webnovel

Everything will be okay, isn't it?

John F. Kennedy Airport. USA

Satu minggu setelah menerima konfirmasi dari perusahaan pusat bahwa konsepnya diterima. Tristan beserta jajaran direksi hotel langsung bertolak ke Manhattan.

Alyssa dan Jade berjalan dibarisan paling belakang. Rombongan mereka dikelilingi beberapa bodyguard. Jade mantap satu-satu orang itu dengan tatapan takut.

"Mom apakah orang penting selalu seperti ini? Diikuti orang-orang berpakaian serba hitam, bertubuh kekar dan berwajah seram?" Jade berbisik ke telinga Alyssa dengan takut-takut. Alyssa tersenyum mendengar pertanyaan putrinya ini. Jade masih sangat polos.

"Itu sudah menjadi tugasnya. Mereka di bayar untuk melindungi" Jade bergidik. Jade semakin merapatkan tubuhnya pada Alyssa. Alyssa merangkul Jade dan sesekali mengecup puncak kepala Jade.

Rombongan sudah memasuki mobil masing-masing meninggalkan bandara dan menuju Hotel.

*****

Andrew saat ini sedang berada di Mansion orang tuanya yang terletak di kota Vancouver. Sudah hampir 2 bulan ia tidak mengunjungi orang tuanya.

"Bagaimana hasil Meeting di Rumah Sakit tadi? Apa saja yang menjadi pokok permasalahannya" Gerald bertanya kepada Andrew. Andrew berjalan ke arah sofa sambil membawa botol wine dan gelas sloki.

"Cuma ada sedikit kendala di Tenaga Medis. Aku udah menyuruh Dr. Ryan untuk merekrut dan menyeleksi beberapa Perawat yang terbaik agar pasien dapat pelayanan yang maksimal." Andrew menyesap Wine nya sambil memilah milih chanel TV.

"Lalu, project cabang Dalas Hotel yang di Singapura itu gimana?" Tanya Gerald sambil meminum Teh nya.

"Terakhir info dari Ben, Hari ini jajaran Direksi dan Staff tiba di Manhattan" Gerald hanya menganggukan kepalanya.

Gerald memang sudah pensiun sejak 7 Tahun yang lalu dari dunia Bisnis. Kini saatnya Gerald istirahat dan digantikan dengan putra tunggalnya yaitu Andrew. Gerald ingin menghabiskan masa tuanya dengan sang istri. Sebelum Andrew menjadi CEO Dalas Group. Andrew hanya menghandle 1 anak perusahaan yang berlokasi di Brooklyn. Tapi kini Andrew sudah diberi kepercayan sepenuhnya untuk menghandle Dalas Group. Sungguh tugas yang bukan main-main. Maka dari itu, Hampir 98% waktunya dihabiskan dengan bekerja. Andrew benar-benar memprioritaskan pekerjaannya dari apapun. Ya walau tidak dipungkiri kadang Andrew juga sering pergi ke Bar sekedar melepas penat. Tidak munafik. Andrew juga sering bergonta ganti teman kencan. Biasanya hanya menemaninya minum hingga Hang Over selebihnya Andrew belum pernah menyentuh tubuh wanita manapun melebihi batas ketentuan. Ia masih cukup waras untuk tidak membuat berita murahan yang akan tersebar jika ia melakukan itu.

Pernah Andrew hampir menyetubuhi teman kencannya tiba-tiba saja Andrew teringat wanita itu. Satu-satunya wanita yang tidak pernah luput dari fikirannya, wanita impiannya. Sejak saat itu Andrew berusaha mengontrol tindakannya. Ia tidak ingin berbuat kesalahan yang ia lakukan dalam mimpi buruknya itu...

"Akhir pekan bisa kamu kosongkan waktumu Drew?" Terry berjalan menghampiri Andrew sambil membawa sepiring Buah-buahan untuk Andrew.

"Thank you Mom. Memangnya ada apa?" Andrew menerima buah itu dari tangan Terry.

"Mr. Serkan dan keluarganya mengundang kita untuk dinner. Dan kamu! Tidak bisa kabur lagi!" Terry menatap Andrew tajam.

"Mom..." Belum sempat Andrew menyelesaikan perkataannya Terry sudah lebih dulu menyela

"Tidak ada penolakan atau alasan lagi Drew! Mau sampai kapan sih kamu terus kaya gini! Kamu sudah berumur! Mommy sama Daddy bahkan udah renta! Kita juga pengen Drew kaya yang lain! Menggendong cucu!" Mata Terry berkaca-kaca. Kalau sudah kaya gini Andrew tidak akan bisa menolak.

