webnovel

50

Wiy:

Aku heran denganmu, Tha, padahal kita baru dua kali jumpa, namun banyak sekali rintangannya. Aku bisa maklum kalau misalkan kita banyak bertemu, jalan-jalan bersama, nongkrong di pingggir pantai menunggu senja, dan sebagainya.

Aku maklum kalau dengan banyaknya waktu kita lalui berdua, sering bertemu, bersama-sama ke mana saja, wajar jika kita banyak bertengkar. Tetapi kita, Tha? Bertemu saja baru dua kali. Pertama awal kita kenalan dulu; kedua; saat kamu datang ke rumahku waktu aku mau nikah dengan orang lain. Baru dua kali, Tha kita bertemu! Tetapi cobaannya? Luar biasa!

Aku tidak takut dan mungkin aku tidak akan sakit hati jika kita bertengkar saling berhadapan, saat bertemu. Kenapa karena aku melihat ekspresimu, aku melihat gerak lidahmu, tatapan matamu. Aku lebih memilih disakiti saat berada di depanmu, Tha. Mungkin saat melihatmu pun bisa jadi penawarnya seketika. Dan yang terjadi di antara kita? Hum tidak kusangka akan lebih banyak bertikainya dibandingkan pertemuan yang rutin.

Aku merasa aneh denganmu, denganku, dengan kita berdua. Semestinya kita lebih bisa meminimalisir semua ini, Tha. Kamu tahu, Tha? Seharusnya cobaan jarak jauh seperti ini adalah saat; paketan habis, duit beli paketan belum ada, saat mati lampu, dan saat tidak dapat jaringan, itu saja. Hanya itu, Tha rintangan yang seharusnya terjadi. Asal kamu tahu itu!

Seharusnya jangan kamu tambahi dengan cobaan yang lain. Semestinya kita ini adem-adem saja. Seyogyanya kita sudah menikah, namun kini kamu malah berubah, jauh dan makin menjauh. Ah terserahmu saja lah, Tha, aku sudah bingung menghadapi keanehanmu.

Itu kamu katakan dewasa? Kamu anak kecil! Itu kamu katakan realistis? Kamu keliru! Itu kamu katakan normal? Kamu aneh! Jangan-jangan kamu sudah tidak waras lagi(?!) Maaf.

***