webnovel

Obrolan Dewasa

"Aku melihat sebuah postingan, bagaimana caranya menjadi seorang suami idaman," elak Aaron.

"Coba kau sebutkan. Siapa tahu kau harus belajar dari postingan itu agar lekas mendapat tambatan hati, Aaron," timpal Pak Santa.

"Hmmm, begini. Yang pertama, bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Kedua, memiliki iman yang kuat serta ketaatan beribadah kepada Tuhan. Lalu yang ketiga, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi juga memiliki spare tabungan untuk masa depan. Tampan, meski tingkat ketampanan seorang pria adalah relatif dimata wanita. Tunggu-tunggu, mengapa ini semua ada pada kau, Bass?"

"Lanjutkan membaca, Aaron," pinta Anton terkekeh.

"Ah, tidak! Untuk apa aku membacanya jika kalian bisa melihat sosok suami idaman itu ada pada Bass."

***

Anton baru saja pulang dari kantor, ia melihat suasana rumahnya begitu sepi. Tidak terlihat adanya Clarine di ruang tamu untuk menyambut dirinya pulang kerja. Anton pun penasaran dan akhirnya mencari sang istri ke kamar.

Cklek

Anton membuka pintu, melihat Clarine yang sedang tidur di atas ranjang dengan posisi memiringkan tubuhnya ke sebelah kiri, memunggungi pintu. Anton memilih untuk masuk ke kamar dan menutup pintu kamarnya. Ia melangkahkan kakinya menghampiri sang istri yang terlihat tengah tertidur pulas.

"Clarine, bangun ...," ucap Anton berbisik pada Clarine, membangunkannya perlahan, agar tidak membuat Clarine kaget. "Clarine—"

"Anton? Kau sudah pulang?" balas Clarine yang terkejut dengan kehadiran Anton di sebelahnya. Ia pun segera duduk dan mengusap wajahnya dengan tangan kanannya. "Kau sudah makan? Aku tidak masak."

"Aku sudah makan di luar. Terima kasih sudah bertanya," balas Anton, kemudian ia mengusap kepala sang istri dengan begitu lembut. "Aku mandi dulu, ya. Lelah sekali hari ini," tuturnya kemudian, beranjak dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar tersebut.

"Anton," panggil Clarine, sembari meraih lengan tangan sang suami.

"Ya, Clarine?"

"Tidak jadi. Kau pergi mandi saja," ucap Clarine, melepas suaminya pergi mandi.

"Baiklah." Anton pun berlalu menuju ke kamar mandi.

***

Malam ini masih sama seperti malam-malam sebelumnya. Gisel selalu bermanja dengan Bass sebelum tidur. Mereka juga selalu berbincang sebelum tidur, menceritakan apa yang terjadi pada hari ini. Meski kegiatan Gisel hanya berada di rumah, mengurus rumah juga kedua anaknya, namun ada saja hal yang selalu ia bicarakan dengan sang suami.

"Tentram sekali kalau Kean dan Kayla sudah tidur," tutur Bass, sembari mendekap erat istrinya. "Kita bisa bermanja seperti ini. Membuat adik lagi untuk Kean dan Kayla."

"BASS! Kayla masih kecil," elak Gisel menggerutu.

"Tapi sepertinya Kayla membutuhkan sosok adik untuk menemaninya bermain," balas Bass, seolah mengetahui isi hati anak bungsunya tersebut.

"Bass—"

"Gisel, kita sudah lama tidak berbincang obrolan dewasa seperti ini. Setiap hari hanya menceritakan pengalaman dan kegiatan saja. Aku juga ingin kita membahas tentang keintiman kita," ujar Bass, menjelaskan apa yang ia inginkan.

"Kau ingin apa, Bass?" tanya Gisel.

"Aku ingin kita membuat adik untuk Kean dan Kayla," jawab Bass tegas.

"Tapi kita sudah sering melakukannya."

"Kita melakukannya tanpa niat ingin menambah momongan. Kali ini kita harus melakukannya dengan niat, agar diberi momongan lagi."

"Tidak perlu beralasan untuk melakukannya, Bass. Katakan saja kalau kau meminta jatah malam ini."

Bass menyeringai dan kemudian menyambar bibir Gisel dengan rakus. Tidak lagi bersikap lembut, seolah sudah tidak sabar ingin bercinta dengan sang istri.