"Drew...Please" Andrew menutup mukanya dan mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

Andrew menoleh ke arah Gerald minta bantuan agar dirinya bebas dari rencana Mamanya. Biasanya Gerald yang membantunya membuat alasan agar terbebas dari segala rencana perjodohan Mamanya. Tapi kali ini Gerald tidak bisa membantunya lagi.

Dulu mungkin Gerald berfikir kalau Andrew harus fokus pada pekerjaannya. Tapi untuk sekarang sudah saatnya Andrew memikirkan masa depan hidupnya. Dan Gerald pun ingin segera menimang cucu.

"Argh!!! Oke oke!! Atur sajalah" Gerald yang tadimenjadi penonton perdebatan Anak dan Ibu itu hanya tersenyum melihat Andrew begitu frustasi.

"Nahhh! Gitu dong! Baru itu anak Mommy" Terry memeluk Andrew. Andrew mendengus.

*****

08:00 AM

Alyssa sedang merayu Jade yang lagi merajuk. Hari ini ia akan Meeting dengan semua kru yang terliibat untuk membahas Project iklan yang tengah ia tangani.

"Hanya sampai pukul 11 Jade. After All my work has been done. We'll lunch together! I promise!" Alyssa berlutut di depan Jade yang sedang meringkuk di sofa sambil menutup wajahnya.

"Tapi aku akan mati kebosanan disini Mom! You go to the office while I'm here doing nothing? Oh come on mom, are you Joke?"

'Ting Tong'

Bunyi Bel menginterupsi perdebatan merka. Alyssa bangkit dan membuka pintu.

"Mr.Tristan?" Tristan tersenyum sambil menyerahkan sebuquet bunga kepada Alyssa

"Good Morning Alys. Panggil Tristan aja. Meeting hari ini diundur jadi besok. Kita free hari ini" Alyssa menerima bunga itu dengan ragu. Alyssa benar-benar terpana melihat penampilan Tristan, saat ini di hadapannya berdiri sosok laki-laki yang sangat tampan dengan pakaian casualnya. Tristan yang Alyssa sering lihat adalah Tristan yang selalu terlihat Rapi dengan balutan Jas Armani dan pantoufel mengkilatnya. Tapi hari ini, pertama kalinya Alyssa melihat Tristan dengan pakaian casual seperti ini. Jeans belel dipadukan dengan Sweater yang digulung hingga siku dan Sneakers yang membalut kakinya. Tidak lupa Snapback yang diputar kebelakang. Sungguh tampan! Siapa yang sangka kalau Tristan berumur 34?

"Why you looking at me like that?" Pertanyaan Tristan membuyarkan Alysaa dari keterpanaannya.

"Ah...sorry.... Hmmm" Alyssa mengusap tengukuknya. Jade yang penasaran pun menoleh kearah pintu. Tristan melambaikan tangannya kearah Jade. Alyssa mempersilahkan Tristan masuk.

"Bonjour Princess" Jade memperhatikan orang yang menyapanya. Setelah mengingatnya, Jade langsung berlari ke arah Tristan

"Uncle Itan???" Jade langsung memeluk Tristan membuat Tristan kewalahan menerima serangan tiba-tiba dari Jade. Jade melingkarkan tangannya ke leher Tristan dan kakinya mengapit tubuh Tristan. Persis seperti bayi Koala. Alyssa lagi-lagi dibuat terpana dengan tindakan Jade. 'Mengapa Jade bisa seberani itu dengan Tristan?' 'Sejak kapan mereka berkenalan? Dan sudah seberapa dekat Jade dengan Tristan?' 'Mengapa dirinya tidak tahu?' Banyak pertanyaan yang bersarang dikepalanya

"Ow owww. Tadi uncle mendengar ada suara orang yang sedang berdebat, apa itu suara kalian?" Tristan duduk disofa sambil trus mengusap rambut panjang Jade. Jade tidak menjawab. Jade masih menangis di bahu Tristan. Tristan menoleh kearah Alyssa meminta penjelasan. Alyssa menghela nafasnya dan berjalan mendekati Tristan dan Jade.

"Jade ingin ikut pergi dengan ku hari ini Tan. Sedangkan hari ini aku harus pergi kerja. Tapi Jade tidak mengerti, dia terus merajuk" Jade semakin terisak dibahu Tristan. Tristan tersenyum sambil mengusap rambut Jade dengan sayang.

"Hmmm ternyata ada yang sedang merajuk. Gimana kalau hari ini kita jalan-jalan ke Central Park sambil makan Ice Cream?" Jade mendongakan kepalanya dan menatap Tristan dengan air mata yang masih mengalir.

