webnovel

Tetangga Dari Kegelapan

Tidak peduli? mungkin!! -- Takut? hmm?? -- Suka? Hah?? Tapi aku punya sisi yang .. ..

Noelloria · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
3 Chs

Penasaran

Namaku Ancha Spencer (25) {-cara baca tetap menggunakan huruf C-}. Tempat kelahiranku ini hanyalah pulau kecil yang dikelilingi perbukitan indah, asri nan eksotis di sertai angin pantai yang tidak terlalu panas seperti kebanyakan tepi pantai di Indonesia.

Orang-orang menamainya pulau Langkadea. Penduduk disini tidak terlalu banyak dan bermacam-macam sifatnya. Ada yang ramah ada yang judes. Mata pencaharian kami kebanyakan dari sektor pertanian dan perairan dan toko-toko kelontong kecil. Jarang dari kami yang bekerja diluar pulau kecuali untuk keperluan pendidikan.

Tahun ini, entah ada angin apa. Banyak anak muda yang ingin keluar pulau dan hidup di besar. Aku memakluminya sih, karena bagi sebagian orang, tempat ini membosankan.

Dan aku? Aku anak kedua dari 3 bersaudari, tinggal dengan ayahku, seorang tukang kayu di rumah kecil yang menyenangkan. Orangtuaku bercerai 8 tahun lalu. 2 saudariku lebih memilih hidup enak dengan ibu yang dinikahi lelaki kaya salah satu bos besar dari perusahaan surat kabar. Aku sempat mendapat tawaran itu dan mendapat dukungan ayah.

Tapi .. .. ..

Baru 1 minggu aku tinggal di istana itu, rasa tidak nyaman langsung mengusai tiap DNAku. Bagaimana tidak, ayah tiriku bisa langsung seenaknya merangkulku erat. Ayahku saja tak mungkin memelukku dengan cara seperti itu. Tapi 2 saudariku tampak nyaman-nyaman saja.

Jadi aku beralasan tetap di desa untuk menjaga toko permen yang digandrungi bocah-bocah disana.

Menakutkan.

Tiap bulan, ibu mengirimiku uang jajan diatas penghasilan ayah. Walaupun uang itu lebih dari cukup untuk segala kebutuhanku, ayah melarangku membeli apa yang tidak perlu. "seperlunya saja" katanya. Malah aku diminta ayah untuk menutupinya dengan berjualan segala jenis permen yang cukup diminati anak-anak disini.

Menjauhkan diri dari tukang hutang hehehe.

Meski aku terlihat cupu dan polos, pengetahuan dan cara pikirku lumayan modern. Ini juga karena ayah yang mengajariku untuk selalu belajar dari hal apapun dan berpikir logis tentang keadaan sekitar. Dan apa yang tidak diketahui orang lain tentang kepolosan dan kemiskinanku adalah .. .. .. (he he he)

Yang jelas aku bukan orang jahat.

-

-

-

"Ancha!!"

"Hai Runa, Linny."

Aku dan dua teman sebayaku berkumpul sore hari di salah satu gazebo untuk sekedar berbincang dan curhat. Aku sudah sampai duluan membawa beberapa permen, Runa dan Linny adalah teman yang sering bepergian denganku. Masing-masing membawa roti dan teh kemasan.

Runa ini anaknya sangat imut, wajah, suara, tingkah dan barang yang dimiliki. Sayangnya, ia menyetarakannya dengan terlalu aktif di medsos sekedar selfie imoet. Dia ingin jadi selebgram kaya dan hidup dikota.

Linny dan aku sama-sama hijaber, dia cantik dan pekerja keras, hidup dengan ibunya yang terkenal suka mabuk. Itulah alasannya bekerja keras dan mandiri. Dia sering menyembunyikan uang hasil jerih payahnya agar sang ibu tak memakainya untuk membeli minuman keras.

.

.

"Kau dengar keluarga yang Minggu lalu pindah ke rumah besar sebelah sana?" Runa memulai gossip terbarunya. Sambil menunjuk ke arah rumah besar sedikit mendekati puncak bukit sebelah barat. Jika jalan kaki membutuhkan waktu sekitar 20 menit.

"Aku dengar dari pamanku mereka keluarga ningrat." Linny mencomot 1 permen lemon.

"Ningrat?" mata bulat Runa berbinar.

"Aku juga dengar anak lelaki keluarga itu sangat tampan seperti anime di dunia nyata." Linny menambahkan kalimat yang membuat ekspresi wajah Runa semakin cerah.

Aku juga tertarik.

Linny mengetahui hal ini karena pamannya bekerja di kantor desa. Jadi dia tahu siapa warga baru yang akan tinggal di pulau ini.

"Ada berapa anggota keluarga?" tanyaku.

"Aku tidak tahu pasti karena mereka juga membawa pegawai pribadi."

"Maksudmu seperti buttler dan sekertaris pribadi?" Runa semakin antusias.

"Mungkin seperti itu." Linny mengangguk.

