webnovel

Bayiku Bukan Bayinya

"Bagaimana bisa aku mengurus bayi dari perselingkuhanku dengan laki-laki itu? Aku tidak mau jika bayi ini akan merusak rumah tanggaku dengan suamiku." Rintihan tangis sesal yang dirasakan Renata, ibu kandung dari Martha yang sedang meremas keras perutnya, kini terlihat sudah membuncit. Saat itu adalah saat di mana Kinan masih dalam kandungan Bu Renata.

Usia kandungannya sudah mencapai sembilan bulan atau tinggal menghitung hari dari perkiraan lahir. Sejak Renata tahu bahwa dia hamil 9 bulan yang lalu, ia menyadari bahwa anak yang ada dalam kandungannya itu bukanlah anak dari suaminya.

Peristiwa di Bangkok menjadi sebuah ajang penyesalan di kemudian hari untuknya kelak. Meski begitu, Renata tetap berharap bahwa kecemasannya itu salah. "Anak ini, adalah anak dari suamiku. Bukan Joseph!"

Pada akhirnya, satu minggu kemudian Renata melahirkan. Bayi yang sangat mirip dengan dirinya. Renata memberi nama untuk bayinya yaitu, Stefany. Kemudian Martha kecil dan sang ayah datang. Mereka sangat berbahagia karena kini, suasana rumah akan tampak lebih hangat dengan suara tangisan bayi.

Tiga bulan berlalu, Renata masih penasaran dengan identitas bayinya. Renata pun secara diam-diam melakukan tes DNA antara bayinya dengan Joseph. Kala itu, Renata memberitahu Joseph bahwa ia sudah melahirkan. Dengan antusias, Joseph datang ke Jakarta untuk melihat bayinya.

Joseph beralasan pada sang istri untuk mengurus pekerjaannya di Jakarta. Sesampainya Joseph di Jakarta, ia menghubungi Renata. "Aku sudah ada di Zero Hotel. Cepat bawa bayiku ke sini." Joseph menutup teleponnya tanpa mendengar sepatah kata pun dari Renata.

Renata dengan perasaan cemas datang menemui Joseph, laki-laki yang ia anggap sebagai ayah dari bayinya. Saat Martha pergi sekolah, dan suaminya yang pergi bekerja, Renata dengan terburu-buru datang menemui Joseph di Zero Hotel.

Naik taksi onlain dengan membawa seorang bayi, Renata memberanikan diri menemui Joseph. Lebih dari 15 menit Renata dalam perjalanan. Ia pun sampai di Zero Hotel dan langsung menemui Joseph yang berada di kamar nomor 101.

Setelah berjalan naik lift dan melewati lorong-lorong hotel, tibalah Renata di depan pintu yang bertuliskan 101. Lalu Ia ketuk pintu itu. Tanpa berlama-lama Joseph langsung membukanya.

KREK~~~

"Ayo masuk!" ajak Joseph.

Renata melangkah pelan masuk ke dalam kamar hotel tersebut. Joseph pun menitah Renata untuk duduk di atas kursi yang berada tepat di sampingnya berdiri.

Suara tangis bayi pun nyaring terdengar. "Shhh ... Shhh ..." Renata mencoba menenangkan bayi mungil yang selalu ia dekap di sepanjang perjalanan. "Aku akan bawa anak ini!" tegas Joseph. Seketika kedua tangan Renata semakin memeluk erat sang bayi. "Tidak! Aku ke sini hanya untuk meminta bantuanmu, Joseph!" Lalu Joseph pun bertanya, "Bantuan apa?"

Ternyata Renata hanya ingin Joseph tidak lagi muncul di hadapannya. Ia tidak ingin rumah tangganya hancur. Mendengar pernyataan Renata, Joseph pun merasa keberatan dengan apa yang diinginkan Renata. Joseph tampaknya sangat mengerti sikap Renata yang ceroboh. Renata akan melakukan apapun untuk membuat dirinya dalam kondisi aman. 'Tidak! Aku yakin itu bayiku. Serahkan, Renata!"

Adu mulut antara Joseph dan Renata berlangsung sengit. Sejenak Joseph pergi menelepon restoran hotel dan memesan 2 gelas orange juice. Tidak lama setelah itu, pelayan hotel datang mengantar pesanan Joseph. Lalu ia meletakkan minumannya di atas meja. Kemudian Joseph pergi sebentar ke toilet dan menyuruh Renata untuk menunggu.

