webnovel

New Trouble

Alyssa's Apartment, Singapore

Alyssa dan Jade sedang menonton tv bersama. Aktivitasnya dilakukan di dalam Apartment. Kadang Jade mengeluh, ia ingin sekali menghirup udara segar. Terkurung dalam ruangan ini membuatnya jenuh. Ia hanya bisa menatap pemandangan kota dari jendela, sangat membosankan. Alyssa bukan tidak tahu kalau anaknya merasa jenuh. Hanya saja Alyssa tidak mau Jade kenapa-kenapa. Masih terlalu dini untuknya menghadapi media yang sangat mengerikan itu. Tidak baik untuk psikisnya.

Semenjak kepulangannya dari Canada banyak paparazzi dan pers yang gencar mencari mereka. Alyssa memutuskan untuk mengambil cuti kerja dan Alyssa sampai menghubungi sekolah agar Jade mendapat izin.

"Sampai berapa lama kita seperti ini Mom?" Jade menatap kosong layar televisi di hadapannya. Tangan Alyssa yang sedang mengetik diatas keyboard MacBook terhenti. Alyssa menatap nanar Jade.

"Sampai situasinya membaik" Jade memanyunkan bibirnya. Jawaban yang Jade dengar untuk kesekian kalinya. Alyssa kembali berkutat dengan MacBooknya. Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Mom" Jade memfokuskan dirinya pada Alyssa. Alyssa hanya menjawab dengan deheman.

"Sebenarnya ada apa antara Mommy dengan Uncle Drew? You in relationship with him? Maybe like a couple?" Jade bertanya takut-takut. Alyssa terdiam sesaat

"Tidak ada hubungan apa-apa. We're just partnership. He is my boss and I am his Staf. So? Don't expect too much" Jade membaringkan tubuhnya disofa sambil memainkan ponsel milik Alyssa.

"Mommy menyukainya?" Jade mengalihkan wajahnya dari ponsel lalu menatap Alyssa. Alyssa hanya menggelengkan kepalanya.

"Tapi sepertinya dia menyukaimu. Aku bisa liat itu dari matanya. Apa kau tidak menyadarinya?" Alyssa benar-benar tertegun kali ini. Belum sempat Alyssa menjawab, ponsel di tangan Jade berdering.

"Mom!!!! Uncle Itan is calling you" Alyssa terbelalak. Tristan menelponnya? Tumben sekali.

"Ekhem Ekhem Test 1 2 3" Jade mengetest suaranya. Berdehem untuk melancarkan tengorokannya. Alyssa baru saja hendak merebut ponselnya tapi Jade lebih dulu menjauhkannya

"Mom! Please shut up!" Jade mengangkat teleponnya. Alyssa bangkit menuju mini bar. Ia mengambil minum sambil memperhatikan Jade yang asik dengan teleponnya.

Tiba-tiba Bel pintu Apartmentnya berbunyi. Alyssa berjalan membuka pintu. Di hadapannya berdiri kurir yang sedang memegang sebucket bunga dan menyerahkan kertas untuk Alyssa tanda tangan. Selepas kepergian kurir itu, Alyssa membuka surat yang terselip

Long time no see Darl. Aku sangat merindukan mu, merindukan tawa mu, merindukan kamu yang berada di dekat ku. Aku rindu semuanya yang ada pada dirimu. Jangan pernah pergi dari ku lagi. Aku berjanji, aku akan berjuang mendapatkan mu kembali. Aku bersumpah. Dan pada saatnya nanti tidak akan ada yang bisa merebutmu dariku. Jadi persiapkan dirimu dari sekarang. Love you♥

Your love

Alyssa mengerutkan dahinya. Ia memasukan Surat tadi kedalam saku celananya. Siapa pengirimnya?

Ia berjalan ke kamar meninggalkan Jade yang masih asik teleponan dengan Tristan.

*****

Andrew's Mansion, Nevada. USA

Andrew sedang duduk di pinggiran Swimming Pool sambil menatap Sunrise di hadapannya. Pikirannya menerawang jauh.