"Tan..." Alyssa tidak mau merepotkan Tristan.

"Sudah Al. Tidak apa-apa. Lagian kan hari ini kita free. Jadi lebih baik kita jalan-jalan dari pada suntuk di hotel terus. Gimana Cantik?" Jade mengangguk. Tristan mengusap air mata Jade sambil merapikan rambut Jade yg menempel di pipinya. Father be like.....

Alyssa hampir menitikan air matanya. Pemandangan di depannya ini membuatnya terharu sekaligus sesak. Sesak karena ia sadar kalau Jade belum pernah diperlakukan seperti itu oleh seorang ayah. Rasa bersalah kembali timbul.

*****

Dalas Group, Manhattan. USA

"Aku tidak mau mendengar kegagalan dari mulut sialanmu itu Frank!" Andrew menarik kerah kemeja Frank. Frank adalah orang suruhan Andrew. Frank selalu dipercaya Andrew untuk misi tertentu. Biasanya Frank tidak pernah mengecewakan Andrew. Tapi kali ini sepertinya Frank gagal. Andrew sangat murka.

"Woaah. Calm down man!!!" Ken tiba-tiba masuk keruangan Andrew dan melepaskan tangan Andrew dari leher Frank

"What are you doing, dude?! You want kill him?" Nafas Andrew masih memburu. Ken menyuruh Frank untuk meninggalkan ruangan Andrew.

Andrew berjalan ke arah sofa dan memijit pelipisnya. Ken memilih duduk disebrang Andrew.

"Tidak biasanya kau lost control seperti itu Drew! Sekarang ceritakan!" Andrew mengeluarkan rokok dari saku celananya

"Keturunan Si Tua bangka Jonas masih tidak mau menyerahkan sertifikat tanah yang sudah ku beli! Diperjanjian awalnya adalah sertifikat akan diserahkan apabila pembayaran lunas! Tapi mereka ingkar! Dan Si brengsek Frank gagal mendapatkan sertifikat itu!" Andrew menyesap rokoknya sesekali mengembuskan asap rokoknya ke udara.

"Sepertinya mereka sedang ingin mempermainkan ku!" 

"Sudahlah jangan terlalu kau pikirkan soal itu, Mengenai cabang hotel yang di Singapura bagaimana? Tristan menghubungi ku tadi, dia baru saja tiba kemarin di Manhattan dan kini mereka tengah menikmati waktu liburnya" Ken adalah Direktur Utama Dalas Industry yang berlokasi di Indonesia, Korea, Thailand dan Washington DC. Salah satu anak perusahaan yang dimiliki Dalas Group

Siapa yang tahu kalau Andrew,Tristan dan Ken adalah 3 sekawan yang tidak terpisahkan sejak Senior High School. Orang tua mereka bersahabat. Orang tua Ken menjual saham perusahan miliknya kepada Dalas Group. Tentu saja dengan berbagai kesepakatan. Salah satunya menjadikan Ken Direktur Utama di perusahaan yang memproduksi Sepatu, Tas, dan berbagai peralatan Olahraga itu.

"Cukup menarik. Untuk project kali ini mereka memberi usul mengusung Iklan yang sungguh jauh dari perkiraan ku" Ken mematikan rokoknya. Tertarik...

"Dari awal Dalas Hotel selalu mengincar daya tarik Tourist atau warga sipil dari kalangan memengah keatas, tapi kali ini mereka mengincar Tourist untuk kalangan menengah kebawah" Andrew tersenyum melihat kerutan di dahi Ken

"Bukannya itu akan membuat omzet pendapatan turun?" Ken tidak mengerti dimana letak menarik dari project ini, Andrew hanya tersenyum misterius lalu Andrew bangkit dan mengancingkan jasnya

"Kita lihat aja nanti" Andrew menepuk bahu Ken. Pergi meninggalkan Ken yamg sedang kebingungan.

****

08.00 PM

Tristan, Alyssa dan Jade kembali ke hotel pada pukul 8 malam, setelah menghabiskan waktu seharian berkeliling Manhattan sampai ke Pusat Districk Harlem dan Fifth Avenue, menonton bioskop di daerah Broadway.

Sampa di lobby hotel ternyata Jade sudah tidak kuat menahan rasa kantuknya akibat kelelaha, untung saja ada Tristan yang akhirnya menggendong Jade sampai kamar. Kepala Jade terkulai di bahu Tristan.

