webnovel

Terjebak Diantara Cinta Vampire dan Manusia

Lily baru berusia lima tahun ketika dia pertama kali melihat Matthew di dalam tabung cryonic yang ada di laboratorium ayahnya. Pria itu berusia dua puluh lima tahun lebih tua darinya. Sejak saat itu, Lily tidak bisa mengalihkan pandangan dari Matthew. Dua puluh tahun telah berlalu, Lily bertemu dengan Ryan. Seorang pria yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Lily. Ryan memperlakukannya dengan sangat lembut dan penuh perhatian. Lily menikmati hari-harinya bersama Ryan sambil terus mengembangkan cara untuk membangunkan Matthew dari tidur panjangnya. Sampai suatu ketika, laboratorium tempat Lily bekerja berhasil menemukan cara untuk membangunkan Matthew. Lily sangat gugup menantikan saat pertemuan pertamanya dengan Matthew. Namun, sesuatu yang tidak disangka terjadi. Prosedur yang dijalani Matthew tidak berjalan dengan baik. Prosedur itu mengubah Matthew menjadi vampire yang haus darah. Dan, manusia pertama yang Matthew hisap darahnya adalah Ayah Lily. Mampukah Lily menghadapi kenyataan bahwa Matthew yang selama ini ia dambakan berubah menjadi vampire penghisap darah yang merenggut ayahnya? Akankah cintanya pada Matthew ikut berubah seiring dengan perubahan dalam diri Matthew? Atau mungkinkah Lily akan berpaling dan memilih Ryan? Ikuti kisah selengkapnya hanya di Terjebak Cinta Diantara Vampire dan Manusia. Masukkan cerita ini ke dalam koleksi bacaan kalian, ya. Terima kasih. ^^

pearl_amethys · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
5 Chs

Memandang Dari Balik Tabung 2

Lily tertawa pelan ketika ia melihat Alona sudah bersama seorang pria di restoran yang menjadi tempat perayaan pesta ulang tahun Catherine. Ia kemudian melangkah ke balkon restoran untuk menghirup udara segar. Berada terlalu lama bersama banyak orang membuat Lily merasa seluruh energinya terserap habis. Meski itu hanya untuk sekedar berbasa-basi.

Lily berdiri di balkon sambil memandangi lampu-lampu kota yang bersinar di hadapannya. Ia menghela napas panjang sembari membayangkan jika saat ini dirinya sedang bersama dengan Matthew. Di saat ia terdiam tiba-tiba seseorang berdiri di sebelahnya dan menyapanya. "Isn't it beautiful?"

"Excuse me?" Lily menoleh pada seseorang yang berdiri di sebelahnya.

Pria yang berdiri di sebelah Lily ikut menoleh dan tersenyum pada Lily. "Aku penasaran, siapa yang tiba-tiba meninggalkan pesta. Padahal di dalam sana suasananya sudah semakin panas."

Lily tertawa pelan menanggapi ucapan pria tersebut. "Aku tidak terlalu suka pesta. Aku hanya menemani seorang teman."

"Dan ketika dia sudah mendapatkan seseorang yang menarik, dia akan meninggalkanmu sendirian?" sela pria yang berdiri di sebelah Lily.

"Aku yang meninggalkannya supaya dia bisa bersenang-senang," timpal Lily.

"Kamu teman yang baik." Pria itu lalu mengulurkan tangannya pada Lily. "Ryan."

Lily menatap sebentar uluran tangan pria yang mengajaknya berkenalan. Ia lalu mengulurkan tangannya. "Lily."

"Aku teman Catherine. Kami sama-sama bekerja sebagai promotor olahraga," terang Ryan.

Lily menganggukkan kepalanya. "Aku hanya kutu buku yang selalu menghabiskan waktunya di dalam laboratorium."

"Kau peneliti?"

"Tadi aku sudah katakan. Aku hanya seorang kutu buku."

"Apa yang kau pelajari?"

Lily mengangkat bahunya. "Cara membangunkan beruang yang sedang berhibernasi, mungkin?"

Ryan tertawa setelah mendengar ucapan Lily. "Untuk ukuran seorang kutu buku, kau cukup menyenangkan, Lily."

"Thank you," sahut Lily.

----

Alona berdecak pelan ketika ia melihat Lily sedang berbicara dengan seorang pria di balkon restoran. Ia kemudian bergumam pelan. "Lihat siapa yang baru saja berkenalan dengan seorang pria tampan?"

"Siapa yang kau bicarakan?" tanya pria yang sedang bersama Alona.

Alona kembali menoleh pada pria yang sedang bersamanya. "Aku membicarakan temanku. Tampaknya dia sedang bersenang-senang di luar sana."

Pria itu menoleh ke arah balkon. Ia kemudian tertawa pelan. "Ryan akhirnya menemukan seseorang yang menarik perhatiannya."