Sudah 3 hari ia mengasingkan dirinya disini, urusan kantor ia serahkan pada Ken untuk sementara. Gerald dan Terry sudah kembali ke Vancouver sejak hari itu juga, itupun atas permintaan Andrew. Ya kasarnya Andrew mengusir orang tuanya. Biarlah ia dianggap anak durhaka. Karena saat itu hingga sekarang ia butuh waktu sendiri, benar-benar sendiri. Ia ingin menjernihkan otaknya. Belum lagi ia juga harus menyelesaikan soal berita dirinya yang sudah tersebar...

Teringat kata-kata Alyssa saat di Villa membuatnya marah. Ditambah mengenai hubungan Tristan dan Alyssa. Sungguh Andrew tidak mengerti mengapa ia tidak suka mendengar itu semua. Dan Andrew sampai sekarang masih tidak mengerti ada apa dengan dirinya, sebelumnya ia tidak pernah seberantakan ini. Perasaan sedih, sakit, bingung. Semuanya menyatu menyerangnya. Andai saja ada obat yang bisa menghilangkan itu semua...

Dan semalam Andrew kembali memipikan wanita yang selalu membayanginya, yang ebih engejutkannya lagi, ternyata wanita itu adalah ALyyssa! Sungguh, Andrew baru sadar kalau selama ini Alyssa yang selalu muncul di alam mimpinya, padahal ia yakin, kalau sebelumnya ia tidak pernah bertemu dengan Alyssa. Ada apa dengan ini semua?

Ketika Andrew sibuk dengan pikirannya. Tiba-tiba ponsel Andrew berdering. Nama Ken tertera dilayar ponselnya. Dan ia berdecak. Berulang kali Ken menghubunginya tapi diabaikan oleh Andrew . Sampai akhirnya Ken mengirim pesan singkat.

From: Ken

To: Andrew

Jawab panggilanku sialan! Jika tidak, aku tidak akan segan-segan menghancurkan kantor mu saat ini juga!

Andrew menaruh coffé yang sedang digenggamnya. Ketika Ken menghubunginya kembali, Andrew menjawabnya dengan malas. Ia benar-benar sedang tidak ingin diganggu!

"You're fuckin' Jerk!!! Kembali sekarang juga ke kantormu!!!" Andrew menjauhkan ponselnya ketika mendengar teriakan Ken dari sebrang telepon.

"Kau bukan anak kecil lagi yang harus ku beri arahan untuk mengurus kantor ku! Mengapa kau begitu berisik seperti Wanita lebay! Kalau kau butuh sesuatu kau bisa mengandalkan Ben! Sudahlah! Kau mengganggu waktu ku saj.." belum sempat Andrew memutus sambungan teleponya. Ken sudah lebih dulu berteriak

"Dia disini!!! Demi tuhan Andrew mengapa kau tidak memberitahuku dari awal kalau dia akan datang!!!" Andrew mengerutkan dahinya. Dia? Siapa yang Ken maksud?

"Aku tidak mengerti apa maksudmu! Dia siapa?"

"God!!! Jangan membuat kesabaranku habis Drew! Cepat kembali! Nanti kau akan tahu kalau kau berada disini! Aku tidak mau tahu! Sekarang juga kau kesini!!!"

Tanpa menunggu jawaban Andrew. Ken langsung memutuskan sambungan teleponnya. Andrew berdecak kesal, ada apa lagi sih? Mengapa tidak ada satupun yang membiarkannya tenang barang sebentar saja?

Andrew menghubungi Frank. Ia memerintahkan Frank untuk menyiapkan Helikopter karena 1 jam lagi ia akan kembali ke Manhattan.

*****

Starbucks, Orchard Road. SG

Saat ini Calysta dan Alyssa sedang berada di Starbucks. Awalnya Alyssa menolak karena ia tidak ingin tertangkap paparazzi. Tapi dengan bujuk rayu Calysta akhirnya ia pun menyetujuinya walaupun harus memakai sunglasess agar tidak ada yang mengenalinya. Calysta mengajak Alyssa pergi karena kebetulan Jade juga sedang pergi dengan Tristan. Dari pada bosan lebih baik refreshing kan?

