webnovel

63

Wiy:

Tha kamu apa kabar? Aku rindu kamu, Tha. Kabarku baik. Aku sudah makan siang. Sekarang aku makan buah kedondong. Di kampung Sepakat banyak batang kedondong, Tha, dan saat ini lagi musimnya. Aku senang memberitahumu meskipun kamu tidak menanyakan semua itu.

Ayah dan ibuku sakit-sakitan. Sawah ayah sudah dijual untuk mengobati sakitnya yang tak kunjung sembuh. Untuk menghemat biaya, ayah dirawat di rumah saja. Aku dan ibu yang merawat ayah. Adakalanya ayah dan ibu sakit bersamaan, aku sendiri yang merawat mereka. Sesekali saudara kandung dari ayah dan ibu datang menjenguk. Mohon doamu untuk kesembuhan ayah dan ibuku, Tha, semoga beliau panjang umur. Aku ingin mereka melihatku menikah denganmu nantinya. Besar harapanku mereka sempat melihat cucunya, anak kita nantinya, Tha.

Sudah dua puluh tahun aku menunggu, umurku sudah tiga puluh tahun. Tiap kali aku bercermin, kurasakan betul perubahan fisikku. Aku langsing hampir tak berdaging, mungkin terlalu jujur jika kukatakan aku kurus. Beratku hanya lima puluh kilo gram lebih sedikit.

Oh ya, Tha, kamu sudah pernah makan kedondong kan? Di kampung Segenap tentu banyak juga batangnya. Daerah kita memang subur, Tha, tidak perlu menanam dan merawatnya, ia akan tumbuh rindang, tinggi, dan besar.

Sekarang aku coba jualan Gutel masakanku. Sebenarnya Gutel memang tidak untuk dijual, Tha. Gutel adalah hidangan istimewa, sebab ia jarang sekali dimasak. Terkesan aneh dan langka jika Gutel didagangkan. Kenapa Gutel itu makanan istimewa? Karena Gutel sangat-sangat jarang sekali dimasak, padahal rasanya enak! Dan karena menghabiskan banyak waktu saat memasaknya. Mulainya sejak siang, setelah magrib barulah matang dan bisa dinikmati.

Gutel biasanya dimasak di saat ada yang ngidam, sangat-sangat ingin sekali makan Gutel barulah akan dimasak. Kamu tahu, Tha? Sebenarnya Gutel itu adalah makanan dermawan, berbagi, tidak untuk dijual. Tetapi jika membuatnya setiap hari sungguhlah melelahkan. Dan aku sanggup memasak Gutel dalam satu minggu empat kali. Hari senin, rabu, jum'at dan minggu.

Gutel buatanku sangatlah laris, Tha. Tidak perlu menunggu satu jam lamanya. Pada hari-hari yang telah aku tentukan, sesudah shalat magrib pelangganku berduyun-duyun datang bahkan antre di depan rumahku, Tha. Aku berdua dengan adik sepupuku, dialah yang selalu membantuku dan kami bagi dua hasil penjualannya. Kamu mau, Tha makan Gutel buatanku? Ayolah kapan pun liburan pulang kampung, sempatkanlah berkunjung ke kampung Sepakat, singgah di rumahku. Nanti akan aku hidangkan Gutel masakanku.

Oh ya, Tha, kamu mau tahu kan tujuh menu andalanku selain gutel? Aku beritahu ya, Tha? Humm, ada; telur dadar, telur mata sapi dan telur asin, itu menu pertama khusus untuk sarapan. Nanti jika kamu sudah jadi suamiku, silakan pilih-maunya kamu sarapan makan telur dadar kah, mata sapi kah telur asin kah?

Ada pun telur asin aku mulai bisa membuatnya setelah pandai memasak kangkung. Yang kedua; tahu tempe toge atau tateto. Aku memasaknya dengan cara tumis, ini menu makan siang kita nantinya, Tha. Aku juga bisa selain dengan cara tumis, yaitu disambal. Yang ketiga adalah kangkung dan pakis. Humm yang ini enaknya ditumis, Tha, kangkungya boleh juga dicampur dengan tahu tempe toge. Tetapi aku tidak pernah mencampur masakanku. Nah sayuran ini aku hidangkan untuk makan malam kita nantinya, Tha.

Adapun pakis sebetulnya ada cara yang lebih enak lagi memasaknya. Setahuku ibu-ibu di kampung Segenap menyebutnya Sope Penget, benar, Tha? Hum, aku belum bisa memasak seperti itu. Padahal aku ingin sekali bisa masak Sope Penget. Untuk sementara aku kasih tahu tiga menu saja dulu, Tha, sisanya di surel berikutnya. Jika aku lupa tolong ingatkan ya, Tha?

Ayolah bertamu ke rumahku, aku tak tahu saat usia senjaku tiba, apakah nanti masih bisa aku memasak menu andalanku untukmu, Tha? Dan tak jemu-jemunya aku berdoa agar dipanjangkan umur, supaya aku bisa menghidangkan padamu masakanku. Aku melihatmu makan masakanku di ruang tamu.

Bukankah kamu pernah bilang salah satu kesenangan penulis itu saat tulisannya dibaca orang lain? Apalagi dibaca penggemarnya di depanmu, dan ia berkata padamu bahwa tulisanmu bagus! Sama sepertiku, Tha, aku bahagia sekali jika masakanku dinikmati, apalagi yang menikmatinya adalah kamu, Tha. Apalagi di saat suapan pertama kamu langsung memberi komentar; masakanmu lezat sekali, Wiy! Wah betapa bahagianya yang akan kurasan nantinya, Tha.

Ayolah datang bertamu. Kedatanganmu sangat ditunggu duhai sahabatku.

***