Aku pengecut.
Ya! Aku tau itu. Namun, mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa mempertaruhkan masa depanku hanya untuk sebuah rasa penasaran ‘kan?
Ya karena menikah itu sekali seumur hidup, dan aku nggak main-main untuk itu. Itulah sebabnya, aku pun akhirnya menyerah dan tidak melanjutkan perdebatanku sama Bella.
Nggak papah, masih ada bapak dan neneknya yang bisa aku todong nanti. Jadi ... ya woles aja.
“Ya udah kalau kamu nggak mau cerita., Tante nggak maksa lagi. Tidur sono!” Aku merapikan selimutnya dan memutar badannya supaya memunggungiku.
Malam ini, rencananya bocah ini memang mau menginap di rumahku. Dia masih ngambek sama Bapaknya, katanya. Entah karna apa?
Intinya, ini bener-bener ngerepotin aku banget. Soalnya ... tau sendirikan, Bella itu seperti apa?
Mendengar penolakanku, Bella pun mencebik kesal dan mengerucutkan mulutnya, jelek sekali.
“Padahal kalau Tante mau, aku juga mau loh, buka rahasia Papa yang suka mandangin foto Tante di hpnya.”
Apa?
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com