Alyssa bercerita banyak mulai dari seminggu di Manhattan, awal mula bisa tertangkap media di airport sampai soal Bucket bunga dan juga surat yang beberapa jam yang lalu ia terima.

"Maybe it's from your ex-boyfriend?" Alyssa menggeleng mendengar pertanyaan Calysta.

"Hmmm or from..." perkataan Alyssa terpotong ketika ada suara yang memanggilnya

"Aunty Cal? Mom?" Calysta dan Alyssa menoleh ke kanan ketika mendapati Jade tidak jauh darinya sedang dirangkul oleh Tristan berjalan kearahnya.

"Sepertinya ada yang sedang bahagia bisa jalan-jalan" Calysta menggoda Jade. Alyssa tersenyum mendengarkan cerita Jade yang begitu excited karena bisa menaiki seluruh wahana di Universal Studio

"Thank you Trist." Tristan mengangguk lalu duduk disamping Alyssa dan berhadapandengan Calysta. Tristan dan Calysta seperti terlihat canggung satu sama lain, jelas! Karena ini pertama kalinya calysta berada dekat dengan Tristan di luar Jam kantor.

"Oh iya. Trist kau tahu kan? Dia.."

"Calysta. I know" Tristan tersenyum singkat lalu ia mengeluarkan ponselnya. Tidak menyadari kalau perkataannya bisa membuat hati Calysta berbunga-bunga. Oh my god! Mimpi apa dia semalam? Ia tidak menyangka kalau boss nya mengetahui namanya

Alyssa melirik ke arah Calys. Calysta hanya menunduk sambil memainkan ponselnya. Lalu melirik ke arah Tristan yang juga sedang asik dengan ponselnya. Suasana begitu awkward.

Dan ketika memperhatikan gerak gerik Calysta. Berulang kali Alyssa menangkap basah Calysta yang melirik Tristan diam-diam sambil tersipu malu, begitupun Tristan yang diam-diam melirik Calysta walau hanya sebentar. Hmmm sepertinya ada sesuatu yang tidak aku ketahui...

"Ekhem" Alyssa sengaja berdehem untuk memecahkan keheningan diantara mereka.

"Sudah siang. Kalau begitu aku dan Jade akan kembali ke Apartment." Tristan sudah siap-siap bangkit

"Biar aku antar, ayo!" Tristan menggenggam pergelangan tangan Alyssa. Alyssa terkejut, lalu ia melirik ke arah Calysta. Tatapan Calysta berubah sayu ketika melihat Tristan menggenggam pergelangan tangan Alyssa. Alyssa refleks menghempaskan tangan Tristan.

"Tidak usah. Aku bisa naik taxi. Thanks ya Tan sudah mau menemani Jade jalan-jalan. Cal thanks juga Coffé-nya." Alyssa menyampirkan slingbag nya sambil mengedipkan matanya ke arah Calysta. Calysta menggerutu ke arah Alyssa. Mengapa Alyssa meninggalkannya sih! Ia bisa mati kutu disini! Argggh! Apa yang harus ku lakukan! Awas aja kau Lys!

"Uncle terima kasih bukunya" Jade mengacungkan GoddyBag ditangannya.

"With my pleasure" Tristan Mengacak-ngacak rambut Jade sayang.

"Ok, come on Jade. See you guys. Bye!"

Di meja tersisa Tristan dan Calysta. Calysta tak henti-hentinya merutuki Alyssa yang meninggalkannya. Sungguh Calysta benar-benar merasa ingin menenggelamkan diri ke dasar bumi saat ini juga.

Calysta melirik ke arah Tristan. Tristan hanya fokus pada ponselnya. Calys menghela nafas berat. Calys kemudian bangkit perlahan. Itu semua tak luput dari perhatian Tristan

"Mau kemana?" Pertanyaan Tristan membuat Calysta hampir saja melempar gelas tumblr di tangannya.

"Pardon?"

"Aku tanya. Kamu mau kemana?" Calyst menelan ludahnya susah payah. Tatapan Tristan begitu tajam tapi berhasil membuat Calysta tersipu malu.

