webnovel

80

Wiy;

Aku tahu ini bukan Nelly yang membalas surelku. Kamu kan, Tha yang mengetik dan mengirimkannya untukku? Aku tahu sekali itu tulisanmu.

Tha, hari ini terasa terlalu lama jika hanya dihabiskan untuk menunggumu. Waktu terlalu lambat berdetik jika hanya menanti kabar rindumu. Hatiku terlalu kacau jika hanya terus berharap kasih sayangmu. Keadaanku terlalu gelisah jika hanya menginginkan perhatianmu.

Agar semuanya tidak terlalu dan terlalu, mulai hari ini aku mencoba untuk sederhana, biasa saja. Kenapa? Agar kalau pun kamu berpaling dariku nantinya, aku tidak terlalu terluka. Namun aku tidak mampu lama, baru dua menit saja aku tidak sanggup melupakanmu. Aku masih di sini, Tha, setia menanti. Sampai mentari terbenam bahkah malam tiba, aku masih di sini, setia. Karena kutahu, dengan setiakulah aku mampu melihatmu kembali, bila tak kunjung datang hari ini juga, aku tetap di sini hingga esok pagi. Esok pagi pun kamu tidak datang jua? Maka ketahuilah bahwa kesetianku tidak punya batas waktu.

Kamu ingin pergi? Jauh sejauhnya? Silakan. Ingin menghilang lama? Silakan. Kenapa aku tega membiarkanmu begitu saja? Karena aku terlalu yakin bahwa kita akan berjodoh, bersama hingga tua. Sejauh mana pun kamu melangkah, selama apa pun kamu menjauh, kamu akan kembali padaku.

Bagaimana bisa? Sebab kamu terlanjur membawa rinduku. Rindu akan menuntunmu pulang padaku. Tapi... Jangan terlalu lama juga, nanti aku keburu tua duhai, Tha pangeranku. Sendiri bukan berarti sendiri yang abadi, selamanya, bukan, Tha.

Kesendirian adalah masa menanti yang baik untuk memilih yang terbaik dan kamulah satu-satunya pilihan terbaikku. Walaupun memang penantianku ini panjang, namun kamu akan hadir di waktu mendatang.

Semuanya akan indah bila masanya tiba. Tha, aku masih mencintaimu.

***