"Ryan?" tanya Alona.

Pria itu menganggukkan kepalanya. "Ya, dia Ryan. Dia bekerja di perusahaan yang sama dengan Catherine. Tadi aku melihatnya tengah dikerubuti teman-teman Catherine yang lain. Tapi nampaknya dia memilih keluar karena yang menarik justru ada di luar."

Alona tertawa pelan. "Bagaimana denganmu?"

"Aku tidak akan ada di sini jika tidak ada yang menarik perhatianku. Dan wanita di hadapanku ini sudah menyita perhatianku sejak ia melangkah masuk ke dalam restoran," jawab pria itu sambil menatap Alona.

"Kata-katamu itu membuatku tersipu, Alex," ujar Alona.

Alex membelai pipi Alona. Ia kemudian berbisik di telinga Alona. "Kita bisa kembali ke hotelku setelah acara di sini selesai."

Alona mengangkat satu alisnya. "Apa itu sebuah undangan untukku?"

"Aku ingin mengobrol lebih lama denganmu. Kita bisa menghabiskan sisa malam ini bersama," jawab Alex.

"Kalau begitu, dengan senang hati aku menerima undanganmu," sahut Alona.

"Maukah kau berdansa denganku? Musiknya sudah dimulai." Alex mengulurkan tangannya pada Alona.

"With pleasure." Alona menyambut tangan Alex dan mereka segera melangkah ke lantai dansa.

----

Ryan terdiam ketika ia mendengar sayup-sayup alunan music dari dalam restoran. Ia kemudian bertanya pada Lily. "Kau tidak ingin berdansa?"

Lily langsung menggelengkan kepalanya. "Aku tidak ingin melukai kaki siapapun. Kalau kau mau berdansa, aku tidak masalah. Aku lebih suka berada di sini. Mungkin sebentar lagi aku akan pergi."

"Kalau begitu, lebih baik aku di sini dan menghabiskan waktuku disini," sahut Ryan.

"Kenapa kau keluar?" tanya Lily tiba-tiba.

Ryan menghela napas panjang. Ia lalu tersenyum sambil memperhatikan Lily. "Di dalam terlalu menyesakkan. Melelahkan meladeni mereka semua. Dan ternyata aku tidak menyesal sudah memutuskan untuk keluar."

Namun Lily tidak menyadari tatapan yang diberikan Ryan padanya. Ia lebih memilih menatap ke arah lain. Ada orang lain di dalam pikirannya saat ini. "Apa kau pernah merasakan cinta pada pandangan pertama?"

"Aku sedang merasakannya sekarang." Ryan tidak melepaskan tatapannya pada Lily.

Lily segera menoleh pada Ryan. "Apa maksudnya?"

"Kau tadi bertanya apa aku pernah merasakan cinta pada pandangan pertama, kan? Dan aku menjawab bahwa saat ini aku sedang merasakannya. Sejak aku melihatmu, aku tidak bisa melepaskan pandanganku darimu," ujar Ryan.

Tanpa sadar pipi Lily merona. Ia lalu menundukkan wajahnya dan tertawa pelan. "Bercandamu itu keterlaluan, Ryan."

"Aku sungguh-sungguh Lily. Ya, mungkin kamu hanya menganggap ini sebagai bercanda. Tapi tidak demikian denganku," sahut Ryan. Ia terus menatap Lily hingga membuatnya kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Sepertinya sudah saatnya aku meninggalkan pesta ini," ujar Lily.

"Wait." Ryan menarik lengan Lily yang hendak meninggalkannya.

Lily kembali menoleh. "Ada apa?"

"Bagaimana cara aku menghubungimu?"

Lily tersenyum menanggapi ucapan Ryan. Perlahan ia melepaskan tangan Ryan. "Kau akan tahu caranya kalau kau memang benar-benar menyukaiku."

"Kalau aku bisa menghubungimu, maukah kau makan malam bersama denganku?"

Lily memainkan bola matanya. "Akan aku pertimbangan. Sebagai teman."

"Sebagai teman sudah cukup," sahut Ryan. Ia kemudian melepaskan tangan Lily.

"Okay, then. Bye." Lily kembali berpaling dan berjalan pergi meninggalkan Ryan.

Ryan menghela napas panjang ketika Lily sudah berjalan menjauh darinya. Lily berhasil memancing rasa penasarannya. Ia bertekad untuk mencari tahu tentang Lily agar mereka bisa kembali bertemu lagi.

****

Thank you for reading my work. I hope you guys enjoy it. You could share your thought in the comment section, and don't forget to give your support through votes and reviews. Thank you ^^

Original stories are only available at Webnovel.

Keep in touch with me by following my Instagram Account or Discord pearl_amethys ^^

pearl_amethyscreators' thoughts