"Saya...Hmmm...saya" Calyst meringis, mengapa mulutnya jadi kelu seperti ini?. Tristan melirik Rolex ditangannya.

"Masih siang. Mau temani aku ke Debenhams? Bantu aku cari Suit" Calysta kali ini benar-benar terperangah. Demi apa??? Tristan mengajaknya jalan? Gila! Dalam mimpi pun Calys tidak pernah berani membayangkannya!

"Gimana?" Calysta tersadar dan langsung menganggukan kepalanya. Jantungnya sudah berdetak sangat cepat. Oh my...

******

Ken duduk sambil memperhatikan wanita cantik yang sejak awal kedatangannya meneliti ruangan Andrew.

"Buat apa kamu kembali lagi?" Ken berusaha tenang walaupun dalam hatinya sudah sangat kesal dengan wanita ini.

"Karena Andrew butuh aku" Wanita itu berjalan ke arah Ken lalu membalikan tubuhnya agar bisa bertumpu pada meja kerja Andrew.

"Dia sama sekali nggak butuh kamu! Kamu yakin Andrew akan senang melihatmu lagi? Aku yakin dia pasti akan langsung mengusirmu" Wanita itu tertawa sinis.

Dilain tempat.....

Andrew baru saja tiba di Manhattan dan langsung pergi menemui Ken. Jujur saja ia memiliki feeling yang tidak baik. Tapi semoga saja tidak ada hal buruk.

Ben tergopoh-gopoh ketika melihat boss nya berjalan memasuki Lift.

"Apa perlu saya siapkan Suit untuk Anda, Sir? " Pakaian Amdrew sangat santai. Ben tahu pasti atasannya ini sangat terburu-buru.

"Tidak perlu. Saya tidak akan lama" Jawab Andrew dingin. Ya Andrew memang seperti itu. Dia tidak pernah bisa berkata dengan nada sedikit bersahabat kepada orang lain. Kecuali dengan orang-orang tertentu.

'TING'

Pintu Lift terbuka dan seketika tubuh Andrew menegang. Andrew berjalan dengan pelan. Tas ditangannya menjadi korban akibat genggaman tangan Andrew yang sangat kencang. Matanya tidak luput dari sosok wanita yang sedang berdiri tidak jauh darinya.

Wanita itu berjalan dengan berbinar-binar sambil sedikit meliuk-liukan tubuhnya. Ben terpana melihat kecantikan wanita itu. Sedangkan Ken menghela nafas lega. Kalau saja Andrew terlambat, ia bisa saja mengusir dan menyeret wanita itu pergi. Ken sudah terlalu muak!

Wanita itu memeluk tubuh Andrew yang kaku. Andrew sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun selain rahangnya yang mengeras.

"Nice to meet you again Baby. I miss you so much. Aku datang untuk membantu mu. Jadi jangan usir aku sebelum aku jelasin maksud kedatangan ku ini" wanita itu berbisik kearah Andrew. Ken sedikit kesal dengan Andrew. 'Mengapa sahabatnya itu tidak langsung saja mengusir wanita ular itu. Dan malah terdiam seperti orang idiot.'

"Lebih baik kamu pergi sekarang! Andrew baru saja sampai" Ken sudah gatal ingin berkata kasar.

"Keluar!" Andrew akhirnya buka suara. Ken tersenyum sinis

"Can you hear that? He wants you to go" Wanita itu masih bergelayut manja memeluk leher Andrew.

"Tinggalkan aku dan wanita ini!" Ken shock. Apa-apaan ini?!

"Man! Are you..." belum sempat Ken bertanya Andrew sudah lebih dulu menatapnya tajam. Ken kesal. Ia bangkit dan langsung meninggalkan mereka berdua tanpa mangucapkan sepatah katapun.

*****

Keesokan harinya....

Publik dikejutkan oleh berita perihal kehadiran wanita yang mengaku sebagai kekasih Andrew.

Ken berjalan menghampiri Andrew yang sedang duduk di sofa ruangannya. Ken melemparkan Newspaper ke arah Andrew

"Aku tidak tahu apa maksud kalian. Tapi satu yang aku tahu. Ini sudah berlebihan" Andrew membacanya dengan santai

"Oh ini. Kau tenang saja. Ini hanya sementara. Aku sengaja meminta dia untuk mengecoh media" Ken berdesis sinis.