"Biar aku saja yang membawanya masuk Trist, kasihan punggung dan bahumu pasti sakit" Tristan menggeleng

"Tidak apa-apa aku. Boleh aku masuk?" Alyssa menyingkir dari depan pintu. Tristan selalu baik padanya, sampai ia kadang merasa tidak enak hati karena selalu merasa merepotkan Bossnya itu."

"Good night princess" Tristan mengecup kening Jade. Sedangkan Alyssa menyiapkan Teh hangat untuk Tristan.

"Terima kasih buat hari ini ya Tan. Maaf kalau kami merepotkan" Alyssa duduk disebelah Tristan sambil memperhatikan Tristan yag sedang menyesap Tehnya. Tristan mengacak-ngacak rambut Alyssa dengan sayang.

"With my pleasure Al. Yasudah aku pamit ya. Jangan lupa besok jam 8 kita ada Meeting. Soal Jade, Besok aku akan menyuruh Asistant ku menemani Jade bermain" Tristan sungguh baik. Alyssa sampai bingung harus berterimakasih seperti apa.

"Kamu memang paling mengerti aku Tan. Sekali lagi terima kasih ya" Tristan menangguk seraya tersenyum. Dering Handphone Tristan menginterupsi keduanya. Ternyata pesan dari Andrew

'Zero Bar, Now!'

Setelah menerima pesan. Tristan langsung pamit dan pergi menuju Zero Bar.

*****

Zero Bar and Luxury Club

Tristan memasuki Club Exlusive itu dan langsung memasuki VVIP Room. Disana sudah ada Tristan, Ken dan beberapa wanita di sampingnya.

"Hello bro!" Baru aja Tristan duduk tiba-tiba seorang wanita dengan berpakaian sexy menghampirinya dan menyerahkan segelas Vodka.

"No. Thanks" Tristan mengangkat tanganya, menolaknya halus dan lebih memilih menuangkan Vodka nya sendiri. Ken dan Andrew saling berpandangan. Ini pertama kalinya Tristan menolak pesona wanita-wanita itu.

"Woaaah sepertinya ada yang sudah bertobat bung!" Andrew tertawa sinis. Ken pun ikut membully nya. Tapi Tristan hanya tersenyum menanggapinya, malam ini suasana hatinya sedang bagus. Jadi ia membiarkan sahabat-sahabatnya mencercanya. Mengingat moment kebersamaannya dengan Jade dan Alyssa membuat Tristan seperti orang Tolol tersenyum bahkan tertawa sendirian.

"Kau sudah tak tertolong Trist! Just tell me, Who is she?" Ken menyesap rokoknya. Tristan yang sedang menyesap Vodka tersedak.

'Uhukk Uhukkk'

"What do you mean?" Tristan mengelap sudut bibirnya dengan ibu jari. Andrew hanya memperhatikan keduanya dengan diam. Wanita disampingnya ia biarkan menggeranyangi tubuhnya. Selama masih dalam batas wajar.

"You know what I mean! So let's tell us" Tristan menyenderkan tubuhnya ke sofa.

"Pegawai di kantor ku" Jawab Tristan tenang. Ken dan Andrew membelalakan matanya tak percaya.

"For God Shake, Are you kidding me?" Ken membuka mulutnya lebar-lebar, Tristan berdecak. Berlebihan sekali responsnya...

"Siapa?" Kini giliran Andrew. Tristan menolehkan kepalanya

"Kan aku sudah katakan. Dia pegawai ku"

"Bukan itu! Maksudku siapa namanya" Andrew gemas dengan Tristan yang bertele-tele.

"Tumben kau tertarik dengan wanita yang ku suka. Sejak kapan rasa ingin tahu mu itu muncul?" Tristan menaikan alisnya. Tumben sekali Andrew bertanya tentang wanita yang didekatinya

"Karena ini menyangkut pegawaiku juga! Aku tidak ingin kinerjanya menurun hanya gara-gara dirimu!" Tidak sadar kalau nada bicara Andew meninggi. Andrew menyuruh wanita-wanita disampingnya menyingkir. Tanpa pikir panjang wanita penghibur itupun menyingkir. Tristan tertawa

"Kami belum berhubungan. Hanya sedang tahap pendekatan"

"Ingat Trist! Kau ingat peraturan di perusahaan kita kan? Tidak boleh ada Affair antar pegawai. Apalagi antara Boss dan pegawai!" Andrew memperingati Tristan. Tristan menyesap Vodkanya sambil tersenyum santai

"Kalau pun suatu saat nanti aku dan dia ada Affair aku jamin. Dia sudah bukan lagi pegawai di Dalas. Tapi sudah jadi pendamping ku" Tristan menjawab dengan penuh keseriusan. Andrew dan Ken dibuat tercengang dengan jawaban Tristan.