Aku memandang bukit yang dimaksud, tempat itu sedikit kurang cahaya matahari, jalan menuju kesana juga sedikit seram meskipun pada siang hari. Karena kepala desa dan warga cukup menjaga kelestarian pohon dan selalu melakukan tebang pilih tanam bila hendak memotong pohon untuk satu keperluan.

Setampan apa mereka? pikirku.

-

-

-

Usai makan malam, ayah masih menemaniku didapur mencuci piring sembari menikmati secangkir kopi hitam. Tumben, batinku. Akhir-akhir ini ayah sering pulang larut dan menutupi rasa gelisahnya entah karena apa.

"Ancha?" panggilnya pelan.

"Ya?" jawabku langsung mematikan keran dan menengok ayah yang menunduk menatap cangkirnya masih mengepul.

"Ayah pikir kau sudah cukup mandiri."

Hah?

Aku langsung terkejut dan pikiranku menyebar kemana-mana padahal ayah belum menyelesaikan kalimatnya.

Apa dia menyuruhku menikah? Keluar rumah? Ayah akan menikah lagi? menyuruhku ke kota?

"Kenapa ayah?" aku menutupi hati jedag jedug dengan tersenyum lalu duduk diseberangnya.

"Tidak kenapa-napa. Ayah sangat bangga bisa memiliki putri sepertimu dan mau tinggal ditempat seperti ini." Ayah tersenyum lembut, tapi bisa kurasakan nada suaranya berbanding terbalik dengan ucapannya.

"Pastikan ayah panjang umur agar bisa terus memujiku seperti tadi." Candaku menutupi rasa penasaranku dan aku cukup ahli dalam hal ini.

"Ha ha ha. Bagaimana mungkin ayah tidak panjang umur bila memiliki putri yang perhatian." Ayah tertawa renyah dan kali ini tulus.

Kami bersenda gurau sejenak.

#

#

#

Didalam kamar, aku memikirkan kata-kata Linny tadi sore. Dari luar aku memang kelihatan polos tapi sebenarnya dalam hati aku sangat ingin menjalani hari yang berbeda seperti gadis seumuranku. Misalnya pacaran (tapi dilarang ayah) ditaksir 2 lelaki sekaligus, mengalami kejadian mistis, belum lagi kakak dan adikku sering menceritakan kisah mereka yang luar biasa, intinya tentang petualangan hidup yang out of the box.

Tapi aku lebih sering sok polos untuk menutupi pikiranku yang kadang kemana-mana.

Karena itu saat mendengar tentang keluarga itu, aku memiliki rasa penasaran yang bisa kusembunyikan dengan sempurna.

.

.

.

Esok hari setelah membereskan dapur sisa sarapan, aku langsung membuka toko kecilku. Hari ini aku berpakaian sedikit rapi dengan alasan yang umum hehehe.

"Ancha!!" Runa masuk tokoku dengan dandanan wow syekaly. Meski biasanya dia juga bermake up, tapi kali ini aku dibuat terpelongo beberapa detik saking 'wow' nya.

"Hai Runa, pagi sekali kau mampir." Aku menjawab sapaannya dari meja kasir.

"Aku mau berburu."ucapnya megibaskan rambut yang sepertinya baru di blow dan diwarnai cokelat gelap. Wajah imutnya sangat cocok dengan segala macam model rambut.

"Berburu?" aku tahu maksudnya tapi memilih bertanya.

"Kudengar keluarga ningrat itu akan kerumah kepala desa pagi ini." Runa mengambil sekotak permen aneka rasa lalu menyerahkannya padaku.

"Lalu apa keperluanmu kesana?" aku membungkusnya dengan paper bag

"Kau tahu maksudku" Runa meletakkan sikunya dimeja kasir memainkan alis.

"Baiklah, semoga berhasil." Kuterima uang darinya dengan semyuman.

Beranjak pergi, aku sempat ingin tahu bagaimana dia bisa memiliki kepribadian seperti itu.

Tak berapa lama, Linny datang ke toko. Kadang dia membantuku dihari liburnya dengan imbalan gaji standart freelance.

"Aku baru saja melihat Runa." Dia menunjuk belakang punggungnya menggunakan ibu jari.

"Dia bilang mau berburu." Jawabku. Kami cekikikan bersama tak habis pikir dengan bocah satu itu.

Hari ini tetap sibuk seperti biasanya. Anak-anak membeli lolipop tanpa lupa kuperingatkan untuk gosok gigi. Para remaja ingin permen rendah lemak dan tidak ketinggalan permen rendah kalori untuk para orangtua.

Sudah malam, setelah ibadah malam dan menggaji Linny, aku bersiap menutup toko.

=

KRIIIING

KRIIIING

=

Suara dering telepon menghentikanku yang sedang merapikan letak beberapa permen.

"Toko permen Ancha disini."

>Ancha. Ini ayah.< jawab suara dari seberang sana.

"Ada apa yah?"

>Bisakah kau membungkus 2 kotak permen aneka buah juga 1 kotak marsmello. Dan mengantarnya kerumah Lilith?<

Kerumah Lilith? si Lilith Yesikov itu??

Kenapa dari sekian banyak penduduk harus kerumahnya.

"Kapan?"

>Sekarang.<

WHAT..!!

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Noelloriacreators' thoughts