"Menutup rumor lama dengan menimbulkan rumor baru. Dangkal!" Rahang Andrew mengeras. Ken menantang Andrew

"Kenapa? Benar kan? Bertindak tidak pakai otak itu namanya dangkal! Sejak kapan kau begitu ceroboh? Ingat Drew! Kau mungkin bisa mengendalikan orang-orang disekitar mu, tapi tidak dengan publik! Di luar sana, banyak mata dan telinga yang menilai dirimu dengan pandangan berbeda! Satu tindakan salah, fatal akibatnya!"

"Cuma ini satu-satunya cara agar mereka berhenti menggosipkan aku dan juga Alyssa!" Andrew melemparkan koran di tangannya dengan kencang.

"Tapi bukan dengan membuat gossip baru Drew! sebenarnya kau ini Enterpreneur atau penebar gossip?!"

"Lalu apa kau punya cara? Tidak kan? jadi, dari pada kau terus menceramahi ku lebih baik kau diam saja! aku yang akan mengurus semuanya!" Andrew pergi dengan amarah yang masih bergerumul di dalam hatinya."

"Apa kau masih mencintainya?" Pertanyaan Ken membuat Andrew menghentikan langkahnya

"'You'll happy if you read it' bukan kah itu yang kau katakan saat memintaku membaca inbox email dari mu? Dan kau benar! Aku bahagia! Jadi berhenti ikut campur urusanku! Satu lagi, lebih baik kau kembali ke Washington, kau sudah terlalu lama meninggalkan perusahaanmu" Ken berdecak sinis lalu berjalan menghampiri Andrew

Ya saat itu Ken memang hanya iseng memberi tahu Andrew mengenai berita berakhirnya hubungan Sarah dengan Nico dan kemungkinan akan kembali pada Andrew, Ken melakukan itu semata-mata hanya ingin menggoda Andrew yang pernah memiliki perasaan terhadap Sarah, tapi Ken tidak menyangka kalau Andrew akan menanggapinya dengan serius, seperti saat ini.

"Jangan kau kira aku seperti ini karena aku hanya memperdulikan reputasi mu Drew! Karena disini yang jadi taruhannya adalah reputasi Dalas Group. Tapi kalau kau meminta ku untuk tidak ikut campur, baik! Kau urus saja masalah ini sendiri! Dengan satu hal, aku tidak ingin para investor dan kolega bisnis kita menarik sahamnya atau memutuskan kontrak kerja sama dengan Dalas Group!" Andrew mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih.

"May Enjoy your business!!!" Andrew menekan setiap katanya

"Okey. See you again, Louser!" Ken menepuk bahu Andrew sambil mengejeknya

Emosi Andrew sudah tak terkendali, ia memecahkan beberapa Crystal yang terpajang di atas meja sofa. Ia butuh tempat utnuk meredakan emosinya. Andrew pergi dengan tergesa-gesa. Ben mengikutinya dengan takut-takut, ia paham pasti kondisi hati Bossnya sedang tidak baik.

"Ben saya ingin kau me-Reschedule jadwal meeting saya, saya tidak ingin menerima laporan apapun hari ini" sebelum memasuki mobil Andrew sudah memperingati Ben lebih dulu

"Baik Sir"

"Frank, kita ke Marine Bar sekarang!" Frank mengangguk

****

Marine bar

Andrew sedang menyesap wine sambil di temani wanita di sampingnya. Pikirannya sedang kacau, Andrew sendiri tidak tahu harus berbuat apa.

"Sudah lama ya, Bar ini tidak banyak berubah, masih tetap seperti 14 tahun lalu" wanita di samping Andrew terus berbicara namun di acuhkan Andrew.

"Kamu masih marah sama aku? Aku harus berapa kali menjelaskannya agar kau mau mengerti dan memaafkan ku?" Wanita itu mengelus dada Andrew, refleks Andrew menepis tangan lentik itu. Wanita itu terkejut luar biasa, tak jauh dengan wanita itu, Andrew sendiri pun sama terkejutnya. ia tidak bermaksud melakukan itu hanya saja Andrew merasa sedikit kurang nyaman.