"Oh man! Kau memang penuh kejutan" Ken menempuk bahu Tristan. Andrew berdehem, entah kenapa ia merasa aka nada sesuatu yang terjadi. Tapi entahlah...

"Baiklah, lakukan apapun yang kau ingin, tapi ingat Trist, jangan mengecewakan Dalas dengan kinerjamu yang buruk akibiat keputusanmu ini" Tristan menyesap vodkanya lalu mengangguk

"Besok jangan lupa pukul 8! Aku ingin kau dan team mu mempersiapkan materinya dengan matang! Dan kau Ken!" Ken menoleh ke arah Andrew yag sudah berdiri menjulang dihadapannya

"Ikutlah Meeting bersama kami!" Andrew langsung meninggalkan mereka.

"Kenapa orang itu?" Ken bertanya pada Tristan. Tristan hanya mengangkat bahunya

"Seperti tidak mengenalnya saja kau ini!" Tidak lama Tristanpun ikut berdiri

"Heh! Mau kemana kau! Tega sekali kalian meninggalkan aku sendiri disini?" Tristan hanya mengangkat tangannya tidak perduli. Ken mendengus

*****

Andrew dan Ken disambut ramah oleh beberapa pegawai perempuan yang sudah cantik dengan wajah yang di balut make up, jika Andrew tidak menghiraukannya, berbeda dengan Ken yang malah tebar pesona.

"Good morning, Sir" Andrew berjalan memasuki ruang Meeting diikuti Ken disampingnya dan dikawal oleh beberapa bodyguard. Ken menjawab dengan ramah sambil mengedipkan matanya yang akan membuat siapapun yang melihat tersipu. Sedangkan Andrew hanya menjawab sapaan pegawainya dengan anggukan singkat.

"Pegawai mu ternyata cantik-cantik dan juga sexy-sexy ya. Berbeda dengan ku yang mayoritas laki-laki seperti di dunia militer, sangat berbanding terbalik dengan Kantor mu. Aku kalau jadi au Drew, tidak akan rela absen walau seharipun" Andrew malas menanggapi ocehan Ken yang tidak berguna

"Hampir semuanya membosankan" Ken melongo. 'Wanita cantik dibilang membosankan? Tidak normalkah Andrew?'

"Pantas saja kau selalu dikabarkan mempunyai kelainan, wanita cantik disekelilingmu kau bilang membosankan" Andrew lebih memiih berbicara dengan seseorang ditelepon dari pada mendengarkan Ken berbicara.

"Bersisik sekali mulutmu ini, mirip dengan wanita-wanita itu"

****

Hari ini adalah hari yang cukup menegangkan untuk Alyssa, karena ini pertama kalinya ia menyampaikan presentasi dalam sebuah Meeting penting, apalagi harus menghadapan CEO dari Dalas Group. Persentasi dihadapan Tristan saja masih membuatnya gugup apalagi di hadapan CEO Dalas Group! Semoga semuanya berjalan dengan lancar...

Alyssa sedang mendiskusikan materi untukk presentasi dengan Tristan yang duduk disebelahnya.

"Materi kamu sudah bagus. Tinggal kamu kembangkan saja saat persentasi nanti" Alyssa menangguk. Ia sangat gugup! Pasalnya ini pertama kalinya ia Meeting

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan masuklah Sang CEO diikuti jajaran direksi lainnya. Andrew berjalan kearah kursi kebesarannya. Alyssa yang sedang gugup sejak tai menundukkan kepalanya. Dan ketika suasana hening. Alyssa mendongakan kepalanya, ia memberanikan dirinya untuk melihat laki-laki yang duduk diujung meja. Dahi Alyssa berkerut, seperti memikirkan sesuatu.

"Kenapa? Dia adalah CEO Dalas Group, kau juga rupanya terpesona dengan dia?" ada nada tidak enak didengar oleh Alyssa, seperti mengejeknya, tapi mungkin itu hanya perassaannya saja.

"Ah? Tidak, aku hanya merassa tidak asing dengan wajahnya, tapi mungkin itu hanya perasaanku saja." Alyssa tersenyum kaku.

Tristan menyadari kegugupan Alyssa, ia menggenggam tangan Alyssa yang bertumpu di atas pahanya. Dan menoleh sambil tersenyum lembut. Alyssa menoleh kearah Tristan

"Everything will be okay, don't worry" Tristan membisikan kata-kata itu ketelinga Alyssa. Alyssa hanya menanggapi dengan senyuman. Semoga.....