotak berukuran Medium.

Kerutan di dahi Alyssa semakin bertambah ketika Calysta menyerahkan kotak itu ke tangan Alyssa "Apa ini Cal?"

"Kali ini tidak apa-apa kamu menolak ajakan ku, tapi kamu harus terima ini!" Calysta tersenyum sambil melipat tangannya di dean dada. Tangan Alyssa bergerak membuka kotaknya dan seketika Alyssa terbelalak kaget melihat isinya

"Cal....i...in..ini?"

"Buat Kamu! Di pake! Dan jangan nolak LAGI!" Calysta sengaja menekan kata terakhir. Alyssa tersenyum. Calysta ternyata memberi Alyssa sepasang sepatu dari salah satu koleksi Brand ternama Christian Louboutin sekarang dia tidak akan bisa menolak pemberian Calysta

"Sepatu itu sudah lama aku simpan di meja kerja ku! Aku sengaja menaruhnya disana karena aku memiliki feeling kalau suatu saat kamu pasti akan membutuhkannya. Dan ternyata dugaanku benar" Calysta tersenyum memerkan deretan giginya yang tersusun rapi. Alyssa mencoba sepatunya

"Gimana? Pas atau tidak?"

"Enak. Ukurannya juga pas. Thank you so much Caly" Alyssa meliuk-liukan kaki jenjangnya, dan memeluk Calysta

*******

Jam kerja Alyssa pun berakhir. Alyssa bersiap-siap untuk pulang. Ia melirik jam ditangannya 04.30 PM. Biasanya Alyssa pulang pukul 04.00 PM. Tapi hari ini kerjaannya sedang menumpuk, jadi terpaksa ia harus pulang telat.

Ketika Alyssa sedang merapikan kertas-kertas yang berserakan di atas mejanya, Calysta datang menghampirinya.

"Kau yakin tidak mau ikut aku berbelanja?"

Alyssa menjawab tanpa menoleh ke arah Calysta. Alyssa sedang memback-up komputernya

"I'm so sorry, next time pasti aku ikut"

"Ya sudah. Kalau gitu kamu pulang bareng aku aja. Sekalian aku juga lewat sana" Alyssa mengangguk dan mengambil Hand Bag dan Plastik yang berisi sepatunya yang rusak.

"Yuk! Buruan! Aku sudah telat nih, Aku takut Jade nunggu" Alyssa berjalan tegesa-gesa meninggalkan Calysta di belakangnya.

"Dasar ibu-ibu! Ribet banget sih!" Calysta menggerutu sambil mensejajarkan jalannya dengan Alyssa.

*******

Selama perjalanan pulang, Calysta dan Alyssa membicarakan soal Project iklan yang mereka tangani.

"Oh ya Al. tadi waktu Meeting Mr. Robert bilang kalau Konep yang akan kita buat ini akan diserahkan langsung ke Perusahaan Pusat, Dalas Group!" Calysta berbicara sambil terus fokus kepada kemudinya.

"Tumben? Biasanya cuma sampai di tangan Direktur Utama Hotel aja"

"Nah! Makanya itu, semoga aja ya konsep kita disetujui. Apalagi dengar-dengar yang memeriksa konsepnya itu adalah CEO Dalas Group nya langsung!" Calysta menceritakannya dengan menggebu-gebu

"Ya sudah kita berdo'a saja semoga Project kita ini berjalan lancar, dan omzet Hotel kembali meningkat" Calysta mengangguk.

"Al. Kamu kenapa sih tidak pernah mau pergi Hangout, Shopping or Everything the woman do? Kamu tuh sesekali harus refreshing Al. Settiap hari Kamu kerja, lalu pulang kerja langsung bersih-bersih Apartment. Kalau terus menerus aktivitasmu seperti itu, kapan kamu memiliki waktu buat dirimu sendiri? Coba sesekali kamu pergi ke Mall, manjain diri kamu dengan hal-hal yang girly. Percaya deh otak Kamu akan langsung fresh dan kamu pasti merasa senang setelahnya! bahagianin diri sendiri kan tidak ada salahnya juga" kalimat panjang Calysta hanya dibalas dengan senyuman oleh Alyssa.

"Hidup tidak selalu soal kebahagiaan diri sendiri Calysta. Aku selalu teringat perkataan kakek ku 'Buang kebahagiaan mu kalau kamu ingin bahagia dikemudian hari' Dan aku sedang menerapkan itu dalam kehidupanku" Calysta diam, mencoba memahami arti kalimat yang diucapkan Alyssa

Alyssa melanjutkan kata-katanya "Lagi pula aku sepertinya tidak butuh yang kau sebutkan tadi karena saat ini Aku sudah cukup merasa bahagia dengan hidupku sekarang. Memiliki Jade dalam hidupku itu adalah kebahagiaan yang tidak terhingga, kebahagiaan yang belum pernah Aku rasakan selama ini, karena bahagia itu tergantung orang itu sendiri Cal, tapi yang aku tahu, cukup bersama orang yang kamu sayang pasti kebahagian itu bisa kamu rasakan" Mobil Calysta berhenti di depan gedung Apartemen yang Alyssa huni. Tidak mewah tapi cukup nyaman untuk di tempati.

"Makasih tumpangannya ya Cal. Kamu hati-hati nyetirnya. Anyway, sekali lagi terima kasih sepatunya" Baru saja Alyssa hendak membuka pintu mobil tiba-tiba Calysta memegang tangan Alyssa.

"Eh!!! Tunggu dulu! Aku ingin bertanya" Alyssa mengurungkan niatnya, ia menoleh ke arah Calysta yang tampak bingung.

"Aku tidak mengerti sama Quotes yang tadi kamu katakan itu. Bisa kamu jelaskan?" Alyssa tersenyum, tangannya menggenggam tangan Calysta

"Tanpa harus aku jelaskan suatu saat nanti kamu pasti akan mengerti dengan sendirinya. Sampai ketemu besok di kantor Cal" Alyssa keluar dari mobil Calys dan berjalan memasuki gedung Apartemennya. Calysta masih berdiam diri meresapi perkataan Alyssa

"Huffftttt" Calysta menghidupkan mobilnya dan berlalu

*****