"Drew...." Andrew meringis dalam hati melihat ekpresi wanita itu

"Aku tidak bermaksud bersikap kasar, hanya saja kau sudah melebihi batas" Wanita itu terdiam. Aneh sekali dengan Andrew, dulu ia tidak pernah menolak jika disentuh olehnya. Andrew kembali menyesap wine ditangannya. Dering ponsel disaku celana membuat Andrew mengerang kesal.

'Senang dengan kedatangan wanita mu? Berterimakasih lah padaku, karena berkat aku akhirnya kau bertemu dengannya lagi.'

Andrew mengenyit membaca pesan singkat yang dikirim oleh Unknown Number itu. Lama mencerna baruah Andrew mengerti, ia menoleh e arah wanita di sampingnya.

"Apa maksudnya ini?" Andrew menunjukkan isi pesan itu kepada wanita di sampingnya. Wanita itu diam namun tidak menunjukkan ekspresi apapun sehingga membuat Andrew gemas.

"JAWAB AKU SARAH!!! Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan? Siapa orang yang bekerja sama dengan mu?" Andrew memegang bahu Sarah. Sarah adalah wanita yang pernah ada di masa lalu Andrew lebih tepatnya kekasih Andrew yang sangat Andrew cintai. Karena saking cintanya kepada Sarah, Andrew rela melakukan apa saja demi Sarah. Tapi itu dulu sebelum Andrew bertemu dengan sosok gadis di dalam mimpinya....

"Sakit Drew!" Andrew melepaskan tangannya tapi tatapan Andrew tidak lepas dari wanita di hadapannya

"Dari awal aku sudah menduga kalau kamu tidak mungkin tiba-tiba datang kepadaku kalau kau tidak memiliki maksud tertentu. Sekarang beritahu aku! Setelah sekian lama kamu pergi, Apa yang membuat kamu kembali muncul di hadapan ku lagi? Apa kamu datang karena mendengar gossip yang memberitakan aku dengan wanita lain lalu kamu berencana ingin mengambil keuntungan dari ini semua???" wanita itu terbelalak mendengar pertanyaan terakhir Andrew

"Tidak! Karena beberapa hari yang lalu aku datang ke kantor mu tapi saat itu kamu sedang tidak ada di kantor, aku hanya bertemu Tristan. Apa Tristan tidak memberitahumu? Kalau kamu mengira aku datang karena berita itu kamu salah! Karena aku benar-benar ingin bertemu dengan mu lagi tanpa ada niat apapun! kalau aku datang lagi setelah mendengar berita itu kamu benar, tapi itu karena aku benar-benar ingin membantumu! Dan sejujurnya aku cemburu! Aku muak mendengar berita itu selama beberapa hari! Makanya aku berinisiatif membuat berita tentang kita agar berita itu tidak ada lagi! Karena satu-satunya wanita yang boleh bersama mu itu adalah aku! AKU ANDREW! HANYA AKU!!!" Andrew lemas, ia terkejut luar biasa. Sedangkan Sarah sudah menangis sambil menunduk.

Andrew menekan layar ponselnya dengan cepat, ia berusaha menghubungi Tristan namun tidak diangkat. Andrew berniat menghubungi Ken tapi ia teringat kejadian beberapa jam yang lalu di kantornya. Ia menghubungi Frank.

"Saya akan ke Singapore untuk waktu yang tidak di tentukan! Perisiapkan semuanya" Selepas memutuskan sambungan teleponnya, Andrew bangkit berdiri. Sarah menahan siku Andrew namun ditepis kasar oleh Andrew

"Don't dare you come near me! Stay Away from me!" Andrew meninggalkan Bar dan juga sarah sendiri.

"Liat aja! Kamu nggak tahu siapa aku sebenarnya Drew! Kamu pikir kamu tahu segalanya yang terjadi di masa lalu? Cih, disini akulah pemegang kuncinya! Aku pastikan kamu berada digenggamanku!"

*****