Gisel merubah posisi tidurnya menjadi berada di atas tubuh Bass. Keduanya masih mengenakan pakaian lengkap. Tangan mereka masih belum nakal untuk melucuti pakaian tidur yang memiliki warna senada, seperti baju kembar.

Kini tangan Bass mulai beraksi pada gundukkan indah yang masih kencang berada dalam bra. Ia mengusap dan kemudian memijatnya dengan lembut, memberikan kenikmatan bagi Gisel. Sementara Gisel mulai melepas kancing piyama yang dikenakan oleh sang suami, memperlihatkan dada Bass yang bidang juga perutnya yang sixpack.

Mereka masih saling memagut, sembari melepas total pakaian mereka masing-masing. Pemasanan yang menurut keduanya masih belum cukup, kini Bas membaringkan tubuh Gisel tepat di bawa tubuhnya.

Ciumannya kini turun ke leher dan ia bertahan sejenak di sana untuk meninggalkan bekas merah pada leher Gisel. Kemudian ia kembali melanjutkan ciumannya menuju ke dada Gisel dan bermain di sana layaknya seorang anak yang sedang menyusui. Tak puas bermain di area tubuh Gisel bagian atas, Bass pun melakukan ciumannya hingga ke bagian pusar dan meninggalkan kesan geli bagi sang istri.

Bass masih bertahan di pusar Gisel, sembari merenggangkan kaki Gisel agar terbuka lebih lebar. Ia pun mulai memainkan mulut dan lidahnya pada area intim Gisel dan membuat Gisel semakin geli, juga bergairah.

Sesekali terdengar desisan Gisel yang membuat Bass semakin mempercepat pemanasannya, agar ia bisa cepat menancapkan kesaktiannya dan mulai melanjutkan permainan panas mereka untuk mencapai ke puncak.

Malam ini Gisel tak banyak bermain. Bass lah yang mengambil alih semuanya, karena memang ia yang sedang ingin melakukannya dengan Gisel, untuk mendapatkan buah hati lagi.

Bass bermain di atas dengan menancapkan dengan pasti, kejantanannya pada kepemilikan Gisel. Gerakan layaknya push up pun dilakukan oleh Bass dan kedua kaki Gisel kini menlingkar pada pinggang Bass, seolah mengunci Bass agar gerakannya pasti.

"Bass, faster!" pinta Gisel, sepertinya ia tidak tahan lagi ingin segera mencapai puncak dan Bass pun melakukan gerakannya dengan cepat, dengan desahan yang semakin kencang dan membuat kamar mereka cukup berisik.

Sementara itu, Clarine dan Anton masih terjaga dengan posisi tidur bersebelahan, sembari memainkan ponsel masing-masing. Clarine terlihat bosan dengan sesekali melirik pada sang suami. Ia mendengus kesal dan kemudian meletakkan ponselnya.

"Anton, aku ingin memiliki anak layaknya istri yang lain," tutur Clarine tiba-tiba.

"Aku tahu. Tapi kau tahu juga kalau hal yang mustahil kita miliki dan kita dapatkan bersama adalah seorang anak," balas Anton, tanpa menoleh pada Clarine sama sekali. "Oh iya, bagaimana dengan rencana reovasi rumah kita?"

"Sedang aku pikirkan."

"Hmmm, baiklah. Kau selalu memberi saran dan keputusan yang terbaik."

Anton dan Clarine berencana untuk merenovasi tempat tinggalnya karena tempat tinggalnya saat ini masih berbentuk standar dari developer perumahan. Sementara waktu, terpaksa mereka harus mencari tempat tinggal untuk menunggu masa rumah mereka sedang di renovasi. Namun belum ada pembicaraan lebih lanjut lagi mengenai itu dan Anton memilih untuk menunggu saran dan keputusan dari sang istri lebih dulu. Anton memang selalu mengutamakan saran dan keputusan Clarine, karena menurutnya pilihan Clarine selalu menjadi yang terbaik bagi mereka.

"Sayang, ada yang ingin aku tanyakan padamu," ujar Clarine.

"Apa itu?"

"Apa kau bisa bertanya pada teman-temanmu, dimana mereka tinggal dan bagaimana lingkungannya?"

"Hm? Untuk apa?"

"Bagaimana kalau kita pindah ke salah satu perumahan tempat tinggal mereka?"