webnovel

52

Wiy;

Kamu belum mengerti bagaimana perasaan wanita, Tha. Jangan kamu samakan dengan perasaanmu sebagai lelaki. Prempuan itu lemah, hatinya mudah diruntuhkan oleh apa pun. Besar kecil, sedikit banyak, berat dan ringannya masalah bisa jadi runyam. Tetapi sebaliknya juga akan terjadi, jika lelaki pengertian, semuanya akan baik-baik saja.

Kamu, Tha? Mestinya kamu mengerti denganku saat ini. Bukan malah balik ikut marah padaku. Harusnya kamu lebih baik diam, tidak menyahuti, tidak melawan arah arus amarahku. Tetapi kamu tidak seperti itu, kamu malah balik marah padaku. Kamu tidak pengertian, Tha.

Belajarlah memahami perempuan, lelaki tidak mesti minta dipahami oleh perempuan. Kedepannya cobalah pengertian. Jika tidak demikian, kurasa setelah menikah pun akan terjadi pertikaian seperti ini. Sudah tergambar keegoisanmu, Tha. Itulah kenapa kukatakan kamu belum dewasa, eh maaf, kita yang belum dewasa.

Ya aku juga mengakui kesalahanku, Tha. Atau mungkin akulah yang sesungguhnya salah(?) Tetapi maaf, aku sudah terlanjur terluka. Aku tidak ingin ada maaf berikutnya. Maka dari itu, semua ini aku memilih untuk mengakhirinya saja, agar tidak ada luka selanjutnya.

Sungguh aku tidak kuat dengan semua ini. Aku lebih baik menunggu lebih lama lagi, menunggumu lebih dewasa, dan menunggu diriku sendiri untuk lebih dewasa lagi. Aku rela menikah di usia dua puluh delapan tahun denganmu jika memang harus begitu. Atau bila kamu tidak ingin lama menunggu, silakan kamu menikah dengan orang lain. Dan jika istrimu mau dimadu, nikahilah aku di usiaku yang ke dua puluh delapan tahun.

Sekarang usiaku sudah hampir dua puluh lima tahun, berarti aku butuh menunggu semua ini selama tiga tahun lagi. Mungkin di waktu itu kamu sudah dewasa. Sekali lagi, jika kamu memilih menikah dengan orang lain, kemudian punya anak, hidup bahagia sampai tua, maka nikahilah aku di usiaku lima puluh tahun dan bila belum jodoh juga, nikahilah aku di usiaku yang ke enam puluh empat tahun.

Mungkin di usia lima puluh delapan tahunku istrimu masih punya rasa cemburu, penglihatannya masih sedikit terang, pendengarannya masih jelas, tenaganya masih kuat, senyumnya masih manis, jika usiaku lebih dari lima puluh tahun, maka nikahilah aku di usiaku yang ke enam puluh empat tahun. Di usia yang jauh itu, kurasa istrimu tidak lagi peduli dengan kehadiranku. Tapi pesanku padamu, Tha, meskipun kamu sudah menikah nantinya, sempatkanlah membaca surelku, sempatkanlah membalas sebisamu. Aku janji, aku tidak akan membuat istrimu cemburu padaku.

Aku perempuan, aku mengerti bagaimana bersikap sesama perempuan. Setelah kamu menikah nanti aku adalah sahabatmu yang setia menunggumu sampai usia senjaku untuk akhirnya kamu menikahiku. Aku yakin istrimu tidak akan marah padamu sebab aku adalah sahabatmu, Tha.

Bila perlu aku yang jelaskan padanya bahwa aku belum pernah bertemu denganmu, aku perempuan ghaib yang coba menghibur hidupmu agar tidak ada yang perlu dia cemburukan dariku. Terima kasih atas semua waktumu, Tha, terima kasih atas semua yang telah kita lalui dengan catatan panjang kita selama dan sejauh ini. Bagiku surel adalah tempatku mencurahkan segala rinduku padamu, tapi nanti setelah kamu menikah aku tidak lagi berhak merindukanmu, namun selalu ada surel dariku untukmu.

Aku tahu kamu tidak mau menungguku dan menunggu dirimu sendiri, baiklah kalau begitu, selamat menempuh kehidupan yang baru. Semoga jadi keluarga yang bahagia. Dengan ini kuakui, kukatakan bahwa; aku sahabatmu; Wiy.

Sebelum dan sesudahnya kuucapkan terimakasih banyak duhai cinta pertama dan terakhirku.

***