Akhirnya, waktu yang di tunggu-tunggu Renata pun tiba. Saatnya Renata untuk beraksi. Ia mengambil bungkusan obat tidur dari dalam tasnya, lalu di masukkan ke dalam minuman Joseph. Apa sebenarnya rencana Renata?

Lima menit kemudian, Joseph kembali dari toilet. Ia menyodorkan minuman itu untuk Renata. Tepat sasaran! Joseph akhirnya meminum juice yang telah di campur obat tidur oleh Renata.

Tidak lama kemudian, Joseph tertidur di atas kasur dengan kaki yang terkulai ke bawah. Dengan sigap, Renata mengambil sebuah gunting kecil dan memotong sedikit rambut di kepala Joseph. Setelah dapatkan rambutnya, Renata pergi secepat mungkin.

Dua hari kemudian

Renata memblokir semua akses antara dirinya dan Joseph. Hal ini membuat Joseph semakin yakin bahwa ada yang Renata sembunyikan darinya. Setelah dua hari menunggu kabar dari Renata yang tak kunjung menemukan titik terang, Joseph memutuskan untuk kembali ke Bangkok tanpa mendapatkan informasi dari Renata.

Saatnya Renata menjalankan misinya yang ke-dua. Ia mendatangi sebuah Rumah Sakit Cordlife untuk tes DNA tanpa diketahui oleh siapa pun.

Untuk menunggu hasil tes DNA yang cukup memakan waktu yang tidak sebentar, tiga minggu setelahnya barulah pihak Rumah Sakit menelepon Renata untuk datang ke Rumah Sakit untuk mengambil tes DNA yang hendak ia jalani.

Renata dan bayi Stefany pergi ke Rinjani Cafe setelah mengambil tes DNA dari Rumah Sakit. Sekitar 35 menit Renata dan bayinya berada dalam perjalanan, akhirnya Renata sampai di Rinjani Cafe. Ia duduk di meja nomor 12 dan memesan satu gelas jus mangga pada pelayan Cafe.

Tangan bergetar dan tatapan yang tajam telah menyoroti secarik kertas yang berada di dalam amplop putih bertuliskan Rumah Sakit Cordlife berada di dalam genggamannya. Lalu perlahan Renata membuka segel amplop itu dan membuka lipatan kertas yang telah ia ambil dari dalam.

Sambil menggendong Stefany, yang memakai selimut berwarna merah muda, Renata merasa belum siap jika bayinya adalah anak dari Joseph mantan kekasihnya. Renata pun mengambil foto Stefany untuk ia jadi kan moment.

Renata mulai membuka surat itu. Matanya tak henti bergerak ke kiri dan ke kanan untuk mencari jawaban apakah Stefany dan Joseph cocok secara genetik.

DEG~~~

Kedua bola mata Renata akhirnya sampai di bawah yang bertuliskan kalimat bahwa Joseph dan Stefany sangat cocok secara genetik. "Astagaaa! Bagaimana nasibku? Bagaimana pernikahanku jika suamiku tahu, anak ini bukanlah darah dagingnya."

Seketika pikiran Renata di rundung pilu. Tidak tahu harus bagaimana dan merasakan kegundahan yang amat dalam di hatinya. Rasa sayang yang bersemayam di dalam hatinya terhadap Stefany, seakan memudar dan melebur bersama kenyataan yang baru saja ia hadapi.

Kini, ia tidak bisa memalingkan pandangannya ketika melihat Stefany, pasti wajah Joseph juga terbayang. "Aku benci kamu, Joseph!" Desis Renata yang tampak kesal dengan kejadian malam itu bersama Joseph di Bangkok.

Seketika, kecerobohan Renata membawanya ke dalam pikiran yang sangat licik sekaligus jahat. Ia pergi dari Rinjani Cafe tanpa meneguk sedikit pun minuman yang ia pesan. Renata menggendong Stefany dengan penuh amarah.

Di persimpangan jalan, Renata memberhentikan taksi. Saat ia menemukan taksi, Renata pergi dari Kafe yang hendak ia datangi.

Sesaat di perjalanan, Renata melihat ada sebuah Panti Asuhan Kasih Bunda. Ia pun meminta Pak Sopir untuk menurunkannya di depan.

Saat itu suasana sekitar Panti begitu sepi. Entah apa yang ada di pikiran Renata, ia tega meninggalkan Stefany di depan pintu Panti Asuhan tanpa memberi pesan atau tanda